31. I'm Home!
Callysta menatap nanar reruntuhan istana kerajaan Utara di depannya, ia ditemani Nyonya Nels mengunjungi tempat itu untuk menemukan beberapa buku-buku yang bisa dibaca. Callysta hanya ingin membaca kisah anaknya, rasa optimisnya semakin menurun setelah tiga tahun berlalu di dunia itu tanpa petunjuk apapun. Wanita itu mengigit bibir bawahnya pelan, melamun menghadap rak buku didepannya.
Nyonya Nels menepuk pundaknya pelan, ia tersenyum, "Relakan. Jangan membuat pikiran semakin kacau dengan banyak terkaan yang tidak perlu. Semuanya akan baik-baik saja dan berjalan sesuai arahnya." Ujarnya dengan pelan.
Nasihat wanita tua itu berhasil membuat Callysta tersenyum. Ah, benar, ia sendiri yang mengharapkan Xavier dan anaknya bisa hidup dengan baik, maka ia pun harus bisa melakukan hal yang sama untuk dirinya sendiri.
"Terima kasih." Ucap Callysta tulus.
"Tentu, nak. Sekarang bawalah buku yang akan kau baca dan nikmati waktumu. Aku harus kembali melakukan pekerjaanku."
Wanita itu tersenyum, "Baiklah." Ia membawa sebuah buku bersampul coklat kemerahan dengan angka 6 dan 12 di sisi depan dan belakang. Callysta menghembuskan nafas, buku miliknya ini dijadikan salah satu sumber sejarah dengan keadaan yang sudah usang serta terlihat sangat tua.
Ia kembali membacanya, membolak-balikan halaman dan sesekali tersenyum kecil saat melihat tulisannya sendiri. Andai para sejarawan itu tahu jika ratu yang mereka cari-cari informasinya ada di sekitar mereka, tapi sudahlah, lagipula mereka tidak akan mempercayainya. Callysta tergelak ketika fokusnya teralihkan oleh pemikirannya sendiri.
"Rasanya sudah lama sekali aku tidak menulis." Gumamnya pelan ketika buku itu menampilkan beberapa halaman kosong.
Sesaat kemudian wanita itu tertegun, "Apa mungkin bisa?" Gumamnya lagi ketika halaman kosong itu membawanya ke sampul belakang buku. Ia mengedarkan pandangannya ke sekitar ketika mendengar suara-suara aneh.
Ia menaikkan alisnya ketika melihat seekor kucing dengan santainya mencakar bagian bawah sofa, Callysta tertawa kecil.
Ia menutup bukunya, "Aku harus bertanya pada Nyonya Nels." Ia menghela nafas pelan, jika harus jujur, sebenarnya Callysta benar-benar lelah mencari sesuatu yang bahkan tidak ia tahu. Tapi berkat rasa sayang kepada keluarganya, ia tetap memiliki semangat dan dorongan positif yang cukup.
Ia beranjak setelah menyimpan buku itu di tasnya. Callysta menghentikan langkahnya ketika menyadari kucing dengan bulu abu belang hitam itu mengikutinya. Ia terkekeh pelan lalu menggendongnya.
"Kau lapar? Ayo kita sekalian cari makanan."
Wanita itu berjalan dan mampir ke toko terdekat untuk membeli cemilan dan makanan kucing, setelahnya ia langsung pergi ke perpustakaan kota.
Perpustakaan itu terlihat cukup ramai hari ini, membuat Callysta tersenyum senang melihatnya. Ia dengan riang melangkah masuk melalui pintu besar itu.
"Selamat siang, Nyonya Nels. Aku bawakan kue keju kesukaanmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tyrant's Beloved Woman [END]
Romance'𝘞𝘩𝘦𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘥𝘦𝘷𝘪𝘭 𝘧𝘢𝘭𝘭 𝘪𝘯 𝘭𝘰𝘷𝘦 𝘧𝘰𝘳 𝘵𝘩𝘦 𝘧𝘪𝘳𝘴𝘵 𝘵𝘪𝘮𝘦' "Callysta...kau sangat indah, sangat cantik. Aku mencintaimu." ujarnya pasti sambil mendekatkan wajah kami, suaranya yang berat dan sedikit serak itu berhasil memb...