HIS OBSESSION - 10

51.5K 4.6K 19
                                    

10

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

10. Them

"Hiks... A-aku tidak sengaja.. Kenapa kata-kata putri sangat jahat.. Hiks.." Gadis itu mulai menangis keras. Membuat siapapun yang baru datang melihat kejadian itu menjadi salah paham.

"Apa yang kau lakukan pada Vivi?!" Teriak seorang lelaki, ia menghampiri gadis yang tersungkur itu, lalu membantunya berdiri. Callysta sedikit tersentak, "Tunggu, Vivi?" Batinnya bertanya-tanya. Seingatnya, nama gadis yang ikut meracuninya dulu adalah Popy.

"Aku sama sekali tidak melakukan apapun. Silahkan tanya pada nona itu." Jawab Callysta datar.

"Apa yang dia katakan itu benar?" Lelaki itu menoleh pada gadis bernama Vivi itu.

"Be-benar, Pangeran Michael, a-aku tidak sengaja jatuh dan menumpahkan minuman pada gaunnya, hiks.. t-tapi dia mengatakan hal yang mem-buatku sedih.." Vivi menjawab dengan terbata-bata.

"Jangan berkata yang tidak tidak, Vivi tidak melakukannya dengan sengaja, kau bisa mendengarnya sendiri." Michael, lelaki itu menatap Callysta, sedangkan gadis itu memutar bola matanya, tidak peduli akan belaannya itu.

"A-aku benar-benar tidak sengaja, mari aku bantu bersihkan." Lanjutnya sambil hendak meraih gaun Callysta, gadis itu segera menepis lengan Vivi.

"Menjauhlah! Itu tidak perlu, gaunku berkualitas, ini tidak mudah basah terkena air." Ujar Callysta keras, membuat tamu lain tertarik memperhatikan gaunnya. Gadis itu tersenyum.

"Anda terlihat kacau, nona Vivi." Ujar Allen sengaja. "Sepertinya anda yang lebih membutuhkan pertolongan, nona. Lihatlah penampilan anda saat ini." Ujar Callysta sambil kembali duduk dan menyesap tehnya. Vivi gelagapan saat melihat gaunnya sendiri, ia langsung berlari menuju ruang ganti.

"Ck, lihat saja nanti." Michael menatap tajam Callysta, ia ikut menghampiri Vivi yang sudah tidak terlihat wujudnya. Callysta hanya mendelik, sepertinya ia benar-benar memiliki dendam terhadapku, pikirnya.

Kerumunan tamu itu akhirnya kembali menjauh, ada yang kembali berbincang dan ada yang berusaha mendekati Callysta untuk membahas seputar gaunnya tersebut. Gadis itu bersorak dalam hatinya, rencananya berhasil.

"Ya, benar sekali, Countess Belliene juga merupakan rekan bisnisku juga. Kalian bisa langsung memesan rancangan gaunnya pada Nyonya Belliene. Dia merupakan desainer yang handal." Ujar Callysta, para gadis bangsawan lain yang berkumpul di dekatnya tersenyum cerah dan langsung bergegas mencari keberadaan Belliene. Mereka menyukai hal-hal yang mewah dan berkelas, mereka tidak akan ragu untuk memesannya.

Perjamuan masih berlangsung hingga matahari naik, banyak sekali hal yang harus dilakukan para tamu. Ini adalah momentum penting, hanya terjadi sesekali dalam setahun, apalagi mereka datang dari jauh. Callysta sebenarnya tahu banyak bangsawan yang terlihat baik, rendah hati dan ingin menyapanya, tapi sayangnya tubuhnya mulai melemas, entah apa yang sebenarnya terjadi pada tubuh gadis itu. Ia segera melangkahkan kaki bersama Bibi Ann, berusaha untuk kembali ke kediamannya. Wanita itu benar-benar cemas akan keadaan Callysta, sepertinya ia cukup trauma mengingat kejadian dimana gadis itu diracuni.

The Tyrant's Beloved Woman [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang