*Tahap Pembaruan

155 22 0
                                    

"Marah-marahin adik kelas di dalam organisasi adalah kesenangan tersendiri bagi kakak kelas."

•••

"Untuk Pasmopanca angkatan dua puluh delapan, pimpinan dan pasukan saya ambil alih. Semuanya, siap grak!"

Anak-anak kelas 11 yang tergabung dalam sub-organisasi Paskib pun otomatis berposisi siap semua-sesuai dengan instruksi dari sang Ketua Umum atau Komandan mereka- di lapangan yang terik disiang hari ini.

"Setengah lengan lencang kanan, grak!"

Mereka yang ada di berbagai tempat, langsung berlari-setelah melakukan gerakan PBB balik kanan bubar jalan- menghadap langsung di depan Ketum Paskib mereka, Sagam Kavian.

Setelahnya mereka menuruti instruksi dari Sagam yang menyuruh mereka berbaris dengan gerakan PBB setengah lengan lencang kanan.

"Lurus!" Aba-aba dari banjar paling kanan dengan shaf paling belakang.

Tiga anak yang ada dibarisan paling kanan-khusus shaf dua, tiga, dan empat- pun segera menurunkan tangan mereka setelah mendengar aba-aba itu.

"Tegap, grak!" Perintah Sagam setelahnya.

Lalu, para anggota Pasmopanca kelas 12, menatap mereka dengan tatapan tajam dan mematikan. Seperti tatapan bersiap untuk meledakkan amarah yang sudah mereka pendam sedari tadi memasuki lapangan.

"Kalian tau apa kesalahan kalian, Dek?!" Teriakan Audy menggema di seluruh lapangan indoor sekolah.

"Wuih, mak lampir is coming, Cuk!" Gumam Oji pada Andi dan Panca.

Mereka bertiga memang sedang menonton anak-anak Paskib sedang latihan dari pinggir lapangan.

"Mantep emang kalo Audy udah marah-marah." Timpal Andi seraya menggelengkan kepala.

"Ssttt, diem, woy!" Perintah Panca pada kedua teman mereka supaya tak berisik dan menikmati tontonan gratis yang menurutnya seru ini.

Dan mereka bertiga akhirnya fokus kembali melihat drama dari anak-anak Paskib sembari menyemil makanan yang dibeli dari kantin.

"Apa dua tahun gak cukup buat kami melatih kalian?" Suara Anya yang datar dan dingin membuat suasana makin tegang.

"Udah?" Aru bertanya pada Alam yang sedikit berlari menghampiri mereka.

"Udah gue ambil alih. Mereka gue buat posisi istirahat di tempat."

Alam menunjuk anak-anak Paskib kelas 10 yang telah membuat barisan sendiri-dibuat oleh kelas 11 sebelum kelas 12 memasuki lapangan tadi- di ujung lapangan. Barisan kelas 10 dan kelas 11 ini agak bersisian namun tetap berjarak.

Aru ikut menatap barisan yang ditunjuk oleh Alam. Ia juga melihat Zidco dan anggota Paskib kelas 12 yang lain mengawasi barisan Paskib kelas 10.

"Bagus." Aru menganggukkan kepala.

Lalu, Alam menghampiri sang kekasih yang sedang bersedekap dada di depan barisan Paskib kelas 11.

"Mau di evaluasi kan?" Tanya Alam lirih pada Anya.

"Iya." Jawab Anya setengah berbisik.

Alam menganggukkan kepala paham.

"Kayak gini Pasmopanca?"

Suara Sagam yang tegas dan dalam sangat menyeramkan untuk didengar. Bahkan Aru pun agak bergidik ngeri karenanya.

"Kalian adalah pasukan inti! Gak cuma di Pasmo tapi juga di Sub-Or Pramuka! Tapi hari ini, kalian udah mempermalukan kami!" Lanjut Sagam dengan berteriak tepat di depan mereka.

YOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang