BERHARAP BERSAMA

246 11 2
                                    

"Jess, lo udah pernah nonton series Thailand belum Jess? Itu loh yang judulnya Bad genius. Sumpah ya, gue nonton gara-gara keluar di fyp tik tok gua." Jessy masih sibuk menyalin pekerjaan rumah yang ia contek dari Maria.

"Jess, lo denger gue ngomong ngga sih?" Rachel dengan wajah kesal menjauhkan buku tugas yang tengah Jessy salin.

"Apaan sih Chel, gue belum selesai. Siniin nggak bukunya." Pinta Jessy memelas berusaha mengambil buku yang sudah berada di tangan Rachel.

"Habisnya, di ajak ngomong lo nggak respon." Tak tega dengan Jessy Rachel memberikan buku tugas pada teman dekatnya itu.

"Gue kira, gara-gara insiden di perpustakaan kemarin lo bakalan uring-uringan berhari-hari."

"Gue nggak baper ya, makanya gue masih bisa biasa aja. Lagian, emang si Vina mojokin gue dengan bawa-bawa kelemahan gue dia lantas jadi bidadari enggak bersayap, jadi penyelamat gitu, sampah."

"Gue nggak merasa kalah dari cewek matre kayak dia ya, mungkin karena dia lebih pintar aja dari gue jadi nilai plus buat dia di sekolah ini."

Baru saja akan melanjutkan obrolannya dengan Jessy tiba-tiba saja masuk dari luar Vina bersama teman-temannya. "Baru aja di omongin udah nonggol, udah ah males gue gibahin cewek kek dia."

Rachel mengambil satu novel yang ada dalam tas sekolahnya, berusaha menyibukkan diri dengan membaca novel sembari menunggu guru bidang studi berikutnya masuk ke dalam kelas.

"Yah, gue enggak ke bagian buku biologi di perpustakaan kemarin." Keluh Vina pada teman sebangkunya, kemarin karena membela teman di kelas sebelah membuat Vina tak kebagian buku pelajaran biologi.

Mengeluh, apa lagi yang bisa Vina lakukan saat ini. Beli buku di toko buku? Uang dari mana? Bahkan uang sekolahnya saja belum dia bayar bulan ini.

*****

"Ini, buat lo." Devan memberikan satu kantong berisi buku pelajaran pada Vina, masih binggung Vina tidak langsung menerimanya.

"Ini apa?"

Di taman sekolah yang letaknya di dekat kantin, Devan mengajak Vina untuk duduk di sana, di bukanya plastik berisi buka dan memberikannya pada Vina. Tapi, mereka tidak menyadari bahwa ada sepasang mata yang tengah mengamati mereka.

"Elo beli buku ini buat gue? Tahu dari mana gue enggak kebagian buku ini?"

"Nggak usah banyak tanya, mending lo terima aja."

Berdua di taman, mereka seperti sepasang siswa-siswi yang menjalin hubungan lebih dari teman, membuta gadis yang memperhatikan di balik pohon besar yang ada di sekitaran taman ikut meradang.

"Chel udahlah, nggapain lagi lo peduliin si Devan. Terserah dia aja mau deketin tuh Vina, lo bahkan bisa dapatin yang lebih dari dia." Maria merangkul bahu Rachel memberi nasihat yang mungkin di butuhku oleh temannya itu.

"Tapi kenapa harus Vina, kenapa bukan gue aja. Gue suka Devan dari kelas satu dan sekarang dia udah kelas tiga mau lulus, gue nggak punya kesempatan lagi dekat sama dia kalau enggak di sekolah ini Mar."

"Ya udah, mau lo coba lagi deketin dia? Yakin siap di tolak dan di mainin aja? Ya kalau lo mau ambil tuh resiko ya silahkan, bisa jadi keberuntungan lagi berpihak ke lo nantinya."

"Why not, gue coba."

"Haaa, nekat gas."

Entah apa yang tengah di bicarakan oleh mereka berdua, sepertinya tidak ada dari mereka yang akan mengakhiri pembicaraan, tanpa pikir lagi Rachel menghampiri keduanya dan berdiri tepat di depan Devan.

"Bang Dev, nanti sepulang sekolah boleh nggak temani aku ke toko buku?" Devan dan Vina saling bertukar pandang.

"Teman-teman kamu ke mana? Biasanya bareng-bareng terus?"

Hai Brother, I feel fineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang