29. For You, For Us
"Aishh, airnya dingin.." Callysta meringis ketika kakinya menyentuh air di sisi pantai. Ia merengut, padahal Callysta sudah berharap bisa langsung bersenang-senang.
Tyrone tertawa kecil saat melihat kekecewaan di raut wajah istrinya, ia sudah menyarankannya untuk menunggu matahari sedikit lebih hangat untuk bermain, tapi Callysta abaikan. Sekarang wanita itu terkena batunya.
"Lebih baik kita lakukan hal lain sambil menunggu." Tyrone menarik tubuh wanita itu agar bisa lebih mudah untuk ia gendong.
"Baiklah, baiklah. Aku ingin minum teh dengan kue kering." Callysta mengeratkan tangannya yang mengalung di leher lelaki itu.
Tyrone tersenyum, "Tentu, Yang Mulia." Godanya yang dibalas tawa kecil oleh Callysta.
Keduanya benar-benar melupakan masalah pekerjaan. Hampir setiap hari bermain air, berenang, bersantai di dekat perapian dan menikmati pemandangan yang disuguhkan di sana, satu minggu berlibur benar-benar menyenangkan bagi keduanya.
Sayangnya rasa bebas itu tidak berlangsung lama, baik Tyrone ataupun Callysta disuguhkan kembali dengan pekerjaan-pekerjaan yang cukup banyak setelah mereka kembali ke Utara. Ya, setidaknya keadaan mereka masih terlihat segar, tidak seperti David yang terlihat cukup menyedihkan.
"Pergilah istirahat, jangan memaksakan diri." Perintah Tyrone dengan tatapan tajam. Ia tidak bisa membiarkan bawahannya mati kelelahan tentunya.
David mendelik, "Baiklah, terima kasih Yang Mulia." Lelaki itu keluar ruang kerja dengan langkah berat.
"Ck, aku tidak menyuruh mereka untuk bekerja berlebihan seperti itu." Tyrone memijit pelipisnya sesaat, lalu kembali fokus pada kertas-kertas yang tengah ia urus. Matanya menoleh pada sebuah dokumen yang cukup tebal, ia menghela nafas ketika laporan tanda bahaya itu kembali hadir. Musuh-musuhnya cukup memaksakan diri untuk menggertaknya kali ini.
Ia kembali fokus berkutat dengan kertas-kertas itu sampai seorang pelayan masuk ke ruangannya dengan tergesa-gesa.
"Maaf sebelumnya, Yang Mulia. Kami butuh bantuan anda."
"Ada apa?" Ujar Tyrone cepat.
Pelayan pria itu menghela nafasnya sesaat, "I-itu, Yang Mulia Ratu memaksa untuk m-memanjat pohon di taman belakang." Ujarnya dengan nada takut.
Tyrone terbelalak, ia langsung beranjak dari duduknya dan langsung berjalan terburu-buru untuk menghampiri istrinya yang mulai bertingkah aneh akhir-akhir ini.
Benar saja, Callysta dengan santainya duduk di atas pohon itu dengan semangkuk salad buah di tangannya. Entah bagaimana caranya wanita itu membawa mangkuk sambil memanjat.
Para pelayan berkerumun di bawah pohon itu, memohon mohon kepada Callysta agar ia segera turun. Meskipun tidak terlalu tinggi, tetap saja mereka khawatir dan masih menyayangi nyawa masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tyrant's Beloved Woman [END]
Lãng mạn'𝘞𝘩𝘦𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘥𝘦𝘷𝘪𝘭 𝘧𝘢𝘭𝘭 𝘪𝘯 𝘭𝘰𝘷𝘦 𝘧𝘰𝘳 𝘵𝘩𝘦 𝘧𝘪𝘳𝘴𝘵 𝘵𝘪𝘮𝘦' "Callysta...kau sangat indah, sangat cantik. Aku mencintaimu." ujarnya pasti sambil mendekatkan wajah kami, suaranya yang berat dan sedikit serak itu berhasil memb...