HIS OBSESSION - 30

26.6K 2.7K 60
                                    

30

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

30. Sunshine

Xavier menatap lekat-lekat bayi kecil yang bergerak-gerak di ranjang. Matanya berkilat penasaran. Setelah semalaman para tabib berusaha menyelamatkan anak itu, akhirnya semua orang bisa bernafas lega dari dini hari hingga pagi datang. Xavier terlihat sangat bersyukur dan senang, seperti halnya kali ini, ia kemudian menoleh pada Kakek Mora.

"Aku baru pertama kalinya melihat manusia sekecil ini." Ujarnya datar.

Kakek Mora menghela nafas, cucunya ini benar-benar tumpul dalam urusan mengurus anak kecil. Beberapa saat yang lalu saja ia hampir mencubit pipi anaknya sendiri dengan keras, beruntung Mora bisa menepis tangannya dengan cepat.

"Belajarlah untuk menggendongnya." Ujar Kakek Mora yang diangguki lelaki itu.

"Eh, eh, Yang Mulia!" Teriak Bibi Ann kaget ketika lelaki itu hendak mengangkat anaknya dengan satu tangan.

"Bodoh sekali kau ini!" Kakek Mora memukul kepala lelaki itu dengan gemas.

Bibi Ann menggelengkan kepalanya, "Anda harus membawanya dengan perlahan, jangan sekenanya. Lihat? Angkat tubuhnya dengan dua tangan yang bersih. Anda bisa menyandarkannya di dada." Bibi Ann berusaha membantu Xavier.

Lelaki itu kembali menatap lekat-lekat manusia kecil yang ada di pangkuannya. Dengan mata terpejam dan warna kulit yang masih kemerahan, bayi itu berhasil membuat Xavier terpana.

"Siapa namanya?" Tanya Xavier.

Kakek Mora tersenyum, "Kau yang menentukan itu, berikanlah nama yang menurutmu bagus."

Nama? Xavier sedikit termenung memikirkannya. Ia ingat dulu Callysta pernah membicarakan tentang nama yang akan diberikan pada anaknya kelak. Lelaki itu tersenyum sendu, jika Callysta ada di sini, mungkin ia akan heboh menentukan nama untuk anak mereka.

"Arthur."

Xavier tersenyum kecil, "Aku ingin menamainya Arthur. Itu nama yang bagus dan Callysta akan sangat menyukainya." Ujarnya pelan.

Kakek Mora ikut tersenyum meskipun ia tahu jika Xavier pasti masih berduka saat ini. Sementara Bibi Ann pamit keluar ruangan itu, ia tidak ingin jika sampai menangis didepan Arthur kecil.

"Hanya Arthur?" Tanya Kakek Mora. Xavier mendelik, "Maksudmu aku harus menambahkan nama belakang itu?"

Mora tertawa kecil melihatnya, "Tentu saja. Leonard adalah nama keluarga kita. Kau harus memberinya nama itu."

Xavier berdecih, "Baiklah, baiklah. Arthur Leonard. Itu namanya."

Ia kemudian menoleh pada bayi yang masih tertidur pulas di gendongannya "Dengar, nak. Namamu boleh sama dengan si bajingan itu, tapi kau harus orang yang lebih baik darinya dan dari kakek-kakekmu." Celoteh Xavier pelan.

"Sudah, sudah. Jangan menghasut yang tidak tidak."

Setelah beberapa lama berbincang, perhatian keduanya teralihkan dengan kedatangan Nenek Elda, ia membuka pintu dengan cukup tergesa-gesa.

The Tyrant's Beloved Woman [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang