HIS OBSESSION - 4

69.9K 5.4K 39
                                    

4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

4. Flowery Path

"Yang Mulia! Apa anda baik-baik saja?!" Tanya beberapa pengawal yang berlari berhamburan menuju sosok Callysta. Ia baru saja sampai kembali di wilayah Hijauan itu, semua orang menatapnya cemas. Bahkan para prajurit istana yang lain kalang kabut mencari gadis itu sejak kemarin petang. Callysta tersenyum tipis, ia merasa bersalah dan lucu disaat yang sama.

"Aku baik-baik saja, kemarin aku kelelahan, jadi aku langsung menginap di salah satu penginapan di pusat kota. Maaf sudah membuat kalian cemas," Ujarnya. Orang-orang yang ada di depannya menggeleng, "Tidak, Yang Mulia, jangan meminta maaf. Anda kembali dengan selamat saja kami sudah bersyukur," Ujar salah satu pengawal. "Dan kabar baik untuk kita, semua pekerjaan di sini sudah selesai, lebih cepat dari yang kita perkirakan." Ujar asistennya. Semua orang bersorak gembira.

"Ini artinya kita akan segera pulang. Cepat benahi barang-barang yang kita bawa, dan bagikan sejumlah uang saku untuk korban bencana." Ujar Callysta tegas.

"Baik, Yang Mulia!"

Gadis itu mulai berjalan ke arah tempat penginapannya. Ia segera membersihkan diri dan berendam air hangat. Pikirannya berkecamuk mengingat kejadian semalam. Ia menenggelamkan sebagian wajahnya, matanya beralih pada warna hitam yang luntur dari rambutnya.

Ah, benar, gadis itu membeli pewarna rambut sementara untuk menutupi bagian rambutnya yang berwarna perak kebiruan itu. Ia cukup sulit menemukan pewarna hitam yang benar-benar pas dengan warna rambutnya yang gelap itu. Tapi beruntung ia menemukannya dan bisa menjamin orang-orang asing di luar sana tidak akan mengenalinya.

Rambut perak kebiruannya memang benar-benar langka, bibi Ann dulu pernah mengatakan bahwa ibunya berasal dari sebuah suku terpencil di luaran sana, mereka mempunyai ciri gen khusus yang sekarang didapatkan Callysta meski hanya setengah, sedangkan rambut hitamnya ia dapatkan dari ayahnya, raja Erada, dan sekarang Callysta khawatir jika Xavier mengetahui bahwa dirinya adalah seorang bangsawan.

"Apa dia itu... pembunuh bayaran? Atau mungkin buronan?" Gumamnya, ia khawatir jika tindakannya menyelamatkan lelaki asing itu adalah pilihan yang buruk. Callysta menggelengkan kepalanya, berusaha mengenyahkan semua pikirannya tentang lelaki itu. Ia segera beranjak dan berganti pakaian.

Callysta sudah siap kembali dengan para prajuritnya itu, kereta kuda mereka sudah berjejer rapi di jalan utama. Banyak dari korban bencana dan warga daerah lain yang berkumpul, bersama sama mengucapkan terima kasih dan memberikan banyak hadiah, mahkota bunga, makanan khas daerah Hijauan, dan lainnya.

Callysta tersenyum senang, ia melambaikan tangan sebelum memasuki kereta kuda. Sesaat kemudian ia tertawa ketika melihat kursi dan langit langit didalam kereta kudanya sudah berhias bunga, "Anak anak itu, mereka manis sekali." Ujarnya senang. Rombongan itu berangkat, kembali ke kerajaan Nerath dengan warga istana yang sudah siap menyambut mereka.

The Tyrant's Beloved Woman [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang