Sama seperti malam-malam sebelumnya. Pulang bekerja, Akashi menaruh tas dan sepatunya. Dan bayangan masa lalu mulai hadir di kepala. Ucapan selamat datang, teh hangat yang disajikan, juga makan malam simpel karena Tetsuya saat itu baru belajar memasak.
Dia terduduk disudut sofa. Begitu hening dan sepi, hanya suara pendingin ruangan yang sayup-sayup terdengar. Hatinya terasa mencekam. Dia sangat-sangat kesepian.
Bisa saja dia mengundang orang, bersama teman-teman nongkrong yang juga bawahannya, atau bahkan jika dia ingin mencari gandengan untuk jadi one night stand. Tapi bukan itu maunya. Bukan itu yang mengusir kesepiannya.
Dia hanya ingin Tetsuya.
Tubuhnya terasa sangat lelah. Pertemuan Tetsuya sudah seminggu berlalu, namun ucapan Tetsuya begitu terngiang di telinga. Sindiran telak itu dengan tepat menghujam, memicu penyesalan demi penyesalan datang. Juga tatapan Tetsuya yang terlihat tidak antusias saat bersamanya.
Namun, apa yang dia harapkan?
Dengan kesalahannya yang sudah mengecewakan dan menyakiti Tetsuya begitu dalam, apa yang dia harapkan?
Meski begitu, Akashi tidak ingin menyerah. Dia tidak mau menghabiskan sisa hidupnya tanpa Tetsuya. Bayangan itu terlalu mengerikan.
Bahkan jika dibandingkan dengan sebuah kematian.
---
Disclaimer :
Kuroko No Basuke by Fujimaki Tadatoshi
Original Story by Gigi
Akakuro Fanfiction
Romance; Friendship; Hurt
Shounen Ai; Office AU; Out of character
---
Para manajer dan Nijimura kini merasa dalam neraka. Entah mengapa sejak dua minggu yang lalu, Akashi uring-uringan. Bahkan, mereka tidak berani untuk berbicara diluar pekerjaan. Sudah matanya menatap dengan kejam, setiap apa yang Akashi ucapkan terasa tajam. Furihata bahkan sudah gemetar saat dia tidak sengaja salah memencet tombol ketika Akashi memintanya menghubungi bagian PR.
Dan kini, mereka semua berkumpul didepan ruangan Akashi untuk kepentingan yang berbeda-beda. Tidak ada yang berani masuk, karena bahkan dari luar saja sudah terasa bagaimana dinginnya suasana ruangan Akashi sekarang.
"Reo, kau kan dulu senior Akashi-sama, kau saja yang masuk. Kita titip."
Mibuchi yang dipasrahi langsung melotot, "Tidak! Sei-chan saat mode begini tidak kenal ampun. Nijimura saja."
Nijimura langsung menggeleng, menolak dengan keras, "Aku masih ingin jantungku sehat."
"Kau kan asistennya." Tambah Aomine yang memegang berkas untuk ditanda tangani Akashi, "Jika tidak ada tanda tangan, bagaimana aku bisa mendistribusikannya?"
"Justru karena aku asistennya harus tetap waras dan sehat. Kalau kau sakit, aku bisa cari manajer logistic yang lain."
"Sialan!" Umpat Aomine, "Kise, kau saja."
"Tidak mau! Kemarin aku tidak sengaja menyenggol meja saja rambutku nyaris terpotong gunting yang melayang! Seram sekali Akashi-chi."
"Bagaimana jika kita masuk bersama?" Usul Kagami yang juga butuh tanda tangan Akashi.
"Apa kau mau kita semua termutilasi didalam karena membuat keributan?" Nijimura melotot, "Mayuzumi, kau kan bisa menghilang, kau saja yang masuk!"
"Nijimura-san, aku bukan setan."
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN
FanfictionDemi membawa Tetsuya kembali, semuanya akan Akashi lakukan. Tapi Tetsuya sudah jauh berjalan ke depan, sedang dia masih tenggelam dalam kenangan. Apa yang harus dia lakukan? Bertahan, atau mundur melepaskan?