*Tahap Pembaruan

195 24 0
                                    

"Tinggalkan masa lalu. Benahi diri sendiri dan mulai melangkah mantap pada masa depan. Semoga kali ini tidak lagi salah jalan."

•••

Icel yang telah rapi dengan pakaian casualnya, berjalan keluar rumah dan menemui Edvan yang telah menunggunya di depan gerbang rumah.

"Gue terlalu ngerepotin lo ya, Ed?"

Edvan yang menatap Icel, menaikkan sebelah alisnya bingung. Tumben sekali Icel berkata demikian? Dengan raut wajah sangat serius pula.

"Kenapa bilang gitu?"

"Gue cuma dateng pas butuh doang, right?"

"Gak usah dipikir. Ayo, keburu kemaleman."

Saat Edvan akan menyalakan mesin motor, gerakannya terhenti karena sebuah tangan putih milik Icel memegang sebelah pergelangan tangannya.

"Kenapa?"

"Maaf."

"Cel, ayo." Titah Edvan tak mau dibantah. Cowok itu juga sangat malas menanggapi apabila Icel membahas topik tersebut. Topik yang menurutnya sangat sensitif untuk mereka berdua.

Icel pun dengan patuh menaiki motor Edvan setelah menghembuskan napas pelan. Lalu, motor Edvan melaju meninggalkan perumahan Icel menuju ke tempat yang Icel akan datangi.

"Gue orang paling gak tau diri ya, Ed?"

Edvan yang melajukan motornya dengan kecepatan sedang, masih bisa mendengarkan ucapan Icel yang duduk di belakangnya.

"Cel, kita lagi di jalan. Jangan bahas yang berat-berat."

"Gue kenapa baru sadar sekarang?" Dan Icel tetap tidak mendengarkan permintaan Edvan.

"Gak usah overthinking. Benahi aja selagi masih bisa."

"Tentang lo, tentang Aru, tentang gue sendiri. Semuanya rumit."

Edvan terdiam. Bukannya kerumitan itu berasal dari Icel sendiri?

"Gue sadar, gue munafik. Gue terlalu mikirin diri gue sendiri dan nyakitin orang-orang disekitar gue. Orang-orang yang bener-bener peduli sama gue."

Edvan masih terdiam untuk menyimak kalimat selanjutnya dari Icel.

"Maaf, Ed. Maaf buat semuanya."

Di balik helm full face miliknya, Edvan menghembuskan napas pelan.

"Michelle? Gue selalu maafin lo, apapun itu kesalahannya. Gue juga gak pernah benci lo kalo lo mikir gitu. Gue cuma mau lo berubah sama perbaiki semuanya sebelum terlambat. Apalagi ke Aru."

"Aru, ya? Gue sayang sama Aru. Tapi kenapa gue setega itu sama dia? Gue terlalu asik sama temen baru sampe ninggalin Aru. Dan sekarang, dia udah bahagia sama temen barunya tanpa gue."

"Itu konsekuensi dari apa yang lo lakuin."

"Iya, bener. Gue orang paling egois di dunia ini. Dua tahun gue nutup mata dari orang-orang yang paling peduli sama gue. Lo dan Aru. Dan gue heran, kenapa kalian gak benci gue? Bahkan, gue aja benci sama diri gue sendiri."

"Udah, stop. Ini terlalu kemana-mana. Sekarang pikirin yang ada di depan mata. Yang dulu biarin berlalu."

Icel tersenyum kecil mendengarnya.

"Ed, makasih ya? Lo selalu ada kalo gue butuhin. Maaf kalo gue gak tau diri."

"Iya, sama-sama. Udah, ya?"

YOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang