Masalah Kedua

108 16 26
                                    

Rachel dengan berat hati membukakan pintu rumah untuk kedua orang tuannya. Angga dan Cea berkunjung tanpa memberi tahu terlebih dahulu, Rachel belum sempat mempersiapkan apapun. Kedatangan orangtuanya secara tiba-tiba membuat Rachel sedikit panik, ia dan Abian masih marahan.

"Kamu apa kabar nak." Pertanyaan pertama yang di lontarkan Cea pada sang putri.

"Aku baik ma." Rachel menuntun kedua orang tuanya masuk ke dalam rumah, mengajak mereka duduk di ruang tamu.

"Mama sama papa mau minum apa?"

"Nggak usah repot-repot, mama sama papa nggak lama kok." Larang Cea saat Rachel akan beranjak mengambilkan minuman untuk kedua orang tuanya.

Rachel tetap ke belakang mengambil sesuatu yang bisa ia sajikan, sekalian mau memanggil Abian untuk segera keluar menemui mertuanya.

Saat mengambil minuman di dapur Abian juga tegah berada di sana, meminum air putih.

"Siapa yang datang?" Tanyanya.

"Orang tuaku, cuci muka lalu temui mereka." Perintah Rachel.

Abian segera menyelesaikan minumnya berlalu masuk ke dalam kamar kembali.

Cea dan Angga memperhatikan seluk beluk ruangan yang di tempati oleh menantu dan putrinya, rumah yang di tempati sang putri sangat nyaman meski tidak besar. Menantu mereka sangat pandai memilih hunian untuk mereka tempati berdua.l

"Nyaman ya pa rumah mantu kita, beda banget sama rumah mantu kita satu lagi." Ujar Cea pada sang suami.

"Sama aja mah, sama-sama rumah anak-anak kita."

"Iya, pa. Rumah Alvin kurang suka mama, terlalu banyak ini itunya nggak asri juga." Balas Cea membandingkan rumah mantunya dari pernikahan sang putra.

Cea merasakan perbedaan dari kedua rumah anaknya, jika di rumah Alvin hanya di tanami beberapa pohon. Lain dengan rumah putrinya, banyak tumbuhan bermanfaat ada di rumahnya. Setahu Cea, anak perempuannya itu tidak suka bercocok tanam ataupun berkebun, lalu siapa yang merawat semua tanaman itu? Menjadi pertanyaan tersediri olehnya.

"Silakan diminum ma, pa." Rachel meletakkan dua gelas air teh di meja.

"Kamu ini udah mama bilang nggak usah repot-repot." Mama Rachel meraih segelas teh hangat yang di sajikan oleh Rachel.

"Suami kamu mana Chel?" Angga menyadari sedari tadi menantunya tidak terlihat di rumah ini.

"Ada kok pa, lagi mandi." Jawab Rachel cepat, akan ia cincang Abian jika tidak kunjung menampakkan wajahnya di hadapan kedua orangtuanya.

Abian menyisir rambutnya lalu menambahkan pomade, mengenakan kaos polos berwarna abu-abu dengan celana pendek selutut ia bersiap bertemu dengan mertuanya.

"Maaf pa, ma baru keluar sekarang barusan mandi dulu." Ucap Abian tidak enak dengan sang mertua.

"Iya, santai aja. Papa sama mama cuma sebentar aja kok." Balas Angga tidak mempermasalahkan.

"Ada apa ya pa?" Tanya Abian.

Angga dan Cea saling lirik sebelum mengemukakan tujuan kedatangan mereka ke rumah sang anak.

"Begini Chel, kedatangan papa sama mama mau minta tolong sama kamu." Rachel menatap dalam pada manik mata sang ayah, perasaannya langsung tidak enak.

"Iya, minta tolong apa pa?"

"Becca hamil dan kata Alvin ia mengidam mau ketemu sama kamu, sekaligus mau minta maaf langsung ke kamu Chel. Kamu jangan marah dulu, papa tahu kamu pasti menolak dan nggak suka dengan permintaan papa, papa bukannya tidak menjaga perasaan kamu."

Hai Brother, I feel fineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang