POV KEVIN
Di bangku SMA aku jatuh cinta kepada Dwi. Papa dan Mama tak memberikan restu karena beda kasta. Gadis pendiam itu berasal dari keluarga sederhana, bisa satu sekolah denganku di sekolah elit karena ayahnya seorang guru di situ.
Papa dan Mama tahu aku menjalin kasih, tapi tak diusik. Dianggapnya masih muda, masih labil. Kan hubungan pacaran tidak selalu mulus, ada berantemnya, ada tidak cocoknya. Diharapkan dengan berjalannya waktu hubungan kami kandas.
Lalu terjadilah malam jahanam itu. Di acara perpisahan SMA aku menerima tantangan minum bir dan saat setengah mabuk aku telah merenggut kesuciannya.
"Kevin," panggilnya berlinang air mata di pagi harinya, "jangan pernah meninggalkan aku."
"Tidak akan pernah, Sayang. Aku mencintaimu."
Aku memeluknya menenangkan. Tubuh kami masih sama-sama polos.
"Maafkan aku," bisikku mencium Dwi..Atas nama tanggung jawab aku meneruskan hubungan tanpa setahu orang tua.
Entahlah cinta atau nafsu, aku sering mencarinya untuk menyalurkan hasrat. Dwi tak pernah menolak, kuatir kutinggalkan.
"Sayang, kok kau tak juga hamil," gugatku, "padahal aku selalu terjun bebas."
"Aku tak mau hamil di luar nikah."
"Lalu ...?"
"Aku suntik KB."
Sedih, tapi aku membenarkan ucapannya. Padahal andai ia hamil aku punya alasan memaksa orang tuaku melamarnya.Ketika lulus kuliah dan mulai mengambil alih perusahaan Papa, aku memintanya hamil.
Ternyata tak semudah itu.
Sampai ... orang tuaku menjodohkanku dengan Meisya."Ma," protesku, "aku mencintai Dwi."
"Mama tahu," bujuk Mama, "tapi ia tak punya keluarga yang bisa dibanggakan. Menikahlah dengan Meisya, dan jadikan Dwi simpananmu."***
Tak ingin merendahkan perempuan yang kucintai, aku menikah siri dengan Dwi sebelum menikah dengan Meisya. Kubelikan sebuah rumah yang cukup besar untuknya tinggal dengan ibunya. Ayahnya sudah meninggal setahun sebelumnya.
Tak lama setelah menikah siri, Dwi hamil.
Berat badannya meningkat drastis, membuat lekuk indahnya lenyap. Dan sampai anak pertamaku itu berumur tiga tahun, bentuk tubuhnya belum kembali seperti masa remaja.
Untung saja aku cinta, jadi mampu bertahan. Penampilannya berbeda bumi dan langit dengan istri sahku. Apalagi ia tak mau memakai baby sitter.Perlahan gairahku menurun bersama Dwi, mulai jarang menggaulinya. Nafsuku tersalurkan ke Meisya. Dia pandai merawat tubuhnya, selalu tampil cantik dan wangi. Bersamanya selalu membuatku ingin menidurinya.
Istri sahku ini paling cocok dibawa ke acara-acara. Wajah cantik dan body yang aduhai membuat semua lelaki iri padaku. Kekurangannya hanya satu, aku tak mencintainya. Sehingga pulang kerja aku selalu pulang ke rumah Dwi, bermain dengan anakku sampai ia tidur, barulah aku pulang ke rumah.Sampai di rumah selalu lewat tengah malam, Meisya sudah tidur dan aku terlalu capai untuk bercinta.
Aku meniduri Dwi mungkin hanya sekali tiap dua tiga bulan. Bersama Meisya lebih sering, mungkin sebulan sekali. Tapi sekalinya bercinta, bisa semalam suntuk, tiga empat ronde sekaligus. Aroma tubuhnya memabukkan, beda dengan Dwi yang bau keringat.***
Saat menikah siri, dan setelahnya, aku tak pernah mengajak Dwi berlibur. Kali ini aku membawanya ke Amerika selama sepuluh hari.
Meisya selalu menjemput sendiri ke bandara, karena itu setelah mengantar Dwi pulang, aku terbang lagi ke Singapore, langsung balik lagi.
Capai? Iya! Tapi tak bisa istirahat dulu, Meisya bisa curiga bila aku segar bugar.Setelah menghajar Meisya beberapa ronde sampai pagi, besoknya aku istirahat. Tidur seharian pura-pura jetlag.
Tak terhindarkan aku membandingkan kedua perempuanku itu. Dwi pernah melahirkan, dan tentu saja tak sesempit Meisya yang hanya dilewati pusakaku saja. Namun ... kali ini kurasakan berbeda, terasa lebih menjepit. Membuatku ketagihan.Lalu selama dua bulan aku tak pulang ke rumah Dwi di Bekasi. Tiap malam bercinta dengan Meisya. Sekarang ia berani mengusulkan gaya-gaya baru, memberi warna hubungan intim kami.
***
Suatu hari aku mengajak Meisya makan malam bersama rekan bisnis.
Istriku belum pernah bertemu dengan Zein, tapi lelaki itu terus memandangnya, seolah mengenalnya. Aku tak suka caranya menatap Meisya, ada nafsu yang berusaha ditutupinya.
Aku tidak mencintai istri sahku, tapi tak rela ada lelaki lain menginginkannya."Boleh saya minta nomor ponsel Bu Kevin?" tanya Zein sebelum berpisah.
"Untuk apa?" sergahku tak menutupi rasa tidak suka.
"Jangan cemburu, Pak," tawa lelaki itu, "ketika anda sibuk, mungkin Bu Kevin bisa membantu."
"Istriku hanya ibu rumah tangga, tidak ikut bekerja," tolakku.
Zein tak punya alasan lagi."Kau kenal Zein?" tanyaku di perjalanan pulang.
"Tidak," sahutnya pendek.
"Sepertinya ia menyukaimu."
"Kau tahu, Kevin, aku tak berminat selingkuh."
"Waktu kita dijodohkan, kudengar kau menolak karena punya pacar," selidikku.
"Papa Mama tak merestui hubunganku dengannya, karena ia hanya driver ojol."
"Dan bukan Zein?" kejarku.
"Hmmm ... sepertinya Zein berkelas, dari keluarga kaya. Tak mungkin kan, dia bekas kekasihku?"Untunglah aku memasang telpon rumah hanya untuk pos satpam. Mereka tak berhak memanggil majikannya menerima telpon, dan tak berhak juga memberikan nomor ponsel ke penelepon.
Sepertinya Zein benar-benar tertarik kepada Meisya. Ia mengajakku makan siang.
"Nama istrimu, Meisya Sundari?" tanyanya sambil makan.
Masih banyak pertanyaannya yang membuatku heran. Sudah berapa lama menikah, apakah Meisya tidak pernah bekerja, apakah ia kembar. Aneh.Kuceritakan semua itu ke istriku.
"Aneh, kan? Seperti ia mencurigai sesuatu."
Meisya menjawab ceritaku dengan membuka pakaianku, lalu untuk pertama kalinya ia memasukkanku ke mulutnya. Aku belum pernah dikulum. Pengalamanku meniduri perempuan hanya Dwi dan Meisya. Nikmat luar biasa yang kurasakan malah membangkitkan tanya, siapa yang pernah dilayaninya blow job?Surabaya, 5 Maret 2022
#NWR
KAMU SEDANG MEMBACA
MEISYA DAN SUNDARI
Romanceditulis berdasarkan video di Facebook, disadur ke dalam cerita berlokasi di Indonesia. Tentang Meisya Sundari dari keluarga kaya berpacaran dengan Zulkifli dari kalangan bawah. Ketika sedang galau karena desakan keluarganya untuk menikah dengan reka...