DUA PULUH SEMBILAN

2.7K 151 8
                                    

Follow instagram
@anak_klepon
@aqila.alhasan
@lutfi.syauqi
@acaan_alghifari
@ucennn_alghifari
@farhan.abdullah22
@shofia_alhasan
@jain.alhasan
@aliza_abelia

°°°°°

5 tahun kemudian...

"Fahdani ayo makan sayang..." titah Mahreen pada anaknya yg sudah berumur 5 tahun itu.

"iya umi..." jawab Fahdani berlari kecil menghampiri umi nya yg sudah berada di sofa ruang tamu.

Muhammad Zidan Alfahdani adalah putra pertama dari Mahreen dan Hasan. Fahdani bisa dibilang sangat mirip dengan Hasan, sedangkan sikapnya sedikit mirip dengan Mahreen.

" umi... Abi kapan pulang??" tanya Fahdani pada Mahreen.

"sebentar lagi sayang" jawab Mahreen tersenyum manis menatap putranya.

Setelah lulus kuliah, Hasan langsung mengambil alih perusahaan abinya. Hasan langsung menjadi Ceo disana dan mengurus segala pekerjaan disana. Hasan sendiri semakin tampan dan romantis pada Mahreen.

Hasan selalu bermanja dan memberikan Mahreen kejutan. Hasan sendiri berharap, semoga dirinya masih bisa menjaga anak dan istrinya. Hasan sendiri juga sudah mulai sibuk dan sudah dipadatkan dengan pekerjaan kantornya.

Meskipun begitu, Hasan masih bisa membagi waktunya dengan keluarganya. Ketika berada di Jogja, Hasan selalu pergi ke makam kakek dan neneknya, yaitu Farhan dan Shofia.

Hasan selalu datang kesana, ketika dirinya sedang stres dengan pekerjaan. Hasan menumpahkan air matanya di makam Farhan dan Shofia, entah mengapa itu adalah hal yg bisa membuat Hasan lebih tenang.

"assalamualaikum..." ucap Hasan yg baru saja datang dari kantor.

"waalaikumussalam" jawab Mahreen dan Fahdani.

Hasan pulang dari kantor saat siamg hari dan terus menghabiskan waktunya dengan keluarga nya. Hasan sendiri sudah mempunyai sekretaris andalan dan juga kepercayaannya, jadi semuanya dialihkan ke sekretarisnya.

"mau kemana Fahdani??" tanya Hasan yg duduk di sebelah Mahreen.

"mau ambil air abi" jawab Fahdani sembari berjalan menuju dapur.

"udah ganteng sejak dini, anak tunggal, kaya raya lagi" ucap Mahreen yg membuat Hasan tertawa.

"iya juga sih, tapi masa kita cuman punya anak satu??" tanya Hasan dengan nada sedihnya.

"kalo kurang tinggal buat lagi aja" jawab Mahreen yg membuat Hasan tersenyum bahagia.

Tak lama kemudian, Fahdani sudah datang dengan membawa satu gelas air. Fahdani duduk di tengah tengah Hasan dan Mahreen, sungguh Fahdani sudah seperti obat nyamuk kali ini.

Mahreen menyuapi Fahdani dengan telaten. Hasan yg melihat itu tersenyum manis, karena Mahreen benar benar menjaga buah hatinya dan keluarganya dengan baik. Hasan bahagia melihat Fahdani putranya bahagia, sungguh harapan Hasan sudah tercapai kali ini.

Setelah beberapa menit menyuapi Fahdani, akhirnya Fahdani selesai makan. Fahdani membawa piring dan juga gelas nya ke dapur, Fahdani sudah diajari mandiri oleh Mahreen dan Hasan sejak dini.

"sayang umi ke atas dulu yah sama abi" ucap Mahreen pada Fahdani yg masih berada di dapur.

"iyaa umiii" balas Fahdani sedikit berteriak.

Mahreen dan Hasan langsung pergi ke atas, lebih tepatnya ke kamar mereka berdua. Ketika sampai di kamar mereka berdua, Mahreen langsung menyuruh Hasan untuk mandi terlebih dahulu untuk melaksanakan sholat dzuhur.

Mahreen menyiapkan baju untuk Hasan dan juga menyiapkan alat sholat. Mahreen sendiri berharap semoga dirinya masih bisa merawat keluarga kecilnya ini. Mahreen tak akan membiarkan satu orang pun merusak rumah tangga nya.

Setelah Hasan mandi, Mahreen masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil wudhu. Setelah selesai mereka berdua melakukan sholat dhuzur berjemaah, Sungguh Hasan masih ingin istrinya ini menjadi makmum nya dan menjadi istri satu satunya.

Setelah sholat Hasan membereskan alat sholat nya bersama Mahreen. Kemudian, mereka berdua duduk berdua di kasur. Hasan duduk di depan Mahreen dan menatap wajah cantik Mahreen yg selalu membuat dirinya tersenyum.

"jangan pernah tinggalin Mahreen ka" ucap Mahreen tiba tiba.

Hasan menatap heran istrinya, mengapa Mahreen tiba tiba berkata seperti itu. Hasan menyuruh Mahreen untuk duduk di pangkuannya, Mahreen menurut dan duduk di pangkuan Hasan.

"kaka ga akan pernah ninggalin kamu sayang..." ujar Hasan sembari mengelus punggung Mahreen dengan lembut.

"meski Mahreen sudah tidak ada, jangan pernah buang Mahreen dari hati kaka" lirih Mahreen dengan suara yg sedikit bergetar.

"sayang kenapa kamu ngomong gitu?? Kamu pasti masih bisa liat kaka sama Fahdani lebih lama lagi" balas Hasan berusaha menenangkan Mahreen.

"jangan pernah buang Mahreen dari hati kaka" lirih Mahreen yg mulai meneteskan air matanya.

"sampai kapan pun kaka ga akan pernah buang kamu dari hati kaka, sungguh" ucap Hasan memeluk istrinya erat.

"Mahreen takut kaka akan melupakan Mahreen, setelah Mahreen tak ada" ujar Mahreen terus menangis di pelukan suaminya.

"perhatikan baik baik yah... Kaka ga akan pernah melupakan kamu"

"kaka berjanji, kaka tak akan pernah menikah lagi... Kaka akan menjaga kamu di hati kaka... Tak akan pernah ada kata berpisah di antara kita berdua"

"meski kita dipisahkan oleh maut, tapi kamu tak akan pernah berpisah dari jiwa kaka... Kamu tak perlu khawatir... Kamu akan abadi di hati kaka"

"selama kaka masih hidup, kaka akan menjaga hati kaka demi kamu... Ingat, kaka tak akan pernah mengecewakan mu"

Mahreen semakin menangis dengan kencang, sungguh hatinya hancur kali ini. Entah mengapa tiba tiba hati Mahreen hancur berkeping keping. Mahreen sangat takut jika Hasan akan meninggalkan dirinya dan mengkhianati dirinya.

"semua ini bukan dusta kan?" tanya Mahreen disela sela isakan tangisnya.

"tak ada kata dusta dihidup kita, jangan khawatir" jawab Hasan mengusap kepala Mahreen dengan lembut.

"jika Mahreen sudah pergi, tolong jaga Fahdani demi Mahreen yah" lirih Mahreen dengan suara yg bergetar.

"kamu tak akan pernah pergi ke mana mana sayang... Kamu akan tetap berada di hati kaka dan masih bisa merawat Fahdani" balas Hasan yg sudah tak kuat menahan tangisnya.

"Mahreen rasa... Dalam waktu dekat Mahreen sudah tidak bisa melihat dunia ini lagi" ucap Mahreen yg langsung membuat Hasan menangis.

"jangan berkata seperti itu sayang... Hikss... Kaka ga suka kamu berkata seperti itu... Hikss..." balas Hasan memeluk Mahreen sangat erat.

Hasan menangis di pelukan istrinya, sungguh Hasan sudah tak bisa menahan tangis nya kali ini. Mahreen juga ikut menangis dan memeluk Hasan, Mahreen juga tak bisa menahan tangis nya.

°°°°°

Tbc

Cinta Dalam Istikharah [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang