*Tahap Pembaruan

163 23 0
                                    

"Terlalu fokus dengan cerita baru hingga melupakan orang yang berjasa di masa lalu."

•••

"Mari, Kak."

Aru mendapat sapaan itu dari salah satu adik kelas atau peserta Ca-OSIS sesaat setelah ia keluar dari ruang UKS.

"Iya, silahkan." Ia mendudukkan dirinya pada tataran depan pintu ruang UKS setelah menjawab sapaan itu.

Aru sedikit merapatkan jaketnya dan memasukkan kedua tangannya pada kantong jaket karena merasa hawa malam hari ini begitu dingin.

Kemudian, gadis itu tampak mengamati dalam diam kegiatan yang sedang berlangsung di lapangan outdoor. Banyak orang yang berlalu lalang mengurus tugas mereka masing-masing. Andai kakinya tidak mengalami kambuh kram, mungkin dirinya juga sama seperti mereka. Sibuk dengan apa yang sedang dikerjakan.

"Ngapain?"

Aru menolehkan cepat pandangan pada sumber suara yang telah mengejutkannya. Lalu, ia mendapati ternyata Sagam lah orang yang bertanya padanya tadi. Cowok itu menyenderkan sebelah tubuhnya pada tembok tak lupa dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada dan pandangan kedua matanya menatap datar Aru.

"Belum lima menit gue disini, udah kegep aja." Batin Aru kesal.

"Duduk. Lo gak liat?" Aru merubah sikapnya menjadi tenang dan menatap Sagam sinis.

Sagam pun menghela napas pelan menghadapi sifat keras kepala Aru yang disuruh istirahat malah bandel. Lalu, ia berjalan menuju gadis itu dan duduk di sebelahnya sehingga memenuhi pintu, menutupi jalan keluar-masuk ruang UKS.

"Udah gak sakit?"

Aru hanya berdehem menjawab pertanyaan Sagam yang kini sedang mengusap pelan salah satu telapak dari kakinya yang tadi mengalami kram.

"Geli ih, Gam." Protesan Aru dijawab kekehan pelan oleh Sagam.

"Udah waktunya makan malam. Mau dianterin kesini atau makan bareng-bareng sama yang lain, hm?"

"Mau kesana aja. Bosen di UKS mulu."

"Yaudah. Ayo gue tuntun."

Sagam pun berdiri diikuti Aru dengan kedua tangan Sagam yang membantu Aru supaya gadis itu tidak terjatuh.

"Beneran udah gak sakit?"

"Iya, Gam. Bawel banget."

"Bukan bawel. Tapi care."

"Iya, iya, iyaa."

Sagam tersenyum tipis mendengar nada kekesalan dari ucapan Aru seraya memapah gadis itu pelan. Mereka berdua berjalan menuju aula yang berada di lantai satu untuk makan malam bersama para TU yang lain.

Di aula itu sendiri, banyak para TU baik ekstern maupun intern yang sudah memenuhi ruangan tersebut. Sagam dan Aru yang terakhir datang, disambut tatapan kompak mereka yang menatap Aru khawatir.

"Aduh, neng Aru. Kalo belum sembuh jangan dipaksain kesini. Nanti kan bisa a'a Panca anterin makanannya." Panca dengan sok perhatiannya, menimbulkan kejengahan teman-teman OSIS intern yang lain.

"Orang udah gak apa-apa. Lebay." Aru geli sendiri mendengar perhatian Panca yang kesannya malah seperti dibuat-buat.

Kemudian, Aru duduk dibantu oleh Sagam pada salah satu bangku yang ada di aula.

"Lo disayang-sayang malah gitu ya, Ru? Astagfirullah sakit hati aku."

Aru hanya memutar bola mata jengah mendengar ucapan Panca yang sangat dilebih-lebihkan. Sedangkan Sagam, ia menatap Panca tajam dan dihadiahi cengiran tak berdosa oleh Panca sendiri.

YOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang