28. Rollercoaster
"Maaf, tapi saya hanya mengharapkan hak saya sebagai ayah. Menjaga dan membesarkan mereka juga adalah salah satu kewajiban saya, Yang Mulia."
Callysta menatap nanar orang yang bertamu sepagi ini. Lelaki berambut coklat dengan kacamata yang melekat itu juga memandangnya sendu. Wanita itu lalu menoleh pada kedua anak angkatnya, mereka ikut berkunjung ke Utara untuk membicarakan permasalahan ini.
"Bagaimana menurut kalian, nak? Mama hanya menginginkan yang terbaik, kalian tidak perlu khawatir dengan jarak. Kunjungi kami kapanpun kalian mau." Callysta tersenyum lembut kepada kedua anak itu, Varo dan Hazel.
Ya, lelaki tadi yang bernama Nicholas adalah orang yang mengkonfirmasi jika Varo dan Hazel adalah anaknya. Nic bekerja di akademi sebagai staf di tingkat 5 sejak beberapa tahun yang lalu setelah ia berpisah dengan istrinya, ayah anak itu bertemu beberapa kali dalam penyelenggaraan ujian. Lelaki itu sudah curiga jika keduanya adalah anak yang dibawa paksa oleh mantan istrinya setelah melihat tanda lahir di punggung Varo.
"Saya sudah bersumpah untuk tidak menelantarkan anak-anak ini seperti yang dilakukan oleh mantan istriku dulu. Saya mohon, Yang Mulia, berikan saya kesempatan."
Callysta sedikit berpikir, matanya masih tidak lepas dari kedua anak yang tengah menunduk. Varo terlihat bingung sementara Hazel terlihat menahan tangisnya.
"Hazel, kemarilah nak.." Callysta merentangkan tangannya. Gadis kecil itu langsung menghambur ke pelukannya, ia terisak pelan.
"Mama," Panggilnya kecil.
"Azel cayang mama.." Lanjutnya sambil mengeratkan pelukannya.
Callysta tersenyum, "...Tapi kamu ingin tinggal dengan ayah kandungmu, bukan?" Tanyanya memastikan. Setelah mendapat laporan, ternyata Varo dan Hazel sudah dekat dengan Nic sejak pertama masuk akademi. Mereka pasti sudah banyak berkomunikasi.
Hazel mengangguk, "Mama ma-lah?" Tanyanya yang membuat Callysta tertawa kecil.
"Tentu saja tidak, sayang." Ia kemudian menoleh pada Varo dan membawa anak itu ikut kedekapannya.
"Kalian sekarang sudah menemukan anggota keluarga kandung, jadilah anak yang baik dan bangun kembali rasa kekeluargaan bersama ayah kalian."
"Baik, mama." Jawab mereka dengan senyuman kecil terpatri dikedua wajah itu.
Nicholas tersenyum melihatnya, "Terima kasih banyak, Yang Mulia."
Callysta memerintahkan David untuk membawa beberapa dokumen, Nicholas harus mempunyai jaminan untuk merawat mereka dengan baik, karena itulah Callysta berusaha mempersiapkannya matang-matang.
Wanita itu mengecup pipi kedua anak itu, "Sekarang Varo dan Hazel sudah bisa hidup bersama ayah kalian. Pergilah, nak, tapi jangan lupa untuk mengunjungi mama sesering mungkin."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tyrant's Beloved Woman [END]
Romance'𝘞𝘩𝘦𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘥𝘦𝘷𝘪𝘭 𝘧𝘢𝘭𝘭 𝘪𝘯 𝘭𝘰𝘷𝘦 𝘧𝘰𝘳 𝘵𝘩𝘦 𝘧𝘪𝘳𝘴𝘵 𝘵𝘪𝘮𝘦' "Callysta...kau sangat indah, sangat cantik. Aku mencintaimu." ujarnya pasti sambil mendekatkan wajah kami, suaranya yang berat dan sedikit serak itu berhasil memb...