'𝘞𝘩𝘦𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘥𝘦𝘷𝘪𝘭 𝘧𝘢𝘭𝘭 𝘪𝘯 𝘭𝘰𝘷𝘦 𝘧𝘰𝘳 𝘵𝘩𝘦 𝘧𝘪𝘳𝘴𝘵 𝘵𝘪𝘮𝘦'
"Callysta...kau sangat indah, sangat cantik. Aku mencintaimu." ujarnya pasti sambil mendekatkan wajah kami, suaranya yang berat dan sedikit serak itu berhasil memb...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
19. (Y)our Home
"Putri Callysta dikabarkan menghilang sejak dua jam yang lalu, Yang Mulia." Perkataan David berhasil membuat Erada dan Xavier bangkit dari duduknya.
"Apa maksudmu?" Tanya Xavier dingin. Hatinya sedikit bergemuruh, apalagi ia tidak menemui Callysta sebelum pergi ke Nerath.
"Maaf sebelumnya, Yang Mulia. Tapi para pelayan melaporkan mereka tidak bisa menemukan putri Callysta dimanapun." David membuat yang lain ikut khawatir.
"Kerahkan prajurit untuk mencarinya. Jangan membuang waktu." Perintah Xavier, lelaki itu langsung melangkahkan kakinya.
Baru beberapa langkah ia berjalan, Erada mencekal lengannya, "Jika putriku sampai tidak ditemukan..."
"Aku tahu itu, pak tua." Potong Xavier dan kembali melangkahkan kakinya dengan tergesa-gesa. Wajah khawatirnya terlihat jelas kali ini.
"Hari sudah semakin gelap. Sekarang kita harus bersiap-siap, Xavier akan menemukan putrimu, Erada. Callysta adalah anak yang cerdik, dia mungkin sudah mengusahakan kembali secepat mungkin." Erada mengangguki perkataan Raja Selatan.
Mereka ikut beranjak, meninggalkan ruangan rapat itu dengan segera.
Beberapa puluh menit berlalu, Xavier sudah menginjak tanah Utara saat ini, matanya mengamati area sekitar perbatasan. Setelah tidak dirasa ada sesuatu yang aneh, lelaki itu kembali menaiki kudanya untuk melanjutkan perjalanan ke istananya.
Ia tetap mengawasi daerah-daerah yang dilaluinya, berharap mendapatkan petunjuk. Tapi nihil, tidak ada jejak sedikitpun. Sesekali ia berpapasan dengan prajurit yang juga sedang mencari keberadaan gadis itu.
"Ini aneh, ia tidak mungkin lenyap begitu saja." Gumamnya. Lelaki itu menyusuri sekitar taman dan melihat alat makan ringan gadis itu masih terlihat ada di meja. Kemudian ia memanggil beberapa pelayan untuk menghadap di tempat itu. Ia mulai menanyai mereka.
"B-benar, Yang Mulia. Terakhir kali Nona Callysta terlihat sedang bersantai di taman ini seperti biasa. Nona tidak merasa nyaman jika kami berada di sekitarnya, jadi ia selalu menyuruh kami kembali ke belakang dan membiarkannya menyendiri."
Xavier mengamati sekumpulan pelayan yang menunduk takut itu. Ia tidak menemukan kejanggalan dari jawabannya, matanya juga mengamati sekeliling hingga akhirnya terpaku pada jejak kaki yang terlihat sama di rumput dan terlihat cukup jelas ketika mengarah pada hutan.
"Panggilkan David dan para prajurit, cepat!" Titahnya dengan bentakan. Para pelayan itu segera melangkahkan kaki.
Orang-orang itu menghampirinya dengan cepat, mereka mulai mencari-cari bukti disana. "Sepertinya ini jejak sepatu pria, Yang Mulia. Ini jenis sepatu yang banyak digunakan. Sepertinya jejak ini sudah cukup lama, beberapa terlihat sangat samar." David memandang jejak itu dengan teliti.