Author Pov
"HIKS HIKS."
"HUAAAA HIKS~"
"SAKIT SAKIT HUAAAAA."
"ALLAHUAKBAR BERISIK ANJING!"
mengabaikan teriakan Hanbin, Lisa terus saja menangis kencang bak anak kecil yang kehilangan mainan nya.
sepulang dari apartemen Jennie, ia langsung berlari menuju rumah Hanbin dan langsung menangis ketika masuk ke kamar pria itu.
Hanbin tentu terkejut bukan main, sebelumnya ia ingin memaki Lisa karena membuatnya menunggu terlalu lama tapi melihat kondisi Lisa sekarang membuat rasa kesalnya hilang.
ia iba, penasaran, lalu kembali kesal kala suara tangisan sahabatnya itu malah makin menjadi-jadi.
"lo kenapa sihh? udahan dulu ngapa ini nangisnya."
"sakit Mbin.. Hiks Hiks~"
"ya cerita Lisss ceritaaa."
"tapi ini saking sakitnya gue ga bisa cerita.."
"yaudah." balas Hanbin acuh.
Lisa yang tadinya tengkurap langsung mengangkat kepalanya, menatap Hanbin tidak percaya.
"lo ga ada empati banget anjir.."
"ada ya, lo nya aja yang drama pake ga mau bilang." Hanbin memangku gitar nya, mulai memetik senar.
melihat itu, Lisa bangkit dari posisi tengkurap nya dan mengambil alih gitar Hanbin. "cari kesempatan banget lo, mau gimana pun kondisi gue, tetep giliran gue yang pertama main."
Hanbin menekuk wajahnya, "kan itu gitar gue bangsat! kok jadi elo sih yang nguasain!" batin Hanbin.
Jrengg
Lisa mulai memetik senar gitar itu, disusul dengan suara nyanyian nya yang begitu enak didengar.
harusnya aku yang di sana..
dampingi mu, dan bukan dia..
harusnya aku yang kau cinta
dan bukan dia~"buset dah, si pitik lagi patah hati."
"telpon bule Rosé ahh." Hanbin mengeluarkan ponselnya dari saku, mencari kontak seseorang yang dia panggil bule tadi.
mendengar nama bule itu, Lisa langsung berhenti memainkan gitar juga bernyanyi. ia kini menatap Hanbin kesal.
BUK!
BUK!
"ANJING! ADUH SAKIT WOI!"
"LIS! STOP BANGSAT! ALLAHUAKBARRR!!"
"ADUH! OUCH! BENJOL NIH PALA GUE SUMPA DAH."
Lisa berhenti sejenak memukuli Hanbin dengan gitar itu, mereka berdua terengah-engah saling bertatapan. setelah bisa bernapas dengan teratur, Lisa kembali mengangkat gitar itu ke atas, hendak memukul Hanbin kembali.
"STOP! STOP STOP!" Hanbin menahan kedua lengan Lisa, menatap gadis poni itu horor.
"lo kenapa sih? gue ga ada ganggu lo main ya tadi."
"ada." Lisa berdecak kemudian.
"lah apa?"
"lo ga perlu tau." Lisa memalingkan mukanya, menurunkan lengan nya ke bawah membuat pegangan Hanbin terlepas.
hening sejenak, Lisa mendudukkan pantatnya di kasur Hanbin. mulai memetik senar gitar tak
beraturan."kenapa gue ga boleh tau?"