SEMBILAN BELAS

2.1K 177 2
                                    

Follow instagram
@anak_klepon
@aqila.alhasan
@lutfi.syauqi
@acaan_alghifari
@ucennn_alghifari
@farhan.abdullah22
@shofia_alhasan
@jain.alhasan
@aliza_abelia

***

Hasan dan Husein sedang berada di meja makan, mereka sedang sarapan pagi. Karena mereka hari ini akan mengajar dan ngampus seperti biasanya. Untuk sarapan kali ini Husein yg memasak, entah mengapa tiba tiba Husein memasak makanan ketika Hasan turun dari tangga untuk memasak.

Zayn dan Aliza sudah pulang setelah acara Hasan mengkhitbah Mahreen. Zayn dan Aliza akan kembali lagi ke Bangkalan, tiga hari sebelum pernikahan Hasan dan Mahreen dilaksanakan.

Hasan sendiri sedikit malu untuk bertemu Mahreen kali ini. Jujur Hasan selalu teringat dimana Mahreen terus bertanya pada dirinya dan melihat separuh wajah Mahreen, walau hanya sebentar.

"bang..." panggil Husein pelan.

Hasan menoleh dan menaikkan sebelah alis nya. Hasan juga mengerti perasaan adik kembaran nya itu, Husein pasti akan merasakan sedih ketika Hasan menikah nanti. Karena tidak ada lagi yg ngajak dirinya jalan jalan dan untuk dirinya ajak untuk menonton anime.

"ucen cedih..." ucap Husein seperti anak kecil.

"sedih kenapa cen??" tanya Hasan dengan lembut.

"nanti nda ada yg ucen ganggu, nda ada yg ucen ajak buat nonton anime, nda ada yg ngajak ucen jalan jalan, ndak ada yg nemenin ucen kalo lagi bosen, pasti abang nanti sama istri nya terus" celoteh Husein yg membuat Hasan tertawa kecil.

"kan kamu juga bakal nikah setelah abang" ujar Hasan menatap adik kembaran nya yg sedang makan itu.

"yaa tapi... Ucen pengen menghabiskan waktu gitu sama abang acan"

Hasan menghela nafas pelan, sungguh adik kembaran nya itu banyak mau nya. Hasan melanjutkan makannya dan membiarkan Husein menceloteh tak jelas perkara dirinya yg tak bisa melakukan apa apa dengan dirinya.

Hasan meminum air nya dan berdiri membawa gelas juga piring nya untuk di cuci. Hasan tak suka menyuruh orang lain untuk melakukan apa yg seharusnya ia lakukan sendiri.

"abang berangkat duluan, assalamualaikum" pamit Hasan langsung membawa tas nya dan memasukkan ponselnya ke dalam kantong gamis hitamnya.

"waalaikumussalam... Hati hati bang, jangan ampe jatoh! Kalo jatoh ke hatinya Mahreen ga papa"

Hasan tertawa dan langsung keluar dari rumah, Hasan membuka pintu dan menutupnya kembali. Hasan keluar dari gerbang rumah nya dan berjalan dengan santai keluar dari perumahan.

Seperti biasa, pertama yg Hasan dengan adalah suara salon bapak bapak yg menyetel lagu dangdut. Kemudian Hasan selalu disapa oleh ibu ibu dan para gadis gadis disana setiap pagi dan sore.

Setelah keluar dari kawasan perumahan, Hasan berjalan ditrotoar dengan santai. Hasan selalu menundukkan pandangannya dan berjalan cepat, karena agar cepat sampai dan tidak menjadi sorotan.

Ketika sampai di pondok, Hasan langsung pergi ke kantor. Semua santri berhenti berjalan dan menundukkan kepalanya mereka sebagai tanda hormat pada guru mereka.

Para warga pondok sudah tau tentang kabar Hasan akan menikah dengan Mahreen. Hanya para santri yg tidak tau akan hal itu, jika mereka tau hati mereka akan hancur mendengar kabar ini, terutama santri putri.

"assalamualaikum"

"waalaikumussalam"

Hasan langsung duduk dikursi nya dan mengambil kitab dari dalam tasnya. Ustadz Fawwas yg berada disebelah Hasan sudah tak heran dengan kelakuan Hasan, ustadz Fawwas adalah satu satunya ustadz yg dekat dengan Hasan.

Bukannya tidak akrab, akan tetapi ustadz dan ustadzah yg lain sibuk dengan urusan dan kegiatan mereka masing masing. Hanya Hasan, Husein dan ustadz Fawwas yg paling santai dan jarang sekali ada kegiatan.

"gus Hasan, kapan nih akad nya dilaksanakan?" tanya ustadzah Seila pada Hasan yg tengah sibuk membaca kitab.

"jangan panggil gus ustadzah, saya hanya sebatas santri disini" ujar Hasan yg merasa tidak pantas untuk dipanggil gus di pondok nya ini.

"sudah tidak apa apa, saya dulu juga santri nya almarhum gus Farhan... Jadi sampean juga gus saya"

Hasan hanya bisa pasrah dan tidak memperpanjang masalah ini. Memang banyak sekali yg mengetahui jika Hasan dan Husein adalah cucu dari kyai besar di jogja, jadi sebagian ustadz atau ustadzah bahkan para santri memanggil Hasan Husein dengan sebutan 'gus'.

"jadi kapan gus akad nya??" tanya ustadzah Seila pada Hasan yg sedang menunduk.

"nggeh gus, kita udah ga sabar" sambung ustadz Fais suami ustadzah Seila.

"dua minggu lagi, lebih tepatnya nanti hari jumat" jawab Hasan sedikit malu.

Ustadz Fawwas langsung menepuk nepuk pundak Hasan, sungguh ustadz Fawwas sangat heboh. Ustadz dan ustadzah lainnya tertawa melihat Hasan yg menunduk malu, akhirnya ustadz tampan ini akan menikah.

Setelah lama berada dikantor, Hasan langsung pergi ke kelasnya sembari membawa kitabnya. Hasan berjalan santai dan melihat lihat pemandangan pondok nya yg sangat indah itu.

Hasan mengucapkan salam dan masuk ke dalam kelasnya, Hasan langsung duduk dan menyuruh santri nya untuk berdoa. Hasan memperhatikan seluruh santri nya, dan dirinya melihat Mahreen yg menunduk sembari membaca doa.

Tiba tiba jantung Hasan berdetak sangat kencang, sepertinya Hasan sudah di mabukkan oleh cinta. Hasan menundukkan kepalanya dan menggigit bibir bawahnya, sungguh Hasan sudah tidak bisa menahan senyumnya kali ini.

Setelah santri membaca doa, Hasan langsung menyuruh santri nya membaca kitab mereka. Hasan melihat Mahreen terus melirik dirinya, sepertinya Mahreen juga malu untuk bertemu dengan Hasan.

"Mahreen maju ke depan"

Mahreen berdiri dan berjalan sembari menunduk menghampiri Hasan yg sedang menunduk itu. Hasan berdiri di depan meja Hasan dan menundukkan kepalanya, sungguh dirinya malu dan juga takut mengapa Hasan memanggil dirinya.

"ini punya kamu ketinggalan waktu hari kamis" ucap Hasan sembari menyodorkan tasbih digital berwarna hitam.

"ketemu dimana ustadz??" tanya Mahreen sedikit malu.

"di depan kelas, udah sana duduk lagi"

"syukron ustadz..." ucap Mahreen berjalan mundur dan duduk kembali di tempat duduknya.

'iya sayang...' batin Hasan yg sudah berbunga bunga.

Hasan menggigit bibir bawahnya dan terus berusaha menahan senyumnya. Hasan melepas gigitan bibirnya dan tiba tiba dirinya merasakan rasa asin di bibirnya.

"ustadz bibirnya berdarah" ucap salah satu santri yg sangat dekat dengan Hasan.

Hasan mengambil tisu dari laci meja nya dan mengelap bibir pink nya itu. Mahreen menatap Hasan sebentar dan ikut menggigit bibir bawahnya, sungguh hatinya berbunga bunga kali ini.

'ciee gara gara malu bibirnya sampe berdarah' batin Mahreen ingin menertawakan Hasan kali ini.

***

Tbc.

Cinta Dalam Istikharah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang