26. [M] Penjahat
Beberapa saat terjebak dalam posisi canggung seperti itu membuat Callysta tidak nyaman. Jantungnya masih berdetak sedikit lebih kencang dari biasanya, membuat Tyrone yang juga ikut merasakan degupan itu tertawa kecil.
"Kau takut padaku, Callysta?"
Tyrone terkekeh sesaat lalu tatapannya kembali fokus pada segenggam helaian rambut milik wanita itu di tangannya. Ia tidak ingat jika dulu Callysta mempunyai rambut perak seperti yang ia lihat saat ini. Tapi tidak apa, wanita itu malah terlihat lebih cocok dengan rambutnya dan Tyrone sangat menyukainya.
Lelaki itu kembali tersenyum kecil ketika Callysta menggeleng pelan didalam dekapannya. "Aku tahu kau adalah Lily-ku yang pemberani." Ujarnya, suara beratnya kembali membuat wanita itu meremang. Tyrone dengan tanpa kesulitan mengangkat tubuh Callysta lalu menggendongnya. Ia duduk bersandar di kepala ranjang dengan wanita itu di pangkuannya.
Callysta sedikit merasa takut, ia masih menenggelamkan wajahnya dan merasa enggan untuk menatap netra lelaki itu. Ia khawatir dadanya akan kembali terasa sesak ketika ia melihat iris ungu tua itu. Callysta tahu jika Tyrone dan Xavier tetaplah satu orang yang sama, tapi sayangnya mereka berbeda. Bahkan Leonard pun mempunyai kepribadian yang jauh berbeda dari mereka, entah apa yang sudah diperbuat oleh Callysta sampai-sampai sang pencipta membuat wanita itu terikat dengan ketiganya.
"Lily, berhenti menyembunyikan wajahmu seperti itu." Peringat Tyrone. Callysta sedikit tertegun mendengar nama panggilan yang dilontarkan lelaki itu. Ia mengingatnya. Nama itu bahkan digunakan oleh neneknya saat ini.
"Maaf." Ucap wanita itu pelan, membuat Tyrone mengerutkan alisnya bingung. Sesaat kemudian ia tertawa, lalu perlahan menjauhkan wajah Callysta dari dadanya dan membuat wanita itu menatapnya.
"Shtt.. Apa yang baru saja kau katakan? Jangan meminta maaf seperti itu." Ujarnya. Tubuh lelaki itu meremang ketika netra keduanya seakan terkunci. Wanita didepannya ini benar-benar Lily-nya, ia kemudian mendekatkan wajahnya perlahan.
"Aku merindukanmu." Ujarnya sebelum mencium wanita yang ia rindukan hampir berpuluh-puluh tahun. Tyrone terjebak dalam putaran waktu dan tubuh lamanya. Tiga kepribadian dalam satu tubuh membuat Tyrone tidak bisa berkutik, Xavier dan Leonard sudah terlebih dahulu berada dalam tubuh itu.
Ia hanya bisa ikut menyalurkan rasa sayang disaat Xavier yang muncul untuk menjaga dan menemui Callysta, membuatnya cukup tidak nyaman karena merasa cemburu. Namun waktu ternyata berjalan dengan cepat, Leonard dipaksa keluar dari tubuh ini dan Xavier menguasainya tanpa menyadari kehadiran Tyrone.
Hal itu semakin membuat Tyrone berkesempatan untuk muncul, apalagi ketika Xavier dalam keterpurukan, lelaki itu kehilangan fokus dan kekuatannya saat serangan panik memenuhinya, dan akhirnya waktu yang Tyrone tunggu-tunggu datang juga.
Malam ini ia bisa menyentuh Lily-nya secara langsung. Hatinya menghangat dan perasaannya membuncah disaat Xavier tengah terlelap didalam sana.
"Ty-rone, berhenti.." Callysta berusaha melepaskan pagutan lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Tyrant's Beloved Woman [END]
Romance'𝘞𝘩𝘦𝘯 𝘵𝘩𝘦 𝘥𝘦𝘷𝘪𝘭 𝘧𝘢𝘭𝘭 𝘪𝘯 𝘭𝘰𝘷𝘦 𝘧𝘰𝘳 𝘵𝘩𝘦 𝘧𝘪𝘳𝘴𝘵 𝘵𝘪𝘮𝘦' "Callysta...kau sangat indah, sangat cantik. Aku mencintaimu." ujarnya pasti sambil mendekatkan wajah kami, suaranya yang berat dan sedikit serak itu berhasil memb...