"Kenapa mereka semua memanggilku nyonya ketua?"
Adalah suara protes Tetsuya begitu dia masuk ruangan Akashi untuk melanjutkan project yang kemarin sudah mereka perbaiki. Dan kali ini, dia akan melaporkannya sekaligus validasi apakah sudah sesuai atau masih revisi lagi.
Baru saja dia datang, para security sudah menunduk hormat padanya. Lalu bagian resepsionis mengarahkan Tetsuya untuk menggunakan lift prioritas yang khusus 'para darah biru' disana. Dan saat dia menunggu, semua menunduk saat melihatnya. Sampai di lantai tempat ruang Akashi berada, Furihata dengan hormat menunduk 45 derajat, menyambutnya dan langsung mempersilahkan Tetsuya masuk.
Tidak ada cek ini itu seperti saat dia datang dulu. Semuanya memperlakukan Tetsuya seperti seorang pemilik saja.
"Bukan aku yang memulainya. Itu pasti Nijimura, dia mungkin sudah menyebarkan fotomu di grup khusus para karyawan." Akashi menuntun Tetsuya untuk duduk, "Kau ingin makan dan minum apa?"
"..."
"Jika kau tidak suka, aku akan memecat mereka."
"Aku akan bilang sendiri dan jangan sembarangan memecat orang!" Bagaimanapun, Tetsuya sudah mengenal mereka. Tidak enak jika Akashi yang bertindak. Rasanya seperti jadi pengadu saja.
Tangan Akashi mencubit pipi Tetsuya, "Tetsuya tidak suka. Baiklah jangan cemberut. Aku sudah meminta Murasakibara membawakan vanilla milkshake."
Tetsuya membuka laptopnya, kemudian membuka folder yang sudah mengalami banyak perbaikan, "Kami sudah selesai mengerjakan semuanya, berdasarkan masukan dari Rakuzan. Akashi-san bisa melihatnya."
Namun, alih-alih duduk disebelah Tetsuya, Akashi berdiri dibelakang Tetsuya, lalu menundukkan badan dan menaruh tangannya pada dua pegangan kursi. Seolah memerangkap Tetsuya disana. Wajah mereka begitu dekat, bahkan dia merasakan telinganya menyenggol rambut Akashi dengan ringan.
"Mana yang harus aku lihat?" Suara Akashi begitu pelan serupa bisikan, namun terasa begitu jelas karena posisi yang nyaris tanpa jarak.
"Tidakkah bisa sambil duduk saja?"
"Begini lebih jelas." Wajahnya kini menengok kearah Tetsuya, dengan bibir yang sangat dekat dengan telinga Tetsuya, lalu bicara dengan intonasi seperti bisikan, "Tolong tunjukkan padaku, sayang."
Gerakan Tetsuya berhenti, "Kau memanggilku apa?!" Seketika dia menengok, dan tidak sengaja bibir mereka bertemu dalam sentuhan ringan.
Akashi nyaris akan memajukan bibirnya saat melihat mata Tetsuya membulat, lalu segera kembali menghadap layar laptopnya. Berpura-pura tidak terjadi apa-apa meski Akashi melihat ujung telinga Tetsuya sudah memerah.
"Jika Akashi-san hanya bermain, aku tidak mau datang lagi."
---
Disclaimer :
Kuroko No Basuke by Fujimaki Tadatoshi
Original Story by Gigi
Akakuro Fanfiction
Romance; Friendship; Hurt
Shounen Ai; Office AU; Out of character
---
Akashi melengkungkan bibirnya, "Maaf, aku akan serius kali ini." Dan kini, mereka duduk berdampingan, kemudian membahas pekerjaan mereka dengan benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN
FanfictionDemi membawa Tetsuya kembali, semuanya akan Akashi lakukan. Tapi Tetsuya sudah jauh berjalan ke depan, sedang dia masih tenggelam dalam kenangan. Apa yang harus dia lakukan? Bertahan, atau mundur melepaskan?