Rasa frustasinya, juga kerinduan yang sudah tidak mampu Akashi jumlah, semuanya terasa meleleh saat sup buatan Tetsuya memasuki tenggorokannya. Tidak hanya menghangatkan tubuh, namun juga hatinya yang sudah dingin membatu dalam waktu yang begitu lama.
Adakah Tetsuya juga pernah merindukannya?
Adakah Tetsuya memikirkannya barang sejenak?
Apakah Tetsuya pernah ingin kembali bersamanya?
Tapi pertanyaan-pertanyaan sejenis ini kembali Akashi telan. Saat ini, dia tidak ingin ada konfrontasi antara mereka berdua. Jadi dia hanya makan dalam diam, juga melihat wajah Tetsuya menikmati masakannya.
Karena sebanyak apapun pertanyaan yang ada dalam benak, kerinduan akan Tetsuya sudah cukup membuat Akashi berusaha menikmati apa yang terjadi sekarang.
---
Disclaimer :
Kuroko No Basuke by Fujimaki Tadatoshi
Original Story by Gigi
Akakuro Fanfiction
Romance; Friendship; Hurt
Shounen Ai; Office AU; Out of character
---
Selesai makan, mereka berdua naik ke atas. Akashi ingin sekali bersama Tetsuya. Dia ingin memandang wajah Tetsuya, juga.. dia ingin berbicara banyak dengannya. Namun, setiap dia ingin bergerak, penyesalan itu selalu muncul, membisiki betapa Tetsuya sudah terluka, sudah kecewa dan Akashi masih tidak tahu diri jika masih berani berharap.
"Kau tidur disini saja, aku akan ke kamar sebelah." Ucap Akashi menepis keinginannya yang menyeruak hebat. Tapi Tetsuya belum bergerak masuk, dia masih diam ditempat.
Hati Akashi kembali terasa sesak. Dulu, Tetsuya adalah seseorang yang selalu mengatakan apa maunya secara frontal kepada orang yang dianggapnya dekat, terutama pada Akashi karena itu artinya dia merasa nyaman. Tapi sekarang, dia banyak diam. Tidak meminta ini-itu seperti dulu yang dia lakukan.
Apa Akashi sudah tidak lagi menjadi orang yang memberi rasa nyaman untuknya?
"Kalau begitu, aku akan tidur di sofa, kau diranjang." Barulah setelah kalimat itu terlontar, Tetsuya mengangguk, dan masuk kedalam.
Akashi sendiri mengambil bantal dan selimut dari kamar sebelah, lalu membawanya di sofa yang bisa dia pakai. Memosisikan diri dalam posisi yang nyaman, dan matanya melirik Tetsuya yang sudah berada dalam selimutnya.
"Akashi-san, selamat malam."
"Selamat malam, Tetsuya."
Suara badai masih menggelegar diluar. Dia ingin menghubungi Nijimura karena sekarang mereka pasti panik mencarinya. Namun jangankan sinyal internet, sinyal biasa saja tidak ada. Jadi Akashi menyerah, dan menatap langit-langit kamar.
Tanpa obat, dirinya hanya akan mengganggu tidur Tetsuya karena pasti mimpi buruk itu datang. Lagipula, dia sama sekali tidak mengantuk sekarang. Gangguan tidurnya sudah berada ditahap yang parah.
Sejam berlalu, dan Tetsuya sepertinya sudah terlelap.
Akashi bangun dari tidurnya, lalu berjalan menuju Tetsuya. Dan duduk ditepi ranjang, matanya menatap lekat Tetsuya yang terpejam.
Wajah itu masih sama. Begitu cantik, dan pesonanya sudah mengurung Akashi tanpa pintu keluar. Tangannya bergerak menyentuh rambut yang juga masih halus meski entah mengapa saat bangun tidur bisa super berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PAIN
FanfictionDemi membawa Tetsuya kembali, semuanya akan Akashi lakukan. Tapi Tetsuya sudah jauh berjalan ke depan, sedang dia masih tenggelam dalam kenangan. Apa yang harus dia lakukan? Bertahan, atau mundur melepaskan?