AKWARD

310 22 5
                                    

"Serius, lo naksir anak mantan asisten rumah tangga di rumah lo itu Dev?" Devan menghisap rokok yang ada di sela-sela jarinya. Jerry teman sekelas Devan mengambil minuman kaleng di meja warung belakang sekolah mereka.

"Hmhmhm, suka gua sikap galak dan judesnya, candu."

" Lo udah dapat kiss dari teman sekelas Vina, elu tolak gitu aja ampe sakit anak orang gara-gara lo."

"Gue enggak suka cewek manja kayak dia, ribet."

Devan mengisap rokoknya sampai ujung terakhir. Bukan ingin Devan menyakiti hati adik kelasnya itu, dia hanya ingin tahu reaksi Vina ketika melihat dia berciuman dengan teman sekelasnya.

"Kayaknya Vina enggak suka deh ama elo Dev"

"Gue akan berusaha bikin dia suka balik ke gua"

"Heleh, elo aja dingin gitu, mana ada sih Dev cewek tahan sama cowok dingin kaya lo?"

"Bener tuh, yang ada cewek nyari cowok yang humoris Dev, enggak papa enggak ganteng, tapi dia lucu."

"Karisma gue ngalahin kelucuan cowok nggak good looking."

"Iya deh iya. Elu emang berkharisma semua cowok di sekolah juga tahu, apalagi di kalangan cewek-cewek udah jelas.

Hari ini dengan terpaksa Rachel kembali masuk ke sekolah, banyak dari teman-teman yang menanyakan keadaannya setelah seminggu lebih sakit.

"Nanya doang, jenguk juga kagak, basi!"

Rachel menghempas kasar tas sekolahnya di atas meja, melipat kedua tangan dan merebahkan kepalanya disana.

"Kenapa lo Chel, masih lemes?"

"Iya, lemes bestie di tolak ayang."

"Hah, jangan bilang lo nembak Devan si ketos itu?"

"Udah ah, malas bahas-bahas dia."

Pelajaran di mulai, semua murid sudah siap dengan tugas yang akan di berikan gue mata pelajaran, tapi Rachel merasa perutnya kelaparan. Sebelum berangkat ke sekolah tadi dia tidak sempat sarapan karena terlambat bangun. Selama pelajaran berlangsung Rachel tidak fokus sama sekali, hingga bel istirahat berbunyi.

"Mbak, baksonya satu es jeruknya satu ya."

Rachel memilih duduk di meja paling belakang di kantin sekolahnya itu, ya dia tidak ingin dijadikan pusat perhatian selama makan.

"Sial, ngapain sih saat gue lapar begini mereka juga makan di sini." Rachel melihat sekelompok kakak kelas yang di sana juga ada Devan tengah memesan makanan.

"Bro makan sini aja, adem ada kipasnya." Jerry teman Devan menginstruksikan teman-temannya mengambil tempat duduk bersebelahan dengan Rachel.

Rachel tetap fokus pada makanan yang baru saja mbak kantin antar, tapi sepertinya kubu Devan tidak begitu.

"Hai, boleh gabung makan bareng?" Jerry dan Genta membawa makanan mereka ke meja Rachel.

"Boleh kak."

Mereka makan dengan tenang, Devan yang tadinya diam di mejanya kini pindah ke salah satu meja yang di sana sudah ada Vina.

"Ngapain lo? Main duduk aja,udah izin belum sama yang udah duduk duluan?"

"Intinya kantin ini juga bukan punya lo, jadi bebas mau duduk di mana aja."

"Serah."

Devan memperhatikan setiap kunyahan bakso yang di makan Vina, sesekali gadis itu menjilati bakso yang ada di sendok garpunya, seketika otak Devan traveling ke mana-mana memikirkan yang yes-yes.

"Ngapain lo lihat gue makan ampe segitunya, aneh lo."

"Candu lihat lo ngunyah bakso, suapin dong"

"Ogah."

****

"Vin enggak mampir dulu?"

"Enggak sekarang ya sayang, aku mau jemput Rachel."

"Oke, hati-hati."

Alvin mengendarai kembali mobilnya setelah mengantarkan Reina balik ke apartemen. "Kenapa ya, makin ke sini gue kehilangan feel sama Reina?"

Alvin bermonolog sendiri di dalam mobil, pikirannya melayang pada moment-moment bersama Vina teman sekelas Rachel. Tidak ingin bermain hati, Alvin segera menghilangkan pikirannya pada Vina.

"Mau sampai kapan sih, telat mulu jemput aku, dulu enggak gitu. Oh ya lupa, sekarang ada wanita lain yang menjadi prioritas abang." Rachel menatap kesal pada Alvin yang tengah duduk di bangku kemudi.

"Sorry."

"Itu doang, udah sekian kali loh ya telat jemput."

"Ya terus mau kamu apa?"

"Mau aku Abang putus dari pacar abang, aku merasa di sia-siain tau enggak. Tahu gitu biar aku bareng mama aja."

Rachel masih mempertahankan kekesalannya, walaupun matanya tidak mau berkerjasama.

"Hiks, hiks, hiks, jalan mau pulang."

Alvin melajukan mobilnya, di sepanjang perjalanan. Alvin melirik adiknya melalui kaca mobil. Di sana, Rachel masih menangis dan Alvin pun juga binggung harus menghibur adiknya seperti apa.

"Ini kita mau ke mana? Aku mau pulang."

"Mau ke toko buku, kamu mau beli novel kan?"

"Oh jadi kemarin aku minta kita ke toko buku dan alasan enggak jadinya karena udah terlanjur janjian sama pacar abang, sekarang memenuhi janjinya?"

"Enggak mau, langsung pulang aja. Udah enggak mood baca ataupun beli novel."

Tidak menghiraukan penolakan dari Rachel, Alvin tetap turun dari mobilnya dan berjalan menuju toko buku.

"Nah, ini novel yang kamu mau beli kemarin, sekarang kita pulang." Alvin meletakkan tiga buah buku novel di paha adiknya. Tapi, Rachel tetap tidak memperdulikannya.

****

"Yah, mau bunda. Hiks, hiks kangen banget aku loh yah."
Rachel menangis tersedu-sedu di paha Angga yang tengah menonton berita di tv ruang tengah.

"Sabar, bantu doa Chel mudah-mudahan bunda cepat sembuh dan pulang ke rumah ya." Angga mengusap kepala anaknya dengan sayang. Sungguh dia juga merindukan sang istri.

"Ayah Janji terus Rachel kangen bunda yah, kangen banget. Hiks, hiks."

Alvin keluar dari dalam kamar, melihat Rachel menangis tersedu seperti itu membuat dia tak tega.

"Assalamu'alaikum, ma. Aku mohon pulang ke Indonesia. Kasihan Rachel kangen banget sama mama."

Alvin menutup handphonenya setelah mengirim pesan pada si ibu sambung berharap pesannya di baca dan di kabulkan olehnya. Melihat adiknya memupuk kerinduan yang begitu dalam, Alvin pun juga merasakan hal yang sama.

*****

Maaf ya  baru bisa up hari ini, dua hari lalu kucing kesayangan aku mati di tabrak motor, jadi aku mesti balikin mood dulu buat nulis. Happy reading ya. Mohon doanya dapat pengganti Ling-Ling kucing kesayanganku segera yang sama. Huuuu sedih banget 😭

Hai Brother, I feel fineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang