HIS OBSESSION - 8

57.3K 4.7K 55
                                    

8

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

8. Dream

Kepala Duchess Ilya benar-benar melayang di depan mata semua orang. Para pelayan berteriak panik, sedangkan Callysta hanya terdiam kaget melihat sosok yang datang tiba-tiba itu. Xavier. Sesuai dugaannya.

"Berani sekali wanita tua ini." Ujarnya dingin, ia meninggalkan jasad Ilya dan berjalan menghampiri Callysta, lelaki itu menggendongnya dan memanggil tabib untuk mengobatinya. Tanpa berlama-lama di mansion itu, Callysta dan pengawalnya langsung mengumpulkan barang bukti dan menuju ke gedung penyekapan anak-anak itu yang berada di perbatasan dan Xavier langsung kembali ke kerajaan Selatan beberapa pejabat kerajaan di sana terbunuh oleh orang lain. Sedangkan pelayan mansion tersebut tengah sibuk mengurus mayat wanita tua itu.

Mereka benar-benar tercengang melihat keadaan gedung besar tersebut. Kumuh, gelap, dan dipenuhi oleh anak-anak terlantar didalamnya yang bisa wanita itu jual kapan saja. Beberapa anak yang dikabarkan hilang pun ada di dalam sini. Mereka dibebaskan dan diantar pulang dengan kereta kuda, sedangkan beberapa penjaga dan pengurus gedung itu ditangkap dan akan dijatuhi hukuman yang serius.

"Aku harus kembali ke pos, anak-anak menungguku." Gumam Callysta. Sesaat setelahnya kereta kuda langsung melaju dengan Callysta bersama dua pengawal dan seorang pengacara.

"Ilya cukup cerdik dalam menyingkirkan anak tirinya. Tolong kembalikan hak kekayaan anak itu, dan juga hancurkan mansion terkutuk itu, aku yakin anak-anak Duchess Ilya merasa trauma karena diperlakukan tidak baik. Bangun kembali sebuah rumah di wilayah barat, banyak yang berprofesi sebagai pengasuh di sana." Perintah gadis itu tegas. Ke tiga bawahannya mengangguk mantap.

"Baik Yang Mulia, dan pendapatan anda akan diserahkan langsung ke kediaman." Ujar pengacara tersebut, Callysta hanya meng-iyakannya.

•••

"Bibi Ann, perkenalkan ini Varo dan Hazel. Aku membawa mereka dari pelelangan." Ujar Callysta tepat setelah mereka berada di depan pintu kediamannya. Hazel, gadis kecil itu terperangah melihat besarnya ukuran kediaman ini, karena memang sebelumnya ia tidak mempunyai rumah.

"Ha-lo bibi! Aku Varo, ini adikku Hazel." Ujar anak itu memberanikan diri. Bibi Ann tersenyum lembut mendengarnya.
"Kalian boleh memanggilku bibi Ann saja, tapi jangan panggil nenek, ya. Itu terlalu terdengar tua, hahaha." Ujarnya diakhiri tawaan renyah.

"Kalian berdua, tolong siapkan pakaian dan makan malam." Perintah Callysta yang diangguki kedua pelayan itu.

"Ayo, kita masuk, kalian akan mendapatkan kamar baru." Ujar Callysta. Kedua bocah itu mengangguk riang, mereka berjalan dengan masih terkagum melihat lorong berisi furnitur khusus. Saat masuk kamar, keduanya terbelalak melihat kamar yang menurut keduanya sangat besar.

"Tuan putli.. Kita tinggal di sini?" Tanya Hazel pelan. Callysta mengangguk lalu berjongkok di depan mereka berdua, "Mulai sekarang kalian khusus akan tinggal di sini. Kalian akan tidur dengan nyaman dan makan dengan kenyang. Jangan khawatir." Ujarnya lembut. Mata kedua anak itu berair, mulai menangis.

The Tyrant's Beloved Woman [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang