Apartment Akashi berada di lantai paling tinggi. Ini adalah apartment paling luas, dan juga paling mahal. Akashi membelinya bukan karena gengsi, namun karena Tetsuya menyukai tempat ini. Mereka dengan bebas dapat melihat cerahnya langit musim panas, indahnya malam penuh bintang, suara hujan yang menenangkan, melihat salju jatuh lebih cepat, juga angin sejuk yang membelai melepas penat yang melekat.
Bahkan, saking sukanya, Akashi membuat atap kamar mereka bisa menutup dan membuka agar Tetsuya lebih leluasa menikmatinya.
Mereka sering tertidur dibawah bintang-bintang, kemudian bergelung saling memeluk diantara udara pagi yang dingin dan sinar matahari yang baru muncul dari ufuk timur. Atau berenang di halaman belakang mereka yang disulap jadi kolam renang dipuncak apartment menikmati musim panas. Atau bercumbu mesra di ruang terbuka, terlihat oleh sekawanan burung yang lewat.
Semuanya terdengar sempurna, dan bersamaan dengan itu, penyesalan akan kebodohannya kembali muncul menertawakan segalanya. Menghancurkan semua yang sudah dia miliki bersama Tetsuya.
Menenggelamkannya pada penyesalan hingga dasar tanpa ada secuil pertolongan.
Tak peduli bagaimana Akashi mencoba meraih permukaan, tak peduli bagaimana Akashi berusaha sekuat tenaga bertahan, satu demi satu penyesalan melumatnya lagi dan lagi hingga dia kembali ke dasar.
Memerangkapnya dalam masa lalu hingga sekarang.
---
Disclaimer :
Kuroko No Basuke by Fujimaki Tadatoshi
Original Story by Gigi
Akakuro Fanfiction
Romance; Friendship; Hurt
Shounen Ai; Office AU; Out of character
---
Akashi kembali pada rutinitasnya. Hanya saat pagi menjelang, otaknya terasa waras, dan kemudian bekerja dengan maksimal. Matanya mengawasi dokumen yang dia tanda tangani dengan teliti, tak melewatkan satu katapun bahkan jika ada typo atau kesalahan tanda baca, Akashi bisa tahu.
Makanya Aomine memilih merekrut lulusan sastra bahasa untuk keperluan saat mengetik proposal karena frustasi dengan ketelitian Akashi bahkan melebihi pembimbingnya ketika skripsi.
"Ryouta ingin mengundang influencer? Bahkan followers-nya saja masih besar punya Ryouta." Akashi mencoret proposal Kise, "Kerja yang benar. Kalau tidak ada, kenapa bukan dia saja yang jadi influencer-nya? Toh, masih nyambung dengan postingan-postingan alay-nya." Komen Akashi yang langsung dicatat Nijimura.
"Rekrutan disini lagi," Akashi mencoretnya, "Aku tidak butuh manusia-manusia dengan pikiran dan pandangan yang semuanya sama. Aku butuh lebih banyak yang beragam untuk menghasilkan ide-ide segar dengan berbagai sudut pandang. Ganti lokasi. Oh, dan jangan lupa untuk pihak legal menanyakan apa saja yang dibutuhkan untuk membangun perusahaan finansial."
"Distribusi keluar negeri memakan biaya sebanyak ini?" Akashi meneliti angka-angka besar yang tertera disana, "Nijimura, pesan pesawat. Kita butuh untuk distribusi jarak jauh. Juga bilang Reo untuk merekrut pilot, dan teknisi pesawat yang bersertifikasi dan berpengalaman."
Nijimura membatin dalam hati. Dia tentu sudah sering menyaksikan bagaimana bosnya ini sungguh kelebihan uang. Namun, mendengar bosnya pesan pesawat seperti pesan sepeda motor, masih membuatnya kaget.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN
FanfictionDemi membawa Tetsuya kembali, semuanya akan Akashi lakukan. Tapi Tetsuya sudah jauh berjalan ke depan, sedang dia masih tenggelam dalam kenangan. Apa yang harus dia lakukan? Bertahan, atau mundur melepaskan?