*Tahap Pembaruan

314 24 0
                                    

"Gak selamanya kita sama seseorang. People come and go. Dan itu sesungguhnya akan terjadi."

•••

Keheningan menyelimuti ketiga gadis yang berada di meja yang sama.

Aru menunggu Icel dan Sasi untuk membuka obrolan. Namun ternyata, mereka memilih makan terlebih dahulu sebelum membicarakan topik utama. Dan Aru yang tidak sabar untuk segera pergi dari tempatnya saat ini, terlihat malas dan agak kesal. Mengapa harus menunda? Tinggal bicarakan dan selesai. Ia juga ingin menghampiri kelima temannya yang berada di meja lain.

"Gak dimakan, Ru? Kok malah ngelamun?" Pertanyaan Sasi membuyarkan pikirannya.

"Ah, iya. Sorry, ini gue makan." Aru menyuapkan sesendok nasi goreng miliknya lalu menatap sekilas pada Sasi dan Icel yang melanjutkan makan mereka.

Sebenarnya apa yang akan dua gadis itu bicarakan? Demi apapun Aru sungguh tak ingin menghiraukan mereka berdua. Ini menurutnya terlalu membuang-buang waktunya.

Aru kembali menyendokkan nasi gorengnya dan kembali terpaku pada pikirannya sendiri. Ia menatap tak minat makanannya dan mengunyah nasi goreng dengan malas.

"Oh iya, Ru. Sekali lagi, makasih ya buat pisang aromanya. Gue jadi ngerepotin, nih." Aru mendongakkan kepala menatap wajah Sasi yang duduk di hadapannya.

Lalu, ia mengangukkan kepala kecil untuk merespon ucapan Sasi.

Sedari tadi, ternyata Sasi memikirkan kalimat karena ia berniat membuka topik obrolan ringan sebelum membicarakan topik utama agar tidak ada kecanggungan antara mereka.

"Santai aja, Sas. Gue juga janji."

"Beli dimana sih, Ru?" Icel ikut menimbrung.

Dalam batinnya mengapa Aru hanya membelikan untuk Sasi? Dan, janji? Sejak kapan mereka sedekat itu?

"Gak tau. Budhe Rum yang beli. Gue nitip aja."

Icel mengangukkan kepala. Jawaban Aru, mengapa terkesan dingin ya?

"Ini, mau ngomongin apa? Bisa sekarang aja gak? Gue masih ada keperluan lain soalnya." Akhirnya Aru mengutarakan keinginannya. Ia menatap visual Icel dan Sasi bergantian.

Dan Icel, menatap Sasi meminta bantuan.

"Oh, eum, gini, Ru." Sasi meletakkan sendoknya lalu menatap Aru ingin memberikan penjelasan.

"Iya?" Aru menaikkan sebelah alisnya dan menatap Sasi balik dengan raut penasaran.

"Jadi, kita niatnya mau ngajak lo hang out bareng gitu. Lo, mau kan?"

"Kapan?"

"Kalo pulang sekolah nanti, gimana?" Aru sekilas menoleh pada Icel yang mengusulkan ide di sebelahnya.

Lalu, sejenak ia berpikir.

"Kok tumben, ngajak gue?" Aru menatap Icel dan Sasi bergantian.

"Eum, ya, gak apa-apa kan?" Setelahnya, Icel menggigit kecil bibir bawahnya karena gugup ditatap intens oleh Aru.

"Biar kita akrab, Ru. Kalian lebih tepatnya."

"Gue dari dulu akrab sama Icel. Bahkan sebelum Icel ketemu sama lo?" Aru tersenyum kecil pada Sasi di akhir kalimatnya.

YOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang