*Tahap Pembaruan

156 23 0
                                    

"Bisa disebut berkhianat gak sih kalo gue lebih milih temen baru daripada temen lama?"

•••

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Keributan para siswa yang akan meninggalkan kelas terdengar riuh dan ramai.

"Guys, jadikan?"

Audy mengangukkan kepala tanpa minat untuk menjawab pertanyaan Sabrina.

"Ayo langsung gas aja, keburu kesorean. Gue masih harus bikin pesenan masalahnya, nih." Lanjut Sabrina dengan suara cempreng yang terdengar menuntut teman-temannya untuk segera pergi dari kelas.

"Sabar napa, Sapi! Adeeva lagi mau minum dulu." Seru Adeeva jengkel seraya membuka tutup botol tupperware bergambar jerapah miliknya lalu menegak isinya.

"Jadi ke Aru?" Oji bertanya pada Sabrina yang berdiri di dekatnya.

"Jadilah."

"Alay banget pake dijenguk segala. Paling besok tuh bocah udah masuk." Dan seperti biasa, kalimat cibiran selalu keluar dari mulut Oji.

"Gak ada yang ngajak lo. Gak usah banyak komentar." Jawab Sabrina sinis lalu pergi bersama teman-temannya yang lain meninggalkan Oji.

Oji pun hanya merespon dengan gerakan bibir "nyenyenye" yang sekarang menjadi andalan anak-anak XII IPA 1.

"Berantem mulu. Sabrina jadi ilfeel mampus." Ucap Levin yang menghampiri Oji dengan sudah menggendong tas miliknya.

"Yang ada malah makin suka sama gue."

"Halu lo? Sejak kapan tuh cewek suka lo? Ngimpi dia, Dab."

Alam hanya tertawa sinis mendengar ucapan Zidco yang kalimat akhirnya ditujukan untuknya.

"Syirik ae lo, Co." Jawab Oji kesal lalu ia pun berdiri dan mengikuti teman-temannya yang berjalan keluar kelas untuk pulang.

"Lo gak balik bareng Anya dong?" Pertanyaan yang berasal dari Andi untuk Alam, membuka topik para cowok-cowok tersebut yang kini berjalan santai menuju arah parkiran sekolah.

"Kan ikut ke rumah Aru." Jawab Alam sembari membenarkan tatanan tali tasnya.

"Iya, sih. Tapi gak lo anterin?" Tanya Andi kembali.

Oji, Panca, Zidco, dan Levin menyimak baik-baik percakapan tersebut. Sedangkan Sagam dan Edvan, seperti biasa, dua anak kalem itu hanya acuh tak acuh mendengar obrolan antara Andi dan Alam.

"Udah gue tawarin, dia gak mau. Katanya pengen bareng-bareng naik angkot sama yang lain."

Andi pun hanya ber-oh ria merespon jawaban dari Alam.

"Gue jadi pengen punya ayang." Ucapan bernada sedih yang dibuat-buat oleh Panca membuat teman-temannya yang lain bergidik jijik.

"Nyari lah, cok!" Ucap Andi seraya memukul bahu Panca keras.

"Sakit, bego!" Panca meringis kesakitan seraya mengusap bahunya.

"Mana ada yang mau sama modelan kek kue putu."

"Lambemu!"

YOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang