FEELINGLY

474 31 5
                                    

Rutinitas yang di lakukan Alvin di setiap pagi sebelum melaksanakan aktivitas di luar rumah adalah dengan bersepeda di sekitaran komplek rumahnya, jika dia memiliki mood baik Alvin akan melanjutkan gowesnya sampai ke luar dari kompleks.
Dan sepertinya mood Alvin cukup baik mengingat kemarin dia memiliki waktu berdua dengan gebetannya, mereka belum resmi menjalin hubungan, masih tahap penjajakan.

"Aku lagi gowes, masih sekitaran komplek maunya sih sampai ke luar sekalian cari makan."

Alvin menjawab setiap pertanyaan yang di lontarkan gebetannya melalu sambungan telepon, karena kondisinya Alvin tengah mengendarai sepeda, Alvin menggunakan earphone tanpa tapi di kedua Indra pendengarannya.

"Iya, makasih ya. Nanti sore kita jalan aku jemput kamu."

Setelah mendengar ucapan wasalam dari si penerima telpon Alvin kembali fokus mengayuh sepeda hingga keluar dari lingkungan komplek, bertemu dengan jalan besar.

"Awaaas!"

Alvin berusaha menghindari seorang wanita pejalan kaki tapi malang tidak dapat di atur wanita yang akan menyebrangi jalan tertabrak juga oleh sepeda Alvin.

"Maaf, kamu enggak apa?"

Alvin membuat wanita itu berdiri, sepertinya dia tidak mengalami luka apa-apa.

"Sekali lagi saya minta maaf, apa ada yang sakit atau luka?"

Ketika wanita itu memperlihatkan wajahnya saat melihat Alvin, Alvin yakin dia bukan wanita tapi gadis remaja yang Alvin perkiraan usianya tidak  jauh berbeda dengan Rachel adiknya.

"Enggak, saya enggak luka ataupun sakit. Hanya tadi sempat kaget aja. Yah belanjaan gue"

Alvin memperhatikan gadis remaja yang baru saja dia tabrak tengah memungut satu per satu belanjaan yang berserakan di jalan.

"Enggak usah di ambil lagi, saya yang ganti. Kamu beli di mana?"

"Hah, beneran masnya mau gantiin belanjaan saya. Syukurlah, di pasar tradisional mas, saya tadi dari sana."

Mendengar pasar tradisional, Alvin sedikit bergidik ngeri pasalnya dia punya pengalaman memalukan ketika berbelanja di pasar tradisional, bukan Alvin yang berbelanja tapi dia menemani mama dari temannya yang sedang sakit sehingga tidak bisa mengantarkan beliau berbelanja di pasar tradisional.

Singkat cerita, dulu ketika menemani mama dari temannya berbelanja di pasar tradisional, Alvin di tawarin sebuah cemilan tradisional yang di beli oleh mama temannya, karena dia lapar dan juga penasaran karena baru pertama kali memakan makanan tradisional, Alvin menerim dan langsung memakannya di tempat.
Saat itu Alvin menemani mama temannya membeli ayam potong, ada beberapa ayam yang di pajang dalam keadaan hidup di depan kedai ayam potongnya.

Pada saat  tukang ayam akan memilih ayam yang akan di sembelih. Tiba-tiba saja ayam baru di lepas ikatan kakinya menghambur ke arah Alvin, posisi Alvin yang tengah makan cemilan itu tidak menyadari jika ada sisa makanan di atas bibirnya alias di bawah hidup, Alhasil ayam yg melompat itu mengigit bibir atas Alvin hingga berdarah dan meninggalkan bekas hingga sekarang, ketika seseorang mengamati wajahnya dengan seksama pasti mereka akan menemukan bekas patokan ayam di atas bibir merah Alvin.

"Kamu tadi ada belanja apa aja?"

"Enggak banyak si mas, cuma sembako, bahan masak aja."

"Gimana kalo beli bahan-bahannya di supermarket aja, saya yang bayar."
Alvin berusaha bernegosiasi, jujur dia sampai hari ini belum siap kembali ke pasar tradisional yang pernah memberikan dia pengalaman yang memalukan.

"Nggak usahlah mas, enggak enak saya. Belajar di supermarket harganya jauh lebih mahal."

Alvin memperhatikan penampilan dari gadis remaja itu, sederhana. Itulah penilaian Alvin terhadapnya.

Hai Brother, I feel fineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang