Chapter 18

1.3K 177 4
                                    

Tetsuya selalu memperingati dirinya bahwa dia sudah pernah hancur, terluka dan kecewa yang teramat dalam. Untuk bangkitpun dia juga harus melawan bisikan iblis yang membujuknya lompat dari balkon kamar. Jadi anggap saja ini tidak lebih dari ketidaksengajaan dua orang relasi kerja yang tak sengaja terdampar.

Tidak ada yang istimewa.

Selesai menjernihkan pikiran, Tetsuya keluar dari kamar mandi, bersamaan dengan Akashi yang masuk kamar membawa dua cangkir yang terlihat mengepulkan asap.

"Terimakasih." Tetsuya berucap pelan saat menerimanya, lalu meneguknya perlahan. Membiarkan rasa susu hangat vanilla ini merasuki sendi-sendi tubuhnya sambil mengusir sebuah pertanyaan; mengapa merk susu favoritnya ada disini?

Tentu saja bukan Tetsuya saja yang menyukainya, namun Akashi tidak menyukainya. Tapi setelah dia ingat bahwa Akashi belum pernah kesini dan semuanya disiapkan oleh penjaga rumah, jadilah Tetsuya menebak bahwa susu ini adalah pilihan si penjaga.

Ya, itu dia jawabannya.

"Di dapur, ada beberapa bahan makanan jika kau lapar. Aku sudah mengecek semuanya." Tiba-tiba suara Akashi masuk, dan belum Tetsuya menjawab, dia merasakan Akashi membawanya dalam sebuah pelukan, "Tidak apa-apa, aku menjamin kita aman."

Pelukan itu hanya sebentar, bahkan sebelum Tetsuya sadar, Akashi sudah melepasnya dan masuk ke kamar mandi tanpa melihatnya.

---

Disclaimer :

Kuroko No Basuke by Fujimaki Tadatoshi

Original Story by Gigi


Akakuro Fanfiction

Romance; Friendship; Hurt

Shounen Ai; Office AU; Out of character

---

Tak mau ambil pusing dan memikirkan hal yang tidak-tidak, Tetsuya melangkah turun. Menuju dapur yang berada disebelah tepat ruang tengah. Dalam kulkas ternyata ada bahan makanan cukup lengkap, mengisyaratkan bahwa villa ini memang terawat.

Karena badannya lelah dan perlu sesuatu yang hangat, Tetsuya memilih memasak sup saja. Tak lupa juga menanak nasi barulah ditinggal untuk mengolah beberapa sayuran dan seafood disana. Tetsuya terlalu fokus hingga dia tidak sadar jika Akashi sudah ada disana.

"Apa yang bisa aku bantu?"

Tetsuya menjawab tanpa menoleh, "Akashi-san duduk saja."

Dengan lincah, Tetsuya terus meneruskan kegiatannya. Setidaknya, karena dia terbiasa hidup sendiri, jadi Tetsuya lama-lama semakin mengasah kemampuan memasaknya. Memang tidak seenak masakan ibunya, tapi ini jauh lebih layak dibanding dulu dirinya hanya bisa merebus telur atau memasak makanan instan.

Dari belakang, dia bisa berasakan bahwa Akashi memandangnya, tapi Tetsuya memilih mengabaikannya. Selesai ini, makan dan tidur, besok pagi pulang. Itulah hal yang ada dalam otaknya sekarang.

Tidak ada hal yang harus dia pikirkan. Mereka hanya masa lalu, dan sekarang hanyalah dua orang rekan kerja. Tidak perlu berlebihan.

---

Kini, mereka duduk berhadapan. Tetsuya tidak banyak bicara, dia hanya berdiri mengambil jatahnya sendiri, lalu mengambilkan untuk Akashi.

"Ittadakimasu."

PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang