24. Attention
Callysta menatap wajah laki-laki yang terlelap dengan nyaman di dekapannya, tangannya masih betah mengelus surai hitam yang terlihat cukup berantakan itu. Xavier mendengkur halus sambil sesekali bergumam, membuat Callysta menggigit bibirnya mencoba menahan rasa sesak.
"Kau harus hidup bahagia kali ini." Gumam Callysta pelan. Bayang-bayang wajah Tyrone saat kematian menjemputnya terkadang membuat gadis itu tidak nyaman. Meskipun dalam ruang dan waktu yang berbeda, mereka tetap menjadi bagian dari kehidupan Callysta.
Telapak tangan Callysta beralih pada wajah lelaki itu, ia mengusap pipinya lembut dan membuat kerutan di kening lelaki itu perlahan memudar. Sepertinya ia hampir didatangi mimpi buruk.
Sudah hampir empat jam semenjak ia datang ke ruangan ini, namun Callysta sama sekali tidak ikut mengantuk. Ia tetap terjaga sambil berusaha membuat tidur Xavier menjadi lebih nyaman. Gadis itu bersyukur setelah bercak hitam yang merambat di wajah Xavier sudah benar-benar menghilang.
"Perutku lapar. Apa Xavier juga? Ia pasti tidak makan dengan teratur," Ujar gadis itu pelan. Ia memegang perutnya, "Akan ku buatkan juga makanan untuknya jika ia bangun." Gadis itu beranjak dari ranjang, ia sempat memandang langit malam yang terlihat dari jendela.
Tengah malam ini memang terasa berbeda dibandingkan biasanya. Ia melangkah keluar dari ruangan itu dan melangkah menuju dapur istana.
"Selamat malam, Yang Mulia. Hidangan apa perlu saya siapkan untuk anda?" Tanya juru masak yang diangguki pelayan lain.
"Tidak perlu, aku ingin membuat makananku sendiri. Tolong siapkan bahan-bahannya saja." Callysta memasak dua macam menu yang Nyonya Nels ajarkan dulu. Sekitar sepuluh menit berlangsung, gadis itu masih dalam kegiatan memasaknya.
Sementara di kamar, Xavier terusik dari tidurnya. Lelaki itu terbangun tanpa menemukan keberadaan gadisnya, membuatnya terkekeh pelan, lagi-lagi ia merasa kehilangan. Xavier menepuk pipinya, lalu beranjak dari ranjang dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri dan menenangkan pikirannya.
"Callysta yang tadi sangat manis, tapi kuharap aku sadar." Gumamnya pelan sebelum air dingin menyentuh tubuhnya.
Mungkin sekitar beberapa menit kemudian gadis itu sudah kembali dari dapur dengan membawa sebuah nampan dengan dua mangkuk hidangan. Wajahnya terlihat cerah setelah sesekali menghirup aroma enak dari masakannya.
"Loh, Xavier?" Tanyanya ketika ia tidak menemukan lelaki itu. Kemudian Callysta kembali fokus pada makanannya setelah mendengar suara air dari arah kamar mandi.
Ia meletakkan nampan di meja sebrang ranjang, gadis itu berbalik ketika mendengar pintu kamar mandi terbuka.Di sana terlihat sosok Xavier yang hanya terbalut baju handuk mematung beberapa langkah dari pintu kamar mandi. Matanya menatap lurus tidak percaya ketika Callysta terlihat tengah tersenyum padanya. Lelaki itu sesekali mengerjap, berusaha memastikan ini bukanlah halusinasi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tyrant's Beloved Woman [END]
Romance'𝘞𝘩𝘦𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘥𝘦𝘷𝘪𝘭 𝘧𝘢𝘭𝘭 𝘪𝘯 𝘭𝘰𝘷𝘦 𝘧𝘰𝘳 𝘵𝘩𝘦 𝘧𝘪𝘳𝘴𝘵 𝘵𝘪𝘮𝘦' "Callysta...kau sangat indah, sangat cantik. Aku mencintaimu." ujarnya pasti sambil mendekatkan wajah kami, suaranya yang berat dan sedikit serak itu berhasil memb...