01. Pengumuman

249 25 3
                                    

Bergeraklah, keberhasilan tak akan menjemputmu.

Dengan bibir yang terus bergumam mengikuti suara yang kudengar, langkah pelanku mulai menaiki tangga. Pandanganku beradu dengan bangunan yang cukup jauh dari lapangan utama.

“Kenapa harus di atas, sih?”

Bibirku mengerucut, sedikit kesal karena harus melewati jarak yang tak bisa kukatakan dekat.

“Udah mau jam delapan.”

Buru-buru jari telunjukku menghentikan alunan musik yang sedari tadi menemani. Dalam sekejap kaki yang sedari tadi melangkah pelan kini dipercepat, pasalnya 15 menit lagi pengumuman akan segera dimulai.

Hari ini adalah hari keempat. Hari di mana pengumuman sekaligus pembagian anggota OSIS dan MPK. Sejujurnya aku merasa percaya diri dengan kemampuanku, namun melihat peminat yang begitu banyak aku jadi sedikit ragu. Tapi ya sudah, kita lihat saja hasilnya.

“Kalian semua sangat-sangat baik, tetapi di sini kami harus memilih yang terbaik. Kami harap hasilnya tidak membuat kalian merasa besar kepala, juga sakit hati.”

Sebelum membacakan hasilnya, gadis berbaju hitam putih itu berucap lembut. Melihatnya berpakaian seperti itu entah mengapa mengingatkanku pada satu merek camilan, Oreo.

“Ah mungkin karena wajahnya manis terus warna bajunya juga memadai,” batinku penuh dengan pikiran yang tidak berguna.

Oh ayolah, apakah kau bisa fokus sedikit saja Maira? Jangan keterlaluan, saat ini adalah momen penting untuk urusan organisasimu.

Deretan nama untuk anggota-anggota MPK mulai terdengar. Hatiku turut berdebar kencang, karena aku yakin bisa bergabung dengan barisan yang kini di arahkan meninggalkan ruangan.

“Paras Satria!”

Nama terakhir yang diumumkan dengan begitu kencangnya membuat tubuh tegapku bersandar lemah.

“Tidak ada aku diurutan itu?”

Dalam sekejap wajah tenangku berubah panik. Bagaimana bisa? Aku sudah berjuang sekuat tenaga.

“Tidak-tidak. Jangan seperti itu Meira. Mungkin memang mereka lebih baik. Ya, mereka lebih baik.”

Kukuatkan diri berkali-kali, meski kenyataannya aku tengah patah hati.

“Selanjutnya untuk keanggotaan OSIS.”

Lagi-lagi suara tegas itu mengalun sempurna, memenuhi gendang telinga.

“Meira Mahandi!”

Aku bingung, diurutan pertama namaku disebutkan.

“Hah?”

Tanpa sadar suaraku keluar dengan tatapan mata yang tak henti-hentinya menyorotkan kebingungan.

“Silahkan untuk mengikuti Teh Imanda ke ruangan samping,” tutur seorang pria di dekat pintu yang sudah terbuka.

“Baik, Kak.”

Langkahku terayun meninggalkan ruangan dengan tanda tanya besar. Proses pemilihannya bagaimana, sih? Aku kan daftar di MPK, kok bisa masuk ke OSIS? Apakah terjadi kesalahan, atau aku yang salah menulis di angket?

MEIRAKSA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang