56

8.4K 699 7
                                    

Jennie POV

Sudah dua bulan sejak Lisa dan aku menjadi resmi tetapi masih terasa seperti baru terjadi kemarin. Lisa adalah pacar yang sangat manis. Dia selalu tahu apa yang harus dilakukan setiap kali aku mengalami perubahan suasana hati. Dia selalu memanjakanku seperti membelikanku beberapa makanan favoritku. Aku bahkan berpikir bahwa aku mulai menambah berat badan.

Aku terkadang meminta Lisa untuk berhenti memanjakanku dengan makanan karena aku mulai merasa tidak aman dengan tubuhku. Tapi gadis itu selalu bersikeras bahwa aku masih seksi. Dan setiap kali dia mengatakan itu, aku akui, aku selalu menjadi orang yang merona.

Rosé dan Jisoo selalu mengeluh betapa lengketnya kami padahal sebenarnya, keduanya jauh lebih lengket. Kami berempat selalu pergi kencan ganda setiap kali kami senggang. Dan setiap kali kami pergi keluar, Lisa dan Jisoo tidak bisa menghindari saling menggoda yang selalu membuat mereka mendapat pukulan dari Rosé dan aku.

"Di sini kita." Kata Lisa saat kami berhenti di depan Fashion Department.

Ini adalah situasi normal kami setiap kali kami pergi ke sekolah. Lisa selalu mengantarku menuju jurusanku sebelum berjalan ke kelasnya. Bahkan jika dia akan terlambat, dia masih bersikeras. Lisa yang keras kepala memang. Aku biarkan saja karena terakhir kali aku tidak setuju dengannya, dia merengek seperti anak kecil yang mendapat banyak perhatian dan membuatku malu.

"Kamu akan terlambat." Aku bilang. Lisa masih berdiri di depanku dan tersenyum lebar sambil menatap tangan kami yang saling berpegangan.

"Tidak bisakah aku pergi dan menghabiskan sepanjang hari bersamamu?" Dia berkata. Aku melepaskan tangannya dan menjentikkan dahinya yang membuatnya mendesis kesakitan.

"Kamu tahu kamu tidak bisa melakukan itu. Lagi pula, kita akan bertemu nanti." Aku bilang.

"Aku tahu. Aku hanya bercanda." Kata Lisa sambil mengusap keningnya. Dia melihat sekeliling kami mencoba mencari seseorang. "Apakah Mino itu masih mengganggumu?" dia bertanya.

Aku menggelengkan kepala sebagai jawaban. Itu benar. Sejak hari itu di taman hiburan, Mino tidak berbicara denganku. Yah, dia mencoba mendekatiku dari waktu ke waktu tetapi aku selalu menjaga jarak.

"Baiklah kalau begitu, aku pergi. Sampai jumpa lagi Nini." Dia berkata dan melambaikan tangan.

Aku berdiri di sana selama beberapa menit lagi sampai aku memastikan bahwa Lisa dengan jelas akan pergi ke departemennya. Gadis itu memang memiliki kebiasaan untuk tidak menghadiri kelasnya apalagi jika dia tidak menyukai profesor yang bertanggung jawab.

Saat aku berjalan menuju pintu masuk gedung, aku langsung melihat Mino bersandar di dinding. Ketika dia melihatku, dia dengan cepat meluruskan posturnya dan hendak mendekati ke arahku. Aku hanya menatapnya dengan mata dingin sampai aku merasakan seseorang menempel di lenganku.

"Butuh bantuan?" Kata Mina dan tersenyum padaku.

Dia tahu semua yang terjadi dan aku juga meminta maaf kepadanya atas apa yang terjadi di toko serba ada. Mina mengatakan kepadaku bahwa semuanya baik-baik saja dan bahkan membantuku setiap hari untuk menjaga jarak dengan Mino.

Aku membalas senyumannya dan menganggukkan kepalaku. Ketika Mino hampir berada di dekat kami, Mina dengan cepat menarikku ke dalam meninggalkan pria itu dengan kecewa.

"Bagaimana dengan Lisa?" Mina bertanya saat kami berjalan menuju ruangan kami. 

"Semuanya baik-baik saja. Dia menyebalkan tapi itulah yang aku suka darinya." Aku membalas.

"Aku iri padamu. Betapa aku berharap aku juga memiliki seseorang seperti dia." 

Aku hanya tersenyum. Kami berdua tahu bahwa Lisa hanyalah salah satu dari jenisnya.

HOMOPHOBIC [JENLISA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang