*Tahap Pembaruan

218 30 0
                                    

"Gak ada faedahnya bandingin masalah lo sama masalah orang lain. Semua udah sesuai porsi masing-masing. Jangan over!"

•••

Aru tertidur di kelas pagi ini dengan tangan menyangga kepalanya yang telungkup di atas meja.

Sasi yang hendak mengembalikan kartu pelajar milik Aru, terlihat kebingungan. Kalau dibangunkan, ia tak enak. Mungkin nanti saja saat Aru sudah bangun. Lalu saat Sasi akan kembali ke meja nya, langkahnya berhenti karena sebuah suara menyapa telinganya.

"Ngapain, Sas?" Sinis Jua yang suka curiga sama orang, terutama Sasi.

"Oh, eh? Ini, ini gue mau balikin kartu pelajarnya Sasi." Sasi gelagapan menjawab pertanyaan Jua.

"Kok bisa di lo?"

"Ah? Ini jatuh di Mall terus gue temu."

"Sini kasih gue aja. Ntar gue yang balikin ke Aru." Tangan kanan Jua menodong ke arah Sasi, meminta kartu pelajar Aru.

"Nanti aja deh gue yang ngasih."

Mata Jua menyipit semakin curiga.

"Lo gak percaya sama gue?!"

"Bukan gitu, Jua. Gu--"

"Ya terus apa?! Mau pencitraan lo?!"

Sasi terdiam untuk meredakan emosinya supaya tidak ikutan meledak seperti Jua biar tak ada drama di pagi yang cerah ini.

"Aww, Sakit, pabo-ya!" Jua menjambak rambut Andi karena telah menggeplak bahunya.

Andi sih dateng-dateng udah jail ke Jua aja. Caper nih pasti.

"Aduh! Aduh! Sakit, Ju! Maaf dah gue. Lo sih galak bener sama orang cantik!" Jua menghempaskan jambakan pada kepala Andi dengan kencang.

"Cantikkan gue!" Ucap Jua tepat di telinga kiri Andi lalu berjalan ke arah mejanya meninggalkan mereka.

"Buset! Suaranya kek klakson truk tronton!" Ucap Andi seraya mengusap telinga kirinya.

Aru sudah terbangun kaget dan menyebabkan detak jantungnya berdetak cepat. Ia memijit kepalanya pelan saat mengetahui keributan di depan mejanya.

"Maafin Jua ya, neng Sasi cantik? Mulutnya abis diamplas makanya landep bener."

Sasi tersenyum simpul memaklumi kelakuan Jua terhadap dirinya. Semenjak keakraban Icel dengan dirinya, teman-teman se-geng Aru memang membencinya. Namun ia paham dan maklum.

"Kenapa, Ru? Pagi-pagi dah pijitan wae. Mikirin utang lo?"

"Mulut lo sama Jua kudu gue selotip, Cegiral!"

"Astagfirullah, Aru! Lo diajarin siapa berdosa kayak gitu?! Tobat sayang tobat!"

"Pala lo sayang. Pergi sana! Bikin makin pening aja."

"Banyak bergaul sama si bocil nih anak. Makanya begitu." Gerutu Andi pelan seraya melangkahkan kakinya pada mejanya.

Setelah kepergian Andi, Aru menatap kehadiran Sasi di depannya. Ia baru teringat akan kartu pelajar yang dibawa Sasi.

"Mau balikin kartu?"

"Ah, iya ini." Sasi memberikan kartu pelajar milik Aru yang ia ambil dari dalam tasnya.

"Makasih banyak, Sas. Sorry banget ngerepotin." Lalu Aru menyimpan kartu pelajar tersebut pada tasnya.

"Gak kok, Ru. Santai aja gak usah minta maaf segala."

YOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang