Author Pov
satu minggu.
terhitung sudah satu minggu sejak kejadian Rosé mencium Jennie di pantai malam itu. sudah satu minggu pula, Lisa menghilang.
baik chat ataupun telpon dari Jennie, Lisa tidak membalasnya. ia benar-benar menghilang dari kehidupan Jennie.
Jennie selalu mengunjungi rumah Lisa selama satu minggu ini, tapi jawaban yang ia dapat dari Haruto selalu sama.
"Kak Lisa gada dirumah."
Jennie tidak putus asa, ia juga mengunjungi rumah Hanbin untuk menanyakan keberadaan Lisa. tetapi dari sekian banyaknya kunjungan Jennie, Hanbin hanya satu kali saja membukakan pintunya untuk Jennie.
itupun dengan jawaban yang cukup menyakitkan.
"jangan peduliin Lisa lagi, cukup fokus ke karir lo aja. Lisa ga akan ganggu hidup lo lagi."
Jennie juga pernah menunggu Lisa di dekat sekolahnya dengan harapan bisa bertemu gadis poni itu saat pulang sekolah dan menjelaskan semuanya.
tetapi nyata nya, angan tetaplah angan. jangankan bertemu, Jennie saja tidak pernah melihat ada tanda-tanda Lisa di sekolah. saat pulang sekolah pun ia hanya melihat Hanbin seorang diri pulang menaiki motornya atau pergi ke pangkalan angkot.
Chahee yang melihat kondisi sahabatnya begitu prihatin, Jennie sudah menceritakan semuanya apa yang terjadi di malam itu. tidak ada yang salah ataupun benar, karena baik Jennie atau Lisa mereka sama-sama tidak memiliki hubungan apapun.
Rosé memang berlebihan karena telah berani mencium Jennie di bibirnya tapi semuanya sudah terjadi, menyesali semuanya tidak merubah apa yang telah terjadi.
Chahee menghembuskan nafasnya kala melihat Jennie sesenggukan di atas ranjangnya dengan posisi tengkurap. gadis itu berusaha menahan suara isakan nya dengan menyembunyikan wajahnya ke bantal walaupun itu percuma.
"Jane.." panggil Chahee pelan.
Chahee menaiki ranjang Jennie, mengelus surai rambut hitam Jennie. "udahan nangis nya ya? Lisa mungkin lagi ada urusan penting makanya dia ga sempat ngabarin lo lagi."
Jennie mengubah posisinya menjadi telentang dan terlihat lah mata kucingnya yang bengkak dan hidungnya yang merah.
"sakit Cha.." suara Jennie terdengar serak.
"apa hm? apa yang sakit? mau ke dokter?" tanya Chahee lembut.
Jennie menunjuk dadanya, "dada gue sakit, gue gamau ke dokter gue mau ketemu Lisa aja, Cha." Chahee menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan untuk tidak ikut mengeluarkan air mata.
tangan nya dengan cepat mengusap kedua matanya lalu tersenyum, "iya, abis ini kita cari Lisa ya, kalo ketemu biar gue pukulin tuh bocah poni karena udah berani bikin sahabat gue nangis gini." Jennie tidak menjawab, ia hanya menganggukkan kepalanya pelan.
"oiya, kebetulan lo kedatangan tamu. dia nungguin lo di ruang tengah." ucap Chahee.
"siapa?"
"Rosé."
mendengar nama itu, wajah Jennie semakin sedih. Chahee yang mengerti mengembuskan nafasnya.
"kita selesain masalahnya satu-satu ya, untuk langkah awal lo harus temuin Rosé dulu, kesian dia dari maren mau minta maaf. kalo udah kelar masalah Rosé baru kita lanjut ke Lisa, siapa tau Rosé mau bantu lo buat nyari Lisa. oke?" bujuk Chahee selembut mungkin. tangan nya terus memberikan elusan di pundak Jennie agar gadis itu bisa lebih rileks.
tanpa banyak bicara, Jennie hanya menganggukkan kepala dan mereka berdua pun keluar dari kamar menuju ruang tengah.