Ruangan yang begitu terang, menjadi hal pertama yang Akashi lihat. Dia merasakan cahaya dari luar menembus kedalam, dan lampu kamar yang belum padam. Akashi memandang sekelilingnya, lalu dengan panik langsung terbangun saat teringat peristiwa sehari sebelumnya.
Dia melihat sekitar, dan tidak ada Tetsuya. Otaknya berpikir keras, apakah tadi malam hanya mimpi? Ataukah itu hanyalah salah satu halusinasi?
Akashi panik. Dia turun ke lantai bawah seperti orang kesetanan. Memanggil-manggil nama Tetsuya berulang.
"Tetsuya!"
"Tetsuya!"
"Tetsu-"
"Akashi-san, ada apa?" Tetsuya mengintip dari dapur, "Aku sedang menghangatkan sup tadi malam. Ada apa?"
Akashi langsung menghampiri Tetsuya dan kembali menyentuh wajahnya, sekali lagi dia ingin membuktikan bahwa Tetsuya benar-benar nyata. Benar-benar ada disana.
---
Disclaimer :
Kuroko No Basuke by Fujimaki Tadatoshi
Original Story by Gigi
Akakuro Fanfiction
Romance; Friendship; Hurt
Shounen Ai; Office AU; Out of character
---
Namun, tangan Akashi langsung dipukul Tetsuya keras, "Aku bukan setan." Lalu dia berbalik, kembali menuju sup yang sepertinya sebentar lagi mendidih.
Akashi sendiri masih diam ditempat, dan Tetsuya kembali berbicara, "Cuci muka dan gosok gigi, aku akan menunggu untuk sarapan disini."
Secepat kilat Akashi melakukan apa yang Tetsuya minta, dan secara tidak sengaja matanya melirik jam. Sudah jam 11 siang.
Itu berarti setidaknya dia sudah tidur selama 12 jam dan merupakan tidur paling nyenyak yang bisa dia alami setelah mereka berpisah. Juga, tadi malam Akashi tidak bermimpi apapun, dan tahu-tahu terbangun dengan keadaan waktu sudah begitu siang.
Akashi turun dengan wajah yang lebih segar, kemudian duduk didepan Tetsuya seperti tadi malam. Menunggu Tetsuya mengambilkan untuknya.
"Selamat pagi, Tetsuya." Ucap Akashi membuka percakapan.
"Ini sudah siang, Akashi-san."
"Apa kau tidur nyenyak semalam?"
"Ya, terimakasih untuk seseorang yang nyaris meremukkan tulangku menjadi beberapa bagian."
Akashi tidak bisa menahan senyumnya, "Aku pastikan kau mendapat kompensasi yang sepadan."
"Bisakah itu berupa saham Rakuzan?"
"Itu bisa kita diskusikan."
Bahkan jika Tetsuya meminta seluruh hartanya, akan dengan senang hati Akashi berikan.
Atmosfer mereka lebih ringan dibanding kemarin. Setidaknya mereka sudah bertukar kalimat dengan cukup normal. Tidak terlalu kaku dibanding sebelum-sebelumnya. Memang belum kembali seperti dulu, tapi hanya percakapan normal seperti ini saja sudah membuat Akashi bahagia.
"Maaf, aku tadi mengangkat ponselmu karena terus berdering. Tadi Nijimura-san menelepon bertanya tentang keadaan, aku bilang bahwa kita baik-baik saja dan berhasil selamat dari badai." Jelas Tetsuya yang langsung menunduk untuk makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN
FanfictionDemi membawa Tetsuya kembali, semuanya akan Akashi lakukan. Tapi Tetsuya sudah jauh berjalan ke depan, sedang dia masih tenggelam dalam kenangan. Apa yang harus dia lakukan? Bertahan, atau mundur melepaskan?