Bab 8

2.9K 498 98
                                    

Beberapa minggu setelah kejadian itu berlalu dengan damai, Cale masih sering datang ke ruang belajar Pangeran, terkadang Alberu akan mengajarinya hal-hal yang sulit dimengerti soal politik membuat Alberu terkesan dengan kepintaran Cale.

Cale masih sering menyuapi Alberu ketika dia menjadi terlalu sibuk, Alberu tahu itu hanya niat polos biasa tapi mengapa dia merasa dimanfaatkan?

Meski begitu Alberu masih menerima makanan yang diberikan Cale karena tidak ingin mendapat tatapan maut dari pelayan tunangannya yang menakutkan.

Sekarang sudah sore, Cale dan Alberu duduk di dekat jendela ruang belajar Alberu sambil minum teh dengan beberapa buku pelajaran.

Melihat ke luar jendela, salju yang putih sangat kontras dengan langit yang merah karena matahari terbenam.

"Pangeran, aku dengar malam ini akan badai."

Cale memulai percakapan pada Alberu yang membalik halaman buku sambil menyesap tehnya.

"Hm."

Jawaban yang sangat singkat padat dan jelas.

"Bagaimana kalau tidur di kamarku saja?"

"Uhuk!"

Pangeran batuk, Cale berpikir mungkin karena teh hari ini sedikit asam.

"Hey, apa yang kamu rencanakan?"

Pangeran mengernyit dan menatap mata Cale.

"Kita akan tidur di kamarku yang lebih hangat, tidak seperti kamarmu yang seperti akan membeku, Ron sudah memasukkan beberapa penghanangat ruangan baru di sana."

Yah, apa yang diharapkan dari anak ini?

Cale baru sepuluh tahun, tidak seperti Alberu yang beberapa bulan lagi akan menjadi enam belas tahun.

Tidak lama setelah musim dingin berlalu adalah hari peringatan kematian ibunya, dan menyambut musim semi adalah ulang tahun Alberu, tidak seperti Cale yang lahir di awal musim dingin, Alberu lahir di awal musim semi.

Alberu melihat tatapan Cale yang berharap, apakah dia kesepian di istana? Yah, Cale hanya punya dua pelayan, yang satu cukup dingin untuk terus berada di dapur sementara yang lain jelas tidak bisa dianggap sebagai teman bermain.

"Baiklah."

Itu bukan ide yang buruk, tentu saja Alberu setuju bukan karena tatapan memohon Cale.

.

.

.

Akhirnya langit mulai menjadi lebih gelap, seperti yang dikatakan Cale, di luar mulai hujan salju dan angin kencang.

Sekarang Cale dan Alberu dengan piyamanya duduk di karpet tebal di tengah kamar Cale dengan selimut, minuman panas dan kue.

Alberu melihat seluruh kamar Cale, semua barang-barang lama telah diganti, satu bagian dinding hanya berisi rak kayu yang dipenuhi buku.

Seluruh lantai marmer yang sebelumnya tampak mengerikan sekarang sudah di tutupi lapisan khusus dengan pola sederhana namun cantik dan sebagian besar lantai dipenuhi karpet beludru.

Oh, ada juga beberapa karpet yang lebih tebal dan berbulu di dekat jendela dan rak buku dengan banyak bantal, nampaknya Cale sering berbaring di sana sambil membaca, karena itu pelayannya menaruh bantal dan karpet yang lebih tebal dan lembut di sana.

Ada perangkat sihir yang menghangatkan ruangan di setiap sudut, tempat tidur kanopi dengan tirai khusus yang bertindak sebagai kelambu yang menahan angin dingin mengenai orang di dalamnya.

Love in Palace || End S1✔ || Fanfic TCF ||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang