*Tahap Pembaruan

321 43 0
                                    

"Karena kita sama-sama keras kepala. Gak ada salah satu pun yang mau ngalah."

•••

Sudah hampir lima belas menit Aru berdiam diri di pintu balkon kamarnya yang terletak di lantai dua rumahnya. Ia merenungkan tentang apa yang selama ini ia pikirkan.

Tentang persahabatan dirinya dengan dua orang. Sudah lama rasanya tidak berinteraksi dengan baik bersama dua orang itu.

Saat dirinya merasa kedinginan karena angin malam, ia masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintu balkon kamarnya.

Tanpa ia ketahui, Sagam melihat kegiatannya dari balkon kamar cowok itu sendiri. Memandang Aru dalam diam dengan pikiran yang berkecamuk di kepalanya.

"Gue cuma mau lo mulai semuanya dari awal, Aru."

Sagam ikut masuk ke kamarnya sendiri dan menutup pintu balkon setelah melihat Arunika masuk ke kamarnya.

Di lain sisi, Aru berbaring pada ranjang nya dan memandangi langit-langit kamarnya, masih memikirkan tentang hal tadi.

Apa Sagam tidak muak dengan apa yang dilakukan Aru pada cowok itu? Kenapa Sagam masih peduli padanya? Apa karena mereka pernah menjadi teman dekat saat masa kanak-kanak? Damn! Padahal itu udah bertahun-tahun lamanya dan saat ini mereka tidak lebih dari teman sekelas yang bertetanggaan.

Begitu kiranya secuil dari isi pikiran Aru. Dan masih banyak pikiran lain yang menghantui kepala gadis itu. Lalu, setelah merenung cukup lama, ia akhirnya memilih untuk tidur.

Dan esok paginya saat ia akan berangkat ke sekolah, Aru yang hendak berjalan keluar dari ruang tengah, dikejutkan oleh presensi Sagam yang sudah duduk manis di ruang tamu bersama sang Ibunda dari Aru.

"Aru udah selesai dandannya nih." Ucap ibunda Aru pada Sagam seraya memegang bahu putrinya.

"Kalo gitu kami langsung berangkat aja ya, Tante?"

Aru hanya menatap kedua orang itu bingung dan terlihat keberatan atas ucapan Sagam.

"Iy-" Belum selesai bundanya berbicara, Aru memotong ucapan bundanya. Berniat protes karena tidak mau berangkat bersama Sagam.

"Aku bisa naik trans."

"Aduh, Arunika sayang. Ada yang ngajak bareng kok malah ditolak sih? Nyusahin diri sendiri aja kamu segala naik trans."

"Gak apa-apa. Aku lagi mau naik itu kok."

Sagam menatap datar Arunika yang selalu menolak apa yang ia ucapkan.

"Kami berangkat dulu, Tante May. Assalamualaikum." Sagam mencium tangan Maya, ibunda Aru. Lalu menyuruh Arunika mengikuti apa yang ia lakukan itu.

Arunika lagi-lagi mengalah. Ia merasa tak enak berdebat di hadapan ibunya sendiri.

"Assalamualaikum, Nda."

"Hati-hati ya, pelan aja yang bawa motor, Gam."

"Iya, Tante."

Lalu mereka berdua menuju motor Sagam yang terparkir manis di halaman rumah Aru.

"Turunin gue di halte depan komplek aja."

YOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang