*Tahap Pembaruan

257 38 0
                                    

"Belum terlalu terlambat buat memperbaiki semuanya. Jangan ambil kesimpulan sendiri."

•••

Sagam tersenyum geli sedari tadi. Ia sesekali menolehkan pandangan pada gadis disampingnya. Arunika memasang muka masam sedang menahan gejolak emosi yang akan keluar untuk menyumpah serapahi Sagam.

"Senyum dikit gak buat pipi lo sakit." Walau terkesan datar, namun Sagam mati-matian menahan tawanya.

Tahan, Aru. Kalau kamu marah-marah, nanti Sagam tambah makin-makin kelakuannya.

Sagam sangat suka mengganggu Aru, sejak kecil selalu begitu. Sagam sangat peduli pada Aru dan seterusnya akan begitu. Sagam posesif, Sagam perhatian, Sagam peka, Sagam bawel, Sagam nyebelin, Sagam ini, dan Sagam itu.

Sangat melekat diingatan mereka berdua atas kebiasaan mereka masing-masing.

"Mau apa sih?!"

Sagam menolehkan pandangannya pada teman masa kecil yang ada di sampingnya, menatap lurus pada Aru yang sesekali berdecak dan menghela nafas berat karena kehadirannya. Betapa menggemaskan Arunika kalau lagi ngambek. Andai ia tidak melanjutkan sekolah menengah pertamanya di Bali.

"Ketemu Aru."

"Kolam renang ini gak pernah dipake?" Lanjut Sagam dengan pandangan lurus ke depan tepat pada kolam renang milik Aru.

Basa-basi Sagam semakin membuat Aru kesal.

"Dipake Balu buat berenang."

Walau dijawab dengan sinisan, namun Sagam cukup terhibur.

"Balu bisa renang?"

"Ya bisa lah! Semua jenis ferret kan suka renang."

"Gak tenggelam?"

Aru berdecak gemas. Rasanya ia ingin menenggelamkan Sagam saja di kolam renang rumahnya.

"Lo sebenarnya kesini mau apa sih?! To the point!" Kali ini Aru yang berbicara seakan tak ingin dibantah.

Sagam melihat ke arah langit sejenak sebelum menjawab ucapan Arunika. Pikirannya menerawang, kepalanya dipenuhi oleh ucapan-ucapan yang sangat berisik. Sama seperti Arunika.

"Semuanya bakal baik-baik aja kalo lo mau buka mata lo."

"Ni cowok pengen gue lempar ke kolam ikan aligator kali ya?!" Batin Aru menjerit gemas karena dirinya dikatai oleh Sagam.

"Lo kira gue merem mulu?!"

Sagam menutup matanya terkejut karena suara Aru yang melengking di telinganya.

"Pelan bisa? Udah malem ganggu Bunda lo lagi nonton Ikatan Cinta."

"Tolong, Gam. Kalo cuma mau main-main, mending lo pulang."

"Disinggahi tamu harusnya seneng."

"Kalo tamunya lo, gue harus sedih."

"Pilih kasih."

Saking sudah jengkel di level akut, Aru tak segan menggeplak lengan Sagam kencang. Sagam meringis merasakan panasnya geplakan tangan Aru pada lengan kirinya. Ia mengusap-usap lengannya pelan.

"Jangan main tangan, bisa?"

"Gak! Udah lah pulang sana, ih!"

Tante May yang tidak sengaja melihat kejadian tersebut berteriak heboh. Ia membuka pintu kaca geser yang menghubungkan ruang tengah dengan taman samping.

YOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang