USAI KEJADIAN

264 17 21
                                    


Mengalami kejadian yang tidak di sangka-sangka seperti kemarin oleh Rachel, membuat dia merasa terluka, ya dia menyadari tindakannya kemarin kepada Vina sangatlah keterlaluan. Bahkan dia tidak pernah di ajarkan oleh kedua orang tuanya merendahkan orang lain, tapi yang dia lakukan kemarin sangat merendahkan dan melukai harga diri teman sekelasnya itu.

Pagi ini berat sekali untuk Rachel melangkahkan kaki menuju sekolah, ya kemarin di tidak hanya menghina Vina tapi dia juga di permalukan oleh Vina.

"Yah, males sekolah aku libur ya hari ini?"

Angga yang tengah mengunyah roti melirik anak bungsunya. "Kamu sakit?"

Mendengar pertanyaan ayahnya. Rachel jadi teringat kata-kata Vina yang mengatakan dirinya penyakitan.

"Siapa yang sakit, sehat kok aku." Ada nada tidak terima di setiap kalimat yang di ucapkan Rachel pada Angga.

"Jadi kenapa malas sekolah?"

"Malas aja, aku kalo home schooling aja gimana yah?"

"Yakin?"

"Enggak, yakin."

"Ya udah sekolah aja, nanti kalo ada teman-teman yang membuly kamu, kamu bisa laporkan ke pihak sekolah. Jangan pindah-pindah sekolah ya, kesannya kamu yang bermasalah kalau kamu pindah."

"Iya yah. Aku berangkat dulu ya. Assalamu'alaikum."

"Walaikumsalam, di antar bang Al kan?"

"Iya yah."

*****

"Dari tadi manyun terus? Kenapa, ada masalah?"

"Enggak."

"Masih kesal sama Abang?"

"Enggak, berisik deh. Buruan ntar telat."

Alvin melajukan mobilnya tanpa berniat bertanya lagi pada adiknya itu.

Sesampainya di sekolah, Rachel langsung memasuki kelasnya, di sana Vina sudah lebih dulu datang ke sekolah. Seperti tidak terjadi apa-apa, Vina dan Rachel seperti orang yang tak saling kenal. Memang dari awal mereka masuk ke sekolah ini, Rachel dan Vina bukanlah teman. Jadi jika sekarang mereka berdua seperti orang yang tidak saling mengenal tentu tidak heran lagi.

"Vin, lo ada hubungan apa sama ketos?"
Ima, teman sebangku Vina bertanya dengan penasaran.

"Enggak ada hubungan apa-apa, ya kalau ada hubungan pun tanya ke Devan nya aja, gue ini siapa dia."

"Owh, Vin tugas kelompok kita giamana? Si Rachel termasuk teman sekelompok kita, dan dia belum ngasih tugasnya."

"Lo tagih sana, enak banget rajin absen tapi tugas enggak kelar-kelar, itu enaknya jadi holang kaya Ma, semua bisa di permudah."

Vina sengaja menaikan intonasi suaranya, berharap orang yang dia maksud mendengarnya.

"Males gue, jutek gitu."

"Jutek? Wajarlah bestie,  itu membuktikan bahwa banyaknya uang dan harta enggak bisa membeli kebahagiaan dan juga kesehatan."

Rachel yang mendengar dengan jelas sindirian dari Vina, berpura-pura tidak mendengar saja. Jika dia mau bisa saja Rachel menghampiri meja Vina tapi tidak dia lakukan.

"Denger ya Ima, gue tunggu tugas dari kelompok kita sampai besok, kalau enggak di kumpulin gue punya wewenang buat keluarin anggota kelompok, biar dia bikin tugas sendiri.

Ancaman Vina tidak main-main, tidak percaya boleh di buktikan saja besok, dan Vina yakin sekali Rachel pasti mendengar ucapannya barusan.

*****

Hai Brother, I feel fineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang