SEPULUH

2.7K 174 1
                                    

Follow instagram

@anak_klepon
@jain.alhasan
@aliza_abelia
@farhan.abdullah22
@shofia_alhasan
@acaan_alghifari
@ucennn_alghifari

~♥~

Setelah makan dan sholat dzuhur, Hasan langsung pergi ke kampusnya. Pada awalnya Hasan mengajak Husein untuk berangkatnya bersama, akan tetapi Husein menolak nya.

Hasan berangkat dengan membawa beberapa kitab dan bukunya, tak lupa ponselnya yg berada dikantong gamisnya. Hasan sedikit malas karna siang ini sangat panas dan bisa membakar kulit putih nan mulus Hasan.

Saat tiba dikampus, Hasan langsung masuk ke dalam kelasnya. Didalam sudah ada beberapa mahasiswa dan mahasiswi yg duduk dengan rapi sembari berbincang bincang bersama.

Akan tetapi, diantara laki laki dan perempuan diberi sekatan. Sehingga laki laki tidak bisa melirik atau melihat perempuan dam sebaliknya.

"naharun sa'idah acaannn" sapa Fikri tersenyun dan menampakkan deretan giginya.

"hmm"

Fikri memaklumi hal itu karna Hasan memang hemat bicara, berbeda dengan adik kembarannya yg sangat cempreng dan juga sangat tengil.

"eh acan udah ga itunya?" tanya Qosim pada Hasan yg duduk disebelah kanannya.

"itu apa? " tanya Hasan menatap heran Qosim.

"ahh itu, tugas" jawab Qosim tersenyum pada Hasan.

"udah kok tenang aja, saya beda sama Fikri yg kerjaan nya lupa" ujar Hasan yg membuat Fikri mengerucutkan bibirnya.

"au ah acan gitu mulu, mana pake bahasa formal, cuek,  dingin, pelit, suka marah, tapi suka traktir dikit" cerocos Fikri membanting buku tebalnya yg berisi ringkasan pelajaran.

"banting tross!! " ucap Qosim sedikit ngegas.

Hasan hanya diam dan memilih membaca kitabnya saja, jika ikut nimbrung dengan dua sahabatnya itu, ia akan menjadi gila sendiri nantinya.

Qosim memainkan ponselnya, lebih tepatnya menambah story instagramnya. Hasan sendiri bosan setiap jam harus melihat story instagram Qosim yg bejibun itu.

Sedangkan Fikri, mengambil tumpukan bukunya dan buku milik Hasan sebagai pengganjal ponselnya agar bisa berdiri. Jangan ditanya lagi, pastinya Fiksi sudah memulai live nya di instagram.

"acan" panggil Fikri iseng.

"hmm"

Qosim yg melihat itu hanya geleng geleng kepala, dan kembali mengurus para followers instagramnya itu. Perlu diingat, Qosim dan Fikri itu adalah selebgram yg sangat terkenal diuniversitas nya.

"ucen tumben ga ikut lo? " tanya Fikri sedikit menggeser ponselnya.

Baru beberapa menit memulai live sudah banyak yg menontonnya, akan tetapi kebanyakan mahasiswi yg menontonnya.

"saya sudah ajak dia, tapi dianya aja yg ga mau" jawab Hasan mencium kitabnya dan menaruh kitabnya.

"astagfirullah, ini dari tadu fik? " kaget Hasan yg baru menyadari jika Fikri sedang live.

"beberapa menit doang" jawab Fikri enteng.

"udah sabar aja, biasa punya temen selebgram gini" ujar Qosim yg masih fokus dengan ponselnya.

Tak lama kemudian, Husein datang dengan muka yg cemberut. Husein duduk disebelah kanan Qosim dan langsung membaca kitabnya.

Husein sama sekali tidak menatap atau melirik Hasan sama sekali, sepertinya Husein benar benar marah pada Hasan. Hasan harus mencari cara agar adik kembarannya tidak ngambek lagi.

"ucen" panggil Hasan menoleh ke arah Husein dan menoel noel tangan Husein.

Husein hanya melirik Hasan sebentar dan kembali fokus pada kitabnya. Hasan sedikit memajukan bibir bawahnya dan terus mencolek lengan Husein yg tak mau menatapnya sama sekali.

"cen... " panggil Hasan sekali lagi.

Kali ini Husein hanya membalasnya dengan gumaman, Hasan tetap mencolek lengan Husein. Husein menghela nafas pelan dan menatap malas abang kembarannya yg sudah membuat pantat nya sakit.

"cen jangan ngambek yah... " pinta Hasan mengedipkan matanya lucu pada Husein.

"es krim satu plastik dulu, baru ucen ga ngambek" ucap Husein seperti anak kecil yg sedang merajuk.

"okeh abang janji" Husein mengangguk dan tersenyum manis pada Hasan, abang kembarannya itu.

Hasan akan membelikan semua yg Husein mau, asalkan barang itu tidak terlalu banyak menguras ATM dan bukan barang asal asalan.

Terutama pada adik keduanya, yaitu Syarifah. Sudah lama dirinya tidak bertemu dengan Syarifah, mungkin hanya seminggu dua kali mereka melakukan vidcall.

Hasan sangat merindukan wajah cantik adik perempuannya itu yg selalu ditutupi oleh cadar. Syarifah memakai cadar sejak dirinya masih kelas 1 SMP, lebih tepatnya saat ia berada di pondoknya.

Cadar memang tak lepas dari wajah Syarifah, hanya keluarganya yg melihat wajag cantik nan mulusnya itu. Kini Syarifah berada di Jogja, karna dirinya sedang kuliah dan berhenti mondok.

Hasan ikut tersenyum senang ketika melihat adik kembarannya yg awalnya murung, kinj tersenyum kembali walau sedikit timbul benih benih senyum ketengilan.

"woy acan dicariin nih" ujar Fikri menarik lengan gamis Hasan yg berwarna hitam.

"sama siapa? " tanya Hasan menaikkan sebelah alisnya.

"itu tuhhh my polowers" jawab Fikri sembari menunjuk layar ponselnya.

Hasan hanya ber o ria, hasan hanya tersenyum simpul dan mengalihkan pandangannya. Hasan menatap Qosim, ternyata sahabatnya itu sedang berfoto bersama Husein.

"uh pasti udah rame nih jedag jedugnya Hasan" ucap Fikri sembari menghela nafas pelan.

"pliss saya capek di tag mulu... " ujar Hasan mengingat banyaknya postingan yg menandai dirinya.

Hasan sendiri tak pernah mengubrisnya, kecuali dari akun pondok dan akun bisnis butik abinya. Hasan sudah sakit kepala mendengar keramaian kelas nya ini, entah mengapa Hasan sepertinya ingin pindah ke asrama pondok saja.

Semua seisi kelas dibuat kaget, karna dosen datang secara tiba tiba. Kelas yg awalnya ramai kini menjadi sunyi. Mahasiswa dan mahasiswi langsung memulai doa dan melanjutkan materi kemarin.

~♥~

Lanjut?? Sabilah yah spam komen

Maaf bila ada typo atau ada kesalahan tertentu yg terdapat dalam part ini semoga kalian suka dan terima kasih.

Cinta Dalam Istikharah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang