Sesuai keinginan kalian wahai pembaca yang agung, muehehe.
•••
Arthur menatap lekat-lekat ibunya yang kini sedang memakan salad buah. Ia masih duduk di ranjang, berhadapan dengan ibunya yang juga masih bersandar di sana. Callysta baru saja selesai membersihkan diri, ia masih belum leluasa bergerak karena memang baru beberapa jam setelah ia bangun tadi. Wanita itu butuh banyak peregangan dan olahraga.
"Kenapa, nak? Kau mau?" Tanya Callysta setelah melihat Arthur yang terus memperhatikannya dari tadi.
Arthur mengangguk pelan, ia perlahan merangkak menuju pangkuan ibunya, "Mama.." Anak itu memeluk perutnya erat, membuat Callysta tersenyum gemas.
"Buka mulutmu, aa.." Callysta menyuapinya setelah menghancurkan potongan buah itu agar mudah di kunyah anaknya. Arthur hanya tertawa kecil setelah menelan makanan kesukaan ibunya itu.
"Pa-pa il-ang ake atan?" Tanya Arthur dengan tatapan menggemaskan. Callysta tersenyum kecil setelah mendengarnya.
"Iya, kakek masih di perjalanan. Mereka akan sampai sebentar lagi." Ia mengelus puncak kepala Arthur dengan perlahan. Tangannya yang lain meletakkan mangkuk itu di atas nakas.
"Cayang mama!" Anak itu menghambur ke pelukan ibunya dengan riang.
Hati Callysta seakan menghangat setelah mendengarnya, ia benar-benar merindukan putranya. Dengan perlahan tangannya memeluk Arthur dengan penuh kasih sayang.
"Mama sayang Arthur juga.." Ujar Callysta dengan senyuman lebar.
Hanya beberapa saat setelahnya, suara seorang pelayan membuat keduanya menoleh ke arah pintu.
"Selamat malam, Yang Mulia. Maaf mengganggu, para tamu dari Nerath sudah sampai."
"Baiklah, siapkan jamuan untuk mereka." Titah wanita itu.
Pelayan itu mengangguk, "Baik, Yang Mulia."
"Ah, iya, dimana Xavier?" Tanya Callysta cepat sebelum pelayan itu undur diri.
"Yang Mulia sedang ikut menyambut para tamu. Mereka akan segera menuju kemari."
"Kau boleh pergi." Pelayan itu kembali mengangguk kecil lalu melangkah keluar setelah pamit.
Callysta masih bersama Arthur di ruangan itu, ia tertawa geli setelah derap langkah yang terdengar keras semakin mendekat. Itu pasti ayahnya.
Benar saja, pintu dibuka dengan terburu-buru hingga menimbulkan suara yang cukup keras. Wanita itu terkekeh melihat Arthur yang sepertinya sedikit kaget.
"Callysta! Putriku!" Raja Erada langsung berlari dan memeluk wanita itu tanpa menyadari Arthur ada diantara keduanya.
Anak itu mulai terisak karena kaget, "ake.. huee.." Ia mulai menangis.
Erada yang mendengar tangisan itu langsung menggendong Arthur dengan panik, "Ya Tuhan! Arthur, maafkan kakek."
Kedatangan Erada disusul dengan yang lainnya, nenek, Bibi Ann, hingga Paman Hebia dan istrinya ikut datang, mereka dengan segera memeluk Callysta dan ikut menyapa Arthur.
"Bagaimana dengan lukanya?" Tanya Erada setelah puas mengusap puncak kepala putrinya.
Callysta meraba bagian atas dadanya, "Hanya tersisa bekas luka, sepertinya juga terdapat di punggung juga."
Erada dan yang lainnya menghembuskan nafas lega, "Syukurlah, yang terpenting sekarang kau sudah kembali pulih."
"Kalian akan menginap, bukan?" Tanya wanita itu yang dibalas anggukan beberapa orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tyrant's Beloved Woman [END]
عاطفية'𝘞𝘩𝘦𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘥𝘦𝘷𝘪𝘭 𝘧𝘢𝘭𝘭 𝘪𝘯 𝘭𝘰𝘷𝘦 𝘧𝘰𝘳 𝘵𝘩𝘦 𝘧𝘪𝘳𝘴𝘵 𝘵𝘪𝘮𝘦' "Callysta...kau sangat indah, sangat cantik. Aku mencintaimu." ujarnya pasti sambil mendekatkan wajah kami, suaranya yang berat dan sedikit serak itu berhasil memb...