Extra Part! (2)

42K 2.9K 150
                                    

2

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

2. Perfect

"Mama! Arthur sudah siap." Anak lelaki itu berlari ke arah ibunya yang kini masih merapikan riasan rambutnya. Ia tersenyum senang melihat Callysta yang juga ikut tersenyum kepada anak itu.

Malam ini adalah perayaan ulang tahun Arthur, anak itu kini sudah berusia 8 tahun. Ia tumbuh dengan baik, dengan tubuh yang sedikit demi sedikit semakin meninggi dan wajah tampan yang terlihat lebih mirip Xavier dibandingkan dengan Callysta. Iris mata merah gelapnya juga sudah muncul lebih cepat dari yang Kakek Mora kira.

"Selesai, Yang Mulia." Ujar salah satu pelayan.

"Baiklah, terima kasih."

Callysta mengelus puncak kepala Arthur dengan senyuman manis yang terlihat di wajahnya, "Sekali lagi selamat ulang tahun, Arthur."

Anak itu tersenyum, "Terima kasih, mama."

"Ah, benar. Ayo kita susul papa!"

"Tentu." Wanita itu kembali tersenyum.

Keduanya berjalan beriringan melewati lorong-lorong pendek menuju ruang kerja Xavier. Ia mendapat panggilan untuk menandatangani beberapa laporan dengan segera. Lelaki itu bahkan melewatkan makan malamnya.

Keduanya sampai dan langsung masuk setelah mengetuk pintu. Di sana terlihat Xavier yang sedang dibantu merapikan dasi oleh David, ia berganti pakaian dengan terburu-buru di tempat itu. Pandangan lelaki itu terkunci ketika melihat istrinya yang sudah terlihat cantik berbalut gaun berwarna hitam dengan hiasan bunga berwarna putih dan emas.

"Jangan melihatku seperti itu, Xavier." Ujar Callysta setelah merasa kurang nyaman dipandangi di depan David dan Arthur. Xavier hanya terkekeh pelan mendengarnya.

"Apa kau menginginkan sesuatu untuk hadiah tahun ini, nak?" Xavier berjongkok didepan Arthur dan mengelus puncak kepalanya.

Anak itu menggeleng, "aku belum menginginkan apapun."

"Baiklah. Segera beritahu papa jika kamu menginginkan sesuatu."

Xavier tersenyum kecil ketika David pamit meninggalkan mereka bertiga di ruangan kerjanya. Lelaki itu kemudian mengajak istri dan anaknya untuk berjalan keluar juga. Setelah berada di ambang pintu, ia mendorong pelan tubuh Arthur lalu menutup pintunya dengan segera, menahan Callysta bersamanya di dalam.

"Papaa!" Protes Arthur dengan tidak terima. Ayahnya itu pasti hendak menyerang ibunya lagi.

Callysta tersentak kaget melihat kedua tangan lelaki itu sudah terletak diantara tubuhnya. Ia hanya menghela nafas, lalu berbalik.

"Xavier, apa yan--" Ia memotong pembicaraannya sendiri setelah ia melihat lelaki dengan iris ungu tua itu tersenyum miring.

Wanita itu mengerjap pelan, "T-yrone?" Tanyanya pelan.

The Tyrant's Beloved Woman [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang