ENAM BELAS

2.2K 161 1
                                    

Follow instagram

@anak_klepon
@jain.alhasan
@aliza_abelia
@farhan.abdullah22
@shofia_alhasan
@acaan_alghifari
@ucennn_alghifari

ʕ•ﻌ•ʔ

Pada hari Jumat yg indah, Hasan sudah siap dengan gamis nya yg berwarna maroon tak lupa peci hitamnya yg sudah berada dikepalanya.

Hari ini adalah hari dimana Hasan akan mengkhitbah Mahreen, sungguh jantung Hasan dari tadu tidak bisa berdetak dengan normal. Entah itu karna rasa gugup atau memang jantung Hasan yg tidak bisa kalem.

Hasan duduk di tepi kasurnya, sembari memakai jam tangan kesayangannya. Kali ini Hasan tidak memakai jam tangan yg sama dengan Husein, dirinya memakai jam tangan yg memang ia beli dan menaruh jam tangan yg biasanya ia beli bersama Husein.

Entah itu baju, sarung, sandal, sepatu dan lain lain, semua nya sama dengan Husein. Akan tetapi, saat ingin memakainya mereka tidak bersamaan dan malah bergantian.

Tapi masih ada beberapa dari baju mereka yg tidak kembar. Hasan sering kesal sendiri karna Husein yg selalu membeli barang yg sama dengan dirinya padahal dirinya tak meminta untuk kembaran.

Untuk kali ini Husein tidak ikut, karna ia sedang pergi ke Surabaya bersama teman temannya untuk mengisi tausiyah yg disuruh oleh kyai alias pengasuh pondok Husein.

Sebenarnya Hasan juga ikut, akan tetapi Hasan tidak jadi ikut. Karna dirinya sendiri memiliki acara yg sangat special baginya, sungguh rasa tak sabar terus dirasakan oleh Hasan Al-Ghifari itu.

Hasan duduk dan menatap lantai yg bersih itu, karna tadi pagi setelah sholat subuh Hasan langsung menyapu kamarnya. Hasan memang sangat rajin seperti anak perawan. Zayn sendiri sedikit bingung, karna dirinya dan Aliza tidak terlalu rajin seperti Hasan.

Terus Hasan itu mengambil dari sikap siapa? Farhan saja tidak rajin, jika Shofia memang dikenal rajin. Mungkin Hasan mengambil dari umi nya, yaitu Shofia.

Untuk sikap tengil Hasan, bisa langsung ditebak. Hasan mengambil sikap dari Farhan dan Zayn, karna jujur anak dan bapak itu sama sama tengil hingga menurun pada cucu tercintanya itu.

Akan tetapi, Hasan juga sangat sabar dalam menghadapi sesuatu. Sikap itu sangat mirip dengan Shofia juga Aliza, sungguh sikap itu sangat sama dengan Hasan.

Tok... Tok... Tok...
Hasan terjingkat kaget, karna mendengar suara ketukan pintu. Hasan mengusap dadanya kaget dan mengerucutkan bibirnya kesal. Padahal dirinya sedang berkhayal, akan tetapi suara ketukan pintu yg membuat khayalannya bubar.

"siapa?? " tanya Hasan dari dalam.

"ini bunda sayang... " jawab Aliza dari luar.

"masuk aja bund, pintunya ga dikunci"

Ceklekk
Pintu kamar Hasan terbuka dan menampakkan sosok Aliza yg sudah siap dengan gamis, khimar panjang,  tak lupa cadarnya. Aliza sudah memakai cadar kali ini, sungguh kecantikan Aliza semakin bertambah setelah dirinya memakai cadar.
"masih pukul setengah delapan, kok mulutnya udah kaya tumpeng gitu?" heran Aliza duduk disebelah Hasan yg masih mengerucutkan bibirnya.

"orang lagi nge khayal bunda malah ketok pintu" ujar Hasan seperti anak kecil.

Aliza tertawa kecil dan mencubit pipi anaknya itu. Entah mengapa sikap Hasan yg seperti ini kecil itu mirip sekali dengan sikap Zayn ketika bermanja dengan Aliza.

"nge khayal apa sih? Bunda kepo nih" tanya Aliza manatap jahil putranya itu.

"emm itu seseorang yg berada dihati Hasan" jawab Hasan malu malu.

Lagi lagi Aliza tertawa kecil mendengar jawaban putranya yg sangat menggemaskan itu. Aliza memgusap pundak putranya dengan lembut, entah mengapa Aliza selalu teringat dengan sikap Zayn pada saat pertama kali menikah dengan nya.

"kamu yakin ingin melamar Mahreen?? " tanya Aliza mulai serius.

"nggeh bunda... Hasan yakin, Hasan mau mencoba mencintai seseorang karna Allah dan menjaga seseorang karna Allah "

"Hasan ingin memiliki wanita yg sudah lama Hasan kagumi secara diam diam, Hasan tak ingin terus melakukan dosa karna terus memikirkan wanita itu"

Aliza tersenyum kecil mendengar jawaban anaknya itu. Aliza yakin jika Hasan akan menjaga Mahreen dengan ketulusan hatinya dan akan membahagiakan Mahreen sampai akhir hayatnya.

ʕ•ﻌ•ʔ

Hasan, Zayn dan Aliza sudah berada di rumah Mahreen yg berada disekitar kawasan Burneh, Bangkalan. Mereka bertiga sudah berada diruang tamu rumah Mahreen bersama Rehan, ayah Mahreen.

Mereka semua sedang menunggu Riska dan Mahreen untuk turun ke bawah. Hasan sudah ketar ketir sendiri karna dirinya baru ingat jika Mahreen adalah anak dari sahabat abinya sendiri dan juga Mahreen pernah bermain dengan nya saat kecil.

Derap langkah kaki terdengar di telinga Hasan, seketika Hasan langsung menoleh dimana arah suara itu berada. Jantung Hasan langsung berdegup sangat kencang ketika melihat Riska sedang menuntun Mahreen menuruni tangga.

Mahreen menundukkan kepalanya, sungguh ia sangat malu untuk bertemu dengan ustadz nya ini. Penampilan Mahreen sangat disukai oleh Hasan karna pakaiannya yg tertutup dan longgar.

Saat ini Mahreen menggunakan gamis berwarna coklat dan khimar juga cadarnya yg warnanya sama. Mahreen tak pernah mengangkat kepalanya dihadapan Hasan, ia selalu menunduk dan selalu berbicara dengan malu.

Mahreen duduk bersmaa Riska disofa panjang, Zayn dan Aliza juga duduk disofa panjang yg berada didepan sofa tempat Mahreen dan Riska duduk.

Hasan dan Rehan sama sama duduk di sofa tunggal, entah mengapa Hasan sudah tidak bisa menahan senyumnya kali ini. Hasan terus menerus ingin tersenyum ketika melihat Mahreen yg selalu menundukkan pandangannya.

"langsung ke inti pembicaraan, kedatangan saya dengan keluarga saya disini untuk mempersunting putri anda dengan putra saya" ucap Zayn mulai serius.

"apa alasan kamu menikahi anak saya? " tanya Rehan menatap Hasan.

"alasan saya ingin menikahi putri anda, karna saya ingin membimbing putri anda ke jalan yang benar. Saya juga tak ingin jika saya selalu berbuat dosa gara gara selalu memikirkan putri anda yg sangat cantik ini"

"saya siap untuk menikahi dan mencintai Mahreen, saya juga siap sakit hati dan menerima Mahreen apa adanya. Saya akan menjaga dan membahagiakan Mahreen sampai saya bertemu dengan maut saya kelak"

Rehan dan Riska tersenyum kecil mendengar jawaban Hasan, mereka berdua semakin yakin jika Hasan bisa menjaga Mahreen dengan setulus hati nya.
"apa kamu benar benar mencintai Mahreen??" tanya Rehan sekali lagi.

"saya sedang belajar mencintai seseorang karna Allah, bukan saya tidak mencintai Mahreen. Akan tetapi, saya masih belajar dan menerima seseorang apa adanya"

"saya akan membuktikan cinta saya pada Mahreen, saya akan membuktikannya dengan menjabat tangan anda dan mengucap ijab qobul, dan akan memberi Mahreen mahar yg sangat pantas untuknya"

"jadi saya mohon untuk menerima khitbahan atau lamaran saya ini, sungguh saya sangat ingin memiliki wanita secantik Mahreen Shafana Almahyra"

Zayn tersenyum kecil mendengar ucapan Hasan. Zayn berharap Husein juga bisa melamar Ustadzah Syalwa, sesuai dengan apa yg ia ucapkan sendiri beberapa hari yg lalu.

"bagaimana Mahreen, apakah kamu menerima khitbahan Hasan?? " tanya Rehan beralih menatap putrinya yg sedari tadi menundukkam kepalanya.

"Mahreen... "

ʕ•ﻌ•ʔ

Maaf bila ada typo atau ada kesalahan tertentu yg terdapat dalam part ini semoga kalian suka dan terima kasih.

Cinta Dalam Istikharah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang