14

6.6K 837 33
                                    

Lisa POV

"Apakah kau mencium bau itu Jisoo?" kata Rosè. 

"Tentu saja Rosie. Apa lagi?" jawab Jisoo.

"Kecemburuan!" Mereka berdua berkata dan tertawa terbahak-bahak meninggalkanki dalam keadaan yang sangat bingung.

Jennie mendengar apa yang dikatakan keduanya, dia mendengus kesal dan melemparkan sendoknya ke arah mereka. Rosè cukup cepat untuk menghindari sendok terbang tapi tidak untuk Jisoo. Sendok Jennie mendarat tepat di dahinya yang membuatnya mengerang kesakitan.

"Yah! Jennie Kim! Apa yang kau pikir sedang kau lakukan?" kata Jisoo.

"Jika kau hanya menutup mulut sialanmu maka tidak ada sendok terbang yang akan memukulmu." ucap jennie dingin.

"Bukan hanya aku! Rosie bersamaku!" Jisoo mengeluh.

"Tidak apa-apa Jisoo-yah. Kau tidak cukup cepat untuk menghindar." Rosè menepuk punggung Jisoo. 

"Pergi dan ambilkan aku sendok lagi." Kata Jennie sambil menatap keluar.

"Kenapa aku?" kata Jisoo.

Jennie menatap Jisoo dengan mata dingin yang sama seperti sebelumnya. Aku melihat bagaimana Jisoo tersentak ketakutan dan dengan cepat berdiri. Aku pikir hanya aku yang takut dengan anak kucing ini. Aku baru saja akan menertawakan reaksi Jisoo ketika Jennie melirikku jadi aku tidak punya pilihan selain menahan tawaku. Aku bisa merasakan bagaimana tubuhku menegang hanya dengan tatapannya.

"Ini sendokmu nyonya." Jennie mengambil sendok dari Jisoo tanpa berkata apa-apa dan kembali memakan es krimnya.

"Dan Rosie dan aku akan pergi." kata Jisoo. 

"Kita? Tapi aku belum menghabiskan makananku!" Rosè mengeluh.

"Ya kita akan pergi Park Chaeyoung ." Jisoo berkata dengan kuat dan melebarkan matanya ke arah yang terakhir.

"Oh ya benar. Kita pergi." Rosè dengan cepat setuju dan berdiri.

Sebelum meninggalkan toko es krim, Rosè melirik ke arahku dan berbisik. 

"Semoga beruntung tetangga." Dia berkata dan mengedipkan mata padaku.

"Apa?" Aku membalas.

Dia hanya terkikik dan menunjuk Jennie yang sedang sibuk memakan es krimnya. Tiba-tiba aku merasa gugup ketika menyadari apa yang dibicarakan oleh chipmunk itu.

Jennie telah mengabaikanku sejak kami meninggalkan sekolah. Aku mencoba mencari tahu mengapa Jennie bersikap seperti itu. Aku mencoba berbicara dengan Jisoo karena Rosè sibuk menempel pada anak kucing itu tetapi yang aku dapatkan hanyalah gangguan dari ayam itu. Dia telah menggodaku sepanjang waktu dan mengatakan betapa matinya aku.

Aku juga tidak akan duduk di sampingnya karena aku bisa merasakan ketegangan dan itu akan membuatku lebih gugup dari sebelumnya, tapi Jisoo yang brengsek itu dengan cepat mendorongku dan duduk di samping Rosè.

Aku melirik kembali ke arah Jennie, dia diam-diam memakan es krimnya, tapi kali ini, sepertinya dia tidak menikmatinya. Apa yang kulakukan?

"Kau tahu tidak sopan menatap Manoban." Dia dengan dingin berkata, tidak melirikku sedikitpun. Aku menarik napas dalam-dalam dan mengumpulkan semua keberanianku untuk berbicara. Aku harus mencari tahu kenapa dia bertingkah seperti ini.

"What's wrong Nini?"

"Nothing."

"Apa kau marah?" Aku mendekatkan wajahku padanya, mencoba menatap matanya. 

"Tidak." Dia menjawab masih tidak menatapku.

"Ya, benar. Kau memanggilku dengan nama belakangku. Bukan dengan nama panggilan yang kau buat untukku." Dia berhenti makan es krimnya dan menatapku yang membuatku terkejut. Aku tidak berharap dia berbalik seperti itu. Wajah kami hanya beberapa inci lebih dekat, LAGI. Mataku terbelalak kaget dan sepertinya semua ototku lupa bagaimana fungsinya.

HOMOPHOBIC [JENLISA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang