Chapter 17

1.3K 171 5
                                    

Kesibukan Tetsuya bertambah banyak begitu mereka menerima kritikan dari para investor lainnya mengikuti kritik tajam Akashi dihari sebelumnya. Setelahnya mereka melakukan meeting darurat, dan saat ini tengah merancang perombakan total yang membuatnya tidak punya tenaga bahkan untuk makan.

Riko sampai menyeretnya, namun Tetsuya merasa ingin muntah. Meski demikian, Tetsuya tidak ingin ijin istirahat. Karena bukan hanya dia yang keteteran, tapi juga karyawan lainnya. Seirin sendiri belum bisa menambah orang baru, karena mereka perlu dana besar untuk program-program selanjutnya.

Sampai akhirnya setelah sudah nyaris tumbang, rombakan-rombakan itu sudah hampir selesai. Juga koreksi dari Rakuzan sudah Tetsuya kerjakan. Matanya berkunang-kunang, dia ingin pingsan.

"Kuroko-kun, apa pekerjaanmu minggu ini selesai?" Tanya Riko menghampirinya.

"Sepertinya sudah bisa aku presentasikan minggu depan, Riko-san. Ada apa?"

"Papaku punya villa didekat pantai, aku ingin mengajak kalian semua liburan disana!"

"Liburan?" Yang ada diotak Tetsuya saat liburan hanyalah dia ingin tidur seharian, namun saat melihat Riko antusias, jadi Tetsuya tidak menolak, "Aku ikut saja."

---

Disclaimer :

Kuroko No Basuke by Fujimaki Tadatoshi

Original Story by Gigi


Akakuro Fanfiction

Romance; Friendship; Hurt

Shounen Ai; Office AU; Out of character

---

Dan beginilah. Tetsuya yang nyawanya belum berkumpul semua karena berangkat pagi-pagi buta, tahu-tahu sudah diseret Nijimura. Dia hanya merasa tadi bertemu mantan kakak kelasnya, lalu semua heboh saat tahu dia mantan Akashi. Lalu sekarang dia disini.

Tangannya dipegang Nijimura, dan dihadapannya ada Akashi yang menatapnya tajam, "Kenapa kau.. bisa bersamanya?"

Dia mendengarkan Nijimura memberi penjelasan pada Akashi juga mengapa Nijimura membawanya kesini.

"Ayolah bos, tidak mungkin kan kita meninggalkan Kuroko sendirian. Dia kan manis, nanti diculik orang."

Kening Tetsuya mengerut kesal saat mendengar Nijimura mendeskripsikan dirinya. Memangnya dia balita apa sampai bisa diculik orang. Dia sudah dewasa, tentu saja tidak segampang itu diculik orang.

"Jika dia tidak keberatan, dia bisa bersamaku." Suara baritone terdengar, disambut dengan Nijimura yang membujuknya untuk bersama Akashi saja.

Sebenarnya, Tetsuya ingin menolak. Tidak ikut main jetski juga tidak apa-apa. Dia justru bisa tidur lagi. Tapi.. dia merasa tidak sopan jika terus menolak, terlepas dari status pribadi mereka, saat ini mereka adalah rekan kerja dimana Akashi adalah investor utama. Menolak hanya akan membuat Seirin berada dalam kerugian. Jadi Tetsuya mengiyakan.

"Kalau begitu, maaf merepotkan."

Akashi memimpin jalan. Dari belakang, dia melihat bahwa postur Akashi menjadi jauh lebih besar dari saat terakhir mereka. Punggung itu juga lebih kokoh dan lebar. Tapi Tetsuya tidak mau tahu tentang siapa saja yang sudah menjadikan punggung itu sandaran. Itu semua bukan lagi urusannya sekarang.

"Apa kau takut naik jetski? Kalau kau takut, kita bisa naik yacht." Pertanyaan Akashi menyadarkan lamunannya, namun Tetsuya merasa tidak peduli mau naik apa.

PAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang