Author POV
"J-Jennie?"
Lisa tergagap saat dia menggumamkan nama kucing yang mengamuk itu. Jennie berencana untuk mengejutkan keduanya karena dia mendengar betapa seriusnya mereka berbicara satu sama lain. Tapi dialah yang terkejut.
"B-berapa lama kau di sana?" Lisa bertanya sekali lagi. Ketakutan terlihat dari suaranya. Dia memegang erat di meja untuk menopang lututnya yang perlahan kehilangan kekuatannya. Dia mencoba memaksakan senyum, seperti biasanya, berusaha menyembunyikan kegugupan yang dia rasakan saat ini.
"Cukup lama untuk mendengar semuanya." Kata Jennie dengan suara rendah dan dingin. Dia menundukkan kepalanya, menyembunyikan matanya, membuat kedua gadis di depan mereka kesulitan membaca pikirannya.
"Katakan padaku itu semua bohong." Jennie berbisik tapi cukup keras untuk mereka dengar.
"Jen-"
"Shut up Rosè." Kata Jennie membuat mata chipmunk melebar. Dia tidak punya pilihan selain mengerucutkan bibirnya, dan menghentikan dirinya untuk berbicara. Meskipun dia sangat ingin membela Lisa, berbicara dengan Jennie dalam keadaan seperti ini tidak akan membantu.
"Sekarang, katakan padaku apa yang kudengar hanyalah lelucon." Jennie mengangkat kepalanya dan menatap si pirang. Air mata mengalir dari matanya yang mengamuk membuat Lisa membuang muka. Rasa sakit di hatinya semakin menjadi.
"Katakan padaku Lisa!" teriak jennie. Frustrasi, marah, sakit, itulah yang ditunjukkan oleh nada Jennie. Lisa menundukkan kepalanya dan menggertakkan giginya sambil mengepalkan kedua tangannya di dalam sakunya. Air mata mulai terbentuk dari matanya.
"Aku minta maaf." Lisa berkata dengan lembut. Jennie mendengus dan menghapus air matanya.
"Sulit dipercaya." Dia berkata sebelum berjalan keluar dari rumah si pirang.
Mendengar langkah kaki kucing yang mundur membuat Lisa tersentak. Ketika dia mengangkat kepalanya, dia melihat Jennie sudah tepat di pintu depan. Rosè tidak sempat menghentikan Lisa karena si pirang berlari secepat yang dia bisa. Chipmunk itu ditinggalkan sendirian dari dapur dan memutuskan untuk memusatkan perhatiannya kembali ke pasta yang dimasak Lisa sebelumnya.
"Jennie tunggu!" Lisa berteriak dan menahan pergelangan tangan Jennie, menghentikannya untuk pergi.
Jennie tiba-tiba menarik tangannya dari genggaman Lisa yang membuat si pirang tercengang.
"Kenapa Lisa? Kenapa dari semua orang? Kenapa kau harus menjadi salah satu dari mereka?" Kata Jennie, punggungnya masih menghadap si pirang. Dia tidak memiliki keinginan untuk berbalik dan menghadapinya. Ia merasa dikhianati oleh sahabatnya sendiri.
"Aku mencoba melawannya percayalah. Tapi, setiap kali aku mencoba, perasaanku padamu semakin dalam. Sampai suatu hari, aku terbangun, dan menyadari bahwa aku mencintaimu lebih dari seorang sahabat. Bahwa aku sedang jatuh cinta dengan sahabatku sendiri."
"Sejak kapan?"
"Sejak hari itu penuh dengan petir. Di mana aku menemukanmu menangis di sudut."
"Jadi selama ini kau menyembunyikan identitas aslimu dariku?" Kata Jennie dan berbalik menghadap Lisa. Wajahnya berantakan, air mata mengalir tanpa henti dari matanya. Lisa tidak tahu harus berkata apa lagi jadi dia hanya terdiam.
"Kau mengkhianatiku! Aku memercayaimu! Kau tahu betapa aku membenci orang seperti ini! Kenapa kau harus seperti mereka? Itu sebabnya aku bilang berhenti bergaul dengan kelinci itu!"
"Nayeon tidak ada hubungannya dengan ini! Sudah kubilang menjadi gay tidak seperti penyakit menular! Aku gay, dan tidak ada yang bisa kulakukan untuk itu. Ini aku yang sebenarnya, Jen."
KAMU SEDANG MEMBACA
HOMOPHOBIC [JENLISA]
RomansaLisa tidak pernah tahu bahwa gadis straight seperti dia akan bisa menjadi gay dan jatuh cinta dengan sesama jenis. Tapi masalahnya, dia jatuh cinta pada Jennie Kim. Pembenci besar komunitas LGBT. Akankah Lisa bisa mendapatkan hati homofobia Jennie? ...