*Tahap Pembaruan

209 32 0
                                    

"Sebelum lo ngurusin hidup orang, dunia ini udah berputar. Setelah lo ngurusin hidup orang, dunia pun akan tetap berputar. Ada atau tidaknya lo gak mempengaruhi kehidupan di bumi. Jadi, kurang-kurangin ikut campur sama urusan orang lain."

•••

"Tumben gak berangkat bareng Sagam lagi, Ru?" Tanya Audy pada Aru.

Belum sampai Aru menjawab, ia dan Audy menengokkan kepalanya pada sumber suara yang telah membuat kegaduhan di meja mereka.

"Ih, Jua! Kok buburnya diaduk sih?!" Adeeva menatap jijik pada mangkok bubur ayam milik Jua.

Aru dan Audy memutar bola mata malas atas drama Adeeva. Sedangkan Anya, ia hanya menyimak saja. Anak kalem ya gini.

"Lo tiap-tiap hari ngomenin hidup orang mulu, Cil." Sahut Sabrina sinis.

"Tau tuh! Suka-suka gue lah mau diaduk apa kagak!" Greget Jua pada gadis berwajah bulat di depannya itu.

"Tapi kan njelehong! Bentuknya kayak muntahan kucing, ewh." Ucap Adeeva sembari bergidik jijik.

"Ih Deeva, teman-temannya lagi makan gak boleh ngomong gituan, saru." Nasehat Anya pada Adeeva yang meringis melihatnya.

"Kenapa mulut cewek-cewek ini pada gak ada yang bener, Ya Allah. Kecuali gue sama Anya." Aru berujar lirih dengan gelengan kepala pusing atas tingkah teman-temannya.

"Apaan njelehong?" Tanya Audy penasaran. Ia menatap heran Adeeva yang selalu mendapat kosakata baru yang diluar nalar.

"Bahasa Jawanya jijik kan njelei, terus gue permak deh jadi njelehong biar kece." Ia menunjukkan gigi-giginya setelah menjawab pertanyaan Audy.

"Lo itu yang njelehong!"

"Sewot mulu, Jua. Mulutnya makin pedes deh. Suka lo jejelin cabe sepuluh kilo, ya?"

Kedua bola mata Jua melotot mendengar kebodohan Adeeva. Kebanyakan bergaul sama Oji dan Andi ini anak pasti. Sampai otaknya ikutan tergelincir.

"Otak lo yang gue jejelin cabe sepuluh kilo!"

"Ayo terus, Ju! Bantai si bocil sampai klenger!" Sabrina memijit pundak Jua bermaksud menyemangati seperti petarung di ring tinju.

"Heh! Sapi gak ikut-ikut ya! Lo gak diajak!"

Kan benar? Dari logat bahasanya saja sudah mengikuti jejak sesat Oji.

"Lah bodo amat! Lo gak punya partner!" Sabrina mengejek seraya menjulurkan lidah.

Adeeva geram. Ia menarik lengan Audy yang berada di sampingnya dan mengalungkan tangannya pada lengan Audy.

"Bantuin Adeeva dong." Adeeva menatap Audy dengan kedua kelopak mata ia kedip-kedipkan, memohon melas supaya dibantu adu mulut dengan Jua.

Aru menatap Anya yang ada di depannya. Ia mengajak berbicara Anya tanpa suara.

"Abisin makan kita cepet. Biar bisa keluar dari sini."

Anya menyetujui ucapan Aru dengan jari kanan membentuk huruf 'O' dan berkata 'Oke' tanpa suara juga. Lalu mereka terburu-buru menghabiskan makan mereka.

"Ih apa dah! Gue gak mau ikut-ikutan!" Audy melepaskan rangkulan tangan Adeeva.

Raut muka Adeeva tertekuk sebal dengan bibir memberengut. Terlihat semakin lucu dan menggemaskan di mata orang-orang kecuali Jua dan Sabrina. Tiga orang ini sukanya musuhan mulu.

"Sok cantik, ewh." Cibir Sabrina.

"Iya, ewh." Sahut Jua.

"Iri aja lo berdua. Gue emang cantik kali! Seksi, gemoy, imut, lucu."

YOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang