*Tahap Pembaruan

157 24 0
                                    

"Memang membosankan. Tapi kenangan terindah ada pada yang telah lama bersama mau sebaik apapun yang baru."

•••

Ting tong

Bel rumah berbunyi. Aru yang memang sudah stand by di ruang tamu untuk menunggu kedatangan Sasi, segera membukakan pintu.

Dan seperti dugaannya, Sasi lah yang muncul setelah ia membuka sedikit pintu rumah. Lalu, Aru membuka lebar pintu seraya mempersilahkan Sasi untuk masuk ke dalam.

Dirinya dan Sasi memang sudah sepakat untuk mengerjakan tugas kelompok dari Bu Saras yang tertunda kemarin. Karena semalam Aru pulang agak kemalaman, akhirnya mereka mengerjakannya di rumah Aru kembali. Tidak jadi untuk mengerjakannya di lain tempat.

"Udah bisa bertamu di rumah gue, nih." Goda Aru yang dibalas tertawa oleh Sasi.

Mereka berdua pun duduk di satu sofa panjang yang sama.

"Diceritain Budhe Rum pasti? Ya kan? Ngaku lo." Sasi tertawa geli atas kelakuan dirinya kemarin saat bertamu di rumah Aru untuk pertama kalinya.

"Iya lah. Budhe Rum kalo ada apa-apa pasti cerita. Suka ghibah dia." Mereka berdua pun tertawa cekikikan bersama.

Memang Aru dan Sasi sudah mulai akrab sekarang. Apalagi setelah Sasi bertamu kemarin, mereka sangat sering chatan, membahas hal-hal random sekalipun.

"Oh iya, Ru. Semalem gue udah baca-baca sedikit terus udah nemuin poin-poin pentingnya nih. Gimana menurut lo?"

Setelah puas tertawa, mereka akhirnya kembali ke topik utama, membicarakan tentang tugas dari Bu Saras. Sasi pun memberikan buku paketnya dan membuka halaman dimana ia sudah membubuhi garis semu pada kalimat-kalimat yang menurutnya poin penting dari materi itu.

"Baru segini sih, ya biasa anak mager kalo soal mapel PKN. Kalo lo oke, kita tinggal lanjutin aja materi selanjutnya. Nyari poin-poin penting yang lain."

Aru nampak membaca seksama atas apa yang ditemukan oleh Sasi.

"Sip, nih. Sangat mewakili bagian per-sub bab. Iya gue setuju deh. Kan lo udah nemu setengah, setengahnya lagi gue aja. Lo salin aja hasil lo ke PPT kita. Kalo mau diedit sekalian juga gak apa-apa. Gue selalu setuju sama ide lo. Kan lo anak kreatif."

Pujian dari Aru itu mengundang gelak tawa dari Sasi sendiri. Ia mendorong pelan lengan Aru karena merasa tersipu.

"Bisa aja lo. Yaudah gitu aja ya biar cepet rampung juga. Ntar kalo lo udah selesai, kasih ke gue langsung. Biar gue ketik sekalian diedit kan ini?"

Aru mengangguk menyetujui tak lupa kedua jempol tangannya mengacungi Sasi.

"Eh, iya. Gue ke dapur sebentar deh. Lupa ngambilin lo minum."

Setelahnya, Aru sedikit berlari menuju dapur untuk membuatkan Sasi minuman. Sasi yang tadinya fokus pada laptop milik Aru ini, sejenak melihat tubuh belakang Aru yang berlari ke dapur. Entah apa yang ada dipikirannya, Sasi memandang Aru dengan tatapan yang sulit diartikan.

Saat Aru sudah tak terlihat dalam pandangannya, ia menatap lama pada laptop milik Aru tanpa melanjutkan aktivitasnya membuat PPT. Ia ingin membuka folder penyimpanan milik Aru namun berpikir tindakan itu sangat terkesan tidak sopan. Sasi benar-benar dilanda kebingungan.

Rasa penasarannya makin membuncah saat ia mengubah tampilan screen laptop Aru dari yang tadinya di Ms. PowerPoint menjadi folder penyimpanan. Ada banyak data disana. Termasuk sebuah folder yang kemungkinan berisi foto-foto dengan nama album 'w/ squirrel'.

YOUTHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang