Tetsuya masih tidak menyangka bisa menyaksikan pemandangan yang dia yakini mustahil dalam hidupnya. Dia selalu terbiasa dengan Akashi yang begitu digdaya, begitu berkuasa.
Namun ini, didepan matanya sendiri.
Suara yang biasanya tegas memerintah dan berbicara tajam kini terdengar bergetar. Tetsuya yang baru ingin kembali bertanya, kaget begitu Akashi menariknya dalam dekapan yang sangat erat. Dia merasakan bagaimana Akashi menenggelamkan kepala dalam-dalam pada lehernya.
Tetsuya ingin mendorongnya, namun dorongan itu berhenti saat dia merasakan ada tetesan-tetesan hangat yang jatuh pada kaos yang dia kenakan, meski tidak ada suara selain suara dari serat kain yang bergesek karena Akashi terus memeluknya erat.
"Tetsuya, Tetsuya, Tetsuya." Suara Akashi terdengar serak ketika memanggilnya, "Aku minta maaf. Aku minta maaf. Aku bodoh, aku bajingan, aku brengsek." Racauannya sempat terhenti saat Akashi tersedak, "Aku sangat menyesali semuanya."
Tapi Tetsuya hanya bisa diam. Dia sendiri tidak tahu harus bagaimana. Mendorong Akashi? Namun, pelukan erat dengan tubuh yang gemetar menunjukkan bahwa Akashi tidak sedang baik-baik saja.
"Untuk semua kecewamu, untuk semua lukamu yang sudah aku beri. Aku minta maaf." Racauan itu kembali berlanjut, juga pelukan yang semakin erat seolah ingin menggabungkan tubuh mereka menjadi satu, "Aku akan melakukan apapun yang kau mau, menunggu sampai kapanpun kau butuh waktu, tapi tolong- tolong jangan pergi, jangan tinggalkan aku."
"..." Tetsuya masih tidak tahu harus merespons apa dengan keadaan ini yang datang tiba-tiba. Dia tidak membalas juga tidak mendorong Akashi yang masih memeluknya.
"Tetsuya, aku tidak mau. Aku tidak bisa tanpamu."
"Aku tidak mau. Aku tidak mau."
"Jangan tinggalkan aku."
Suara Akashi semakin melemah bersamaan dengan kekuatan pelukan yang melonggar. Dan sebelum Akashi benar-benar kehilangan kesadaran, dia bisa mendengar Akashi kembali memanggil namanya, lalu terjatuh kearahnya.
Tetsuya mencoba memindahkan tubuh Akashi yang jauh lebih besar dari tubuhnya. Membawanya berbaring disebelah. Mengambil tisu yang tersedia di kamar untuk menghapus keringat Akashi dan juga air mata yang membuat wajah tampan Akashi berantakan.
"Tetsuya," Suara Akashi sepelan bisikan, "Tolong.. jawab panggilanku." Lalu satu tetes air kembali meluncur dari sudut mata.
---
Disclaimer :
Kuroko No Basuke by Fujimaki Tadatoshi
Original Story by Gigi
Akakuro Fanfiction
Romance; Friendship; Hurt
Shounen Ai; Office AU; Out of character
---
Tetsuya menghapusnya, memastikan jika wajah Akashi sudah bersih, lalu menyelimutinya. Dia masih duduk sambil melihat Akashi yang kini sudah benar-benar terlelap. Kondisi ini tidak asing baginya. Karena dia juga pernah mengalaminya ketika mereka baru berpisah.
Hanya, tentu dia tidak memanggil Akashi, namun dengan gila menyalahkan dirinya sendiri. Tapi untung saja, kondisi frustasi itu tidak menghimpitnya dalam jangka waktu yang lama. Karena keinginannya untuk hidup normal, membuatnya inisiatif bertemu dengan psikolog juga rutin terapi.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN
FanfictionDemi membawa Tetsuya kembali, semuanya akan Akashi lakukan. Tapi Tetsuya sudah jauh berjalan ke depan, sedang dia masih tenggelam dalam kenangan. Apa yang harus dia lakukan? Bertahan, atau mundur melepaskan?