11. ZEIN DAN SUNDARI

176 28 0
                                    

POV ZEIN

Aku memesan teropong di Australia untuk mengintip Papa, ingin tahu siapa perempuan simpanannys sebelum melabrak.

Sementara itu, hampir tiap siang aku mengajak Meisya makan bersama.
"Panggil saya Sundari, Pak," pintanya.
"Kenapa? Meisya lebih keren."
"Ada pengalaman buruk dengan nama itu."
Aku tak perduli, tetap memanggilnya Meisya.

Suatu hari aku meningkatkan pendekatanku, mengajaknya makan malam. Gadis cantik itu tak menolak, hanya tak mau dijemput di rumah, minta di lobby kantor. Hatiku berbunga-bunga, tak ada rasa curiga.
Sayangnya, saat aku bersiap menjemputnya Meisya menelpon, membatalkan janji dengan alasan pacarnya datang.

Merasa kesal, aku menyibukkan diri dengan membuka paket yang datang di kantor siang itu, teropong dari Australia.
Meletakkannya di dekat jendela, mengarahkan keliling, terutama ke arah pemandangan ibukota. Kembali lagi ke apartemen Papa ketika gordennya dibuka. Kulihat suami Mama masuk ke kamar itu sambil melepaskan pakaiannya satu-persatu hingga telanjang bulat.
Tak sengaja senjatanya masuk di pandanganku. Aku berdecak kagum melihat kegagahannya, tak kalah dengan milikku yang masih muda ini.

Perempuan itu memakai gaun yang melekat di badannya yang seksi. Pinggangnya ramping. Aku suka perempuan seperti itu, enak meremasnya.
Papa membantunya menurunkan resleting, dan membuka gaun hitam itu.

Shit! Aku memaki.
Perempuan itu tak mengenakan pakaian dalam. Papa mendorongnya telentang, membuka kedua pahanya dan membenamkan kepala di sana. Aku langsung mengeras melihatnya menggeliat-geliat. Sialan!
Kubuka celanaku, dan sambil mengelus diriku sendiri aku terus memperhatikan kegiatan mereka.
Papa menaiki perempuan itu dan memasukinya, menghentak-hentak. Tak lama menarik diri. Maklum sudah berumur, pasti tak tahan lama, kecuali dibantu obat. Aku membayangkan aku menggantikan Papa, pasti masih lama.

Perempuan itu membersihkan Papa yang masih terlihat perkasa. Lalu ia melakukan blow job. Sama seperti sesi pertama, tak lama kulihat Papa menyemprotkan muatannya ke wajah perempuan itu.
Saat perempuan itu membersihkannya sambil menghadap ke jendela, aku terkejut.
MEISYA.
Gadis yang memikat hatiku adalah simpanan Papa.

Ia membatalkan janji karena pacarnya datang, maksudnya Papa sedang mengunjunginya.
Hari ini Kamis. Memang di luar jadwal rutin. Sudah kuamati, Papa datang di hari Senin, Rabu, Jumat. Mungkin karena besok harus menemani Mama mengunjungi adik-adikku di Sidney.

***

Aku memanggil Meisya ke ruanganku, ia masuk tanpa rasa bersalah.
"Sudah kuduga," kataku berjalan mendekatinya, '"perempuan secantik dirimu tak mungkin jomlo."
Gadis itu bergeming, aku mengunci pintu.
"Pasti kau juga bercinta dengannya, kan?"
Masih diam.

Aku menyelipkan kedua tangan melewati bawah ketiaknya, meremas bukit kenyalnya. Tak sengaja ia mendesah.
Kutarik lebih dekat, menempelkan bagian tubuh yang mengeras ke pinggangnya bagian belakang. Sebelah tanganku merambah turun ingin mengelus area sensitifnya, tapi terhalang roknya. Kusingkap ujungnya, menariknya ke atas. Sempat kupikir ia tak memakai celana dalam, ternyata model g string.

Kudorong Meisya membungkuk ke atas meja kerjaku, sambil kuturunkan celanaku, membebaskan si kecil. Lalu kusibak g string itu, mengobok-obok area sensitifnya sampai basah.
Ketika ia sudah siap, kuganti dua jariku dengan bagian lain yang lebih besar.

"PAK!" serunya tertahan.
"Ssst ... nikmati saja. Rasakan bedanya, mana yang lebih enak, punyaku atau pacarmu."
Aku melakukannya dengan tempo pelan, membuatnya menggeliat-geliat menahan nikmat, tapi tak berani memohonku mempercepat.

Aku menarik diri ketika kurasakan lorongnya berkedut, ia telah mencapai puncak.
Meisya berdiam di posisi itu beberapa saat, lalu menurunkan roknya. Aku sudah merapikan pakaian waktu ia berdiri dan memutar badan menghadapku.
"Ini pelecehan, Pak!" protesnya.
"Jangan sok suci. Kau juga menikmatinya."

Aku memutari meja, kembali duduk di kursi kebesaranku.
Tanpa pamit Meisya berjalan ke arah pintu.
"Sabtu besok ikut aku ke Puncak," kataku menghentikan langkahnya.
"Untuk apa?" tanyanya tanpa menghadapku.
"Menuntaskan hasratku." Aku tertawa, "yang barusan hanya untukmu, aku belum apa-apa."
Perempuan itu menghentakkan kaki, memutar kunci, dan melangkah keluar.

***

Meisya pulang kerja berjalan kaki, kusuruh naik ke mobilku.
Awalnya ia menolak. Tak mau diantar pulang, akhirnya kubawa ke apartemenku untuk menyelesaikan yang kulakukan di ruanganku.

Setelah menyuruh membuka pakaiannya, kuborgol kedua tangannya ke kepala ranjang. Matanya berbinar melihat tubuh telanjangku. Kuelus ular pitonku yang sudah mengeras melihat tubuh telanjangnya.
Naik ke ranjang, kedua lututku mengapit kepalanya. Ularku kumasukkan ke mulutnya, memaksanya mengulum. Sambil menggerakkan pinggul, kuremas kedua bukit kenyalnya. Meisya menggeliat mengangkat-angkat pinggulnya.

Aku menarik diri, berganti posisi, memasuki tubuhnya. Kali ini dengan tempo cepat, namun cukup lama untuk mencapai puncak.
"Shit!" makinya ketika aku membongkar muatan di dalam tubuhnya.
"Kenapa kau keluarkan di dalam?" bentaknya.
"Maaf," kataku.
Dalam hati tertawa, karena aku tak melihat Papa mengeluarkan di luar.

Setelah itu aku melepaskan borgol di tangannya, menggenjotnya lagi dua ronde. Aku punya misi, supaya perempuan ini merasa aku lebih bisa memuaskannya, sehingga ia meninggalkan Papa.

***

Papa dan Mama ke Australia seminggu. Selama itu aku membawa Meisya ke tempatku, menidurinya setiap malam.

"Bagaimana? Hebat mana aku dan pacarmu?"
Dijawabnya dengan mendengkus. Aku tertawa.

Begitulah aku menggilir Meisya, berusaha membuatnya berpaling kepadaku.
Ia tahu uangku banyak, tapi tak pernah minta dibelikan ini itu, termasuk uang. Aku heran, mengapa?

Kemudian Papa mengutusku mewakilinya perjalanan bisnis ke Eropa selama sebulan. Ketika kembali, Meisya tidak ada di kantor. Ia sudah mengundurkan diri, dan ponselnya tak bisa dihubungi.

"Pa, kenapa Meisya resign Papa setujui?" protesku.
"Memangnya kenapa?" tanyanya seolah tak perduli.
Aku sangat kesal. Kemudian merasa patah hati. Apakah aku mencintainya?

Surabaya, 2 Maret 2022
#NWR

MEISYA DAN SUNDARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang