HIS OBSESSION - 21

33.4K 3K 37
                                    

21

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

21. Illusion

Callysta mengerjapkan matanya perlahan ketika tidurnya terusik. Ia memandang langit-langit sesaat, lalu bangun dan terduduk. Gadis itu melihat layar handphonenya yang memperlihatkan pukul setengah enam pagi.

Kepalanya menoleh pada Tania yang masih terlelap di sofa. Alisnya sedikit mengerut, awalnya gadis itu mengira jika Tania yang berpindah tidur di sampingnya. Tapi sepertinya tidak, Callysta juga menyadari jika tubuh Tania terlalu kecil jika bersampingan dengannya seperti dalam mimpinya itu.

Gadis itu meraba pinggangnya yang masih terasa hangat dan sedikit pegal. Wajahnya kemudian memerah, "Laki-laki, ya?" Gumamnya.

Setelah beberapa saat mengingat-ingat, Callysta yakin ia bermimpi tertidur bersama lelaki asing itu, rasanya sangat nyata hingga wajahnya kembali memerah mengingat bagaimana dekatnya tubuh mereka dan betapa  eratnya dekapan pria itu di dalam mimpinya.

"Ugh, dosa apa aku sampai memimpikan lelaki mesum seperti itu?" Callysta begidig ngeri. Ia kemudian beranjak dari duduknya untuk membersihkan diri.

Ia memakai pakaian yang dibawa sahabatnya itu, hari ini ia bisa pulang setelah jam makan siang. Sedikit demi sedikit Callysta bisa mengingat apa-apa tentang kehidupannya disini. Mulai dari tempat tinggal, sekolah, hingga kegiatan favoritnya sehari-hari.

Teman-teman yang lainnya sudah berencana menjenguk sekaligus menjemputnya. Mereka berkomunikasi ria di aplikasi chat pada saat jam sarapan.

"Tan, apa aku punya pacar?" Tanya Callysta. Nada bicaranya sedikit ia ubah agar tidak terdengar terlalu kaku saat berbicara.

Tania tertawa keras saat pertanyaan itu muncul, apalagi dengan nada bicara yang aneh seperti itu, "Apaan si, Lise. Kamu ini orang yang mecahin rekor status single terlama di kampus. Mimpi apa kamu sampai nanya pertanyaan aneh kayak gitu?"

"Mimpiin laki-laki mesum." Ujarnya, gadis itu lagi-lagi begidig ngeri lalu memeluk dirinya sendiri.

Tania kembali tertawa terbahak-bahak. Callysta hanya menatap datar gadis yang mengaku sahabatnya itu, lalu kembali menyuapkan makanannya.

"Ah iya, Tan. Bisa antar ke perpustakaan kota nanti siang? Rasanya kangen ke tempat itu lagi." Pinta gadis itu.

Tania dengan senang hati mengangguk, "Tenang aja, nanti gue jemput ke rumah jam satu, oke?" Callysta ikut mengangguk mengiyakan.

Beberapa puluh menit berlalu, acara bincang-bincang mereka terhenti dengan datangnya teman-teman mereka yang lain. Terlihat dua orang laki-laki dan satu orang perempuan menghampiri Callysta dengan tergesa-gesa sambil menenteng kantong plastik berukuran sedang yang entah berisi apa.

"Vel, lo udah gapapa kan, dear?" Gadis berkulit sawo matang itu, Rina, langsung memeluknya erat. Callysta hanya mengangguk lalu membalas pelukannya itu.

The Tyrant's Beloved Woman [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang