OTW MENJADA

152 14 15
                                    

Suami istri tak tahu diri itu masih berada di rumah suaminya, Rachel keluar dari dalam rumah dengan menenteng tas besar berisi pakaian. "Bagus, cuma segini aja nyali lo mempertahankan pernikahan ini, dasar lelaki! Bahkan omongan lo nggak bisa di pegang."

Rachel ingat beberapa hari lalu saat mereka bertengkar masalah dengan Vina kemarin Abian memohon untuk mempertahankan pernikahan mereka dan memberi kesempatan untuk lelaki itu, tapi nyatanya sekarang ia hanya diam tanpa berusaha menahan kepergiannya, mungkin saja suami Rachel ini berubah pikiran dan memilih bersama dengan cintanya itu, silakan dan Rachel akan membangun kehidupan baru kembali.

"Sepertinya kamu butuh waktu sendiri dan aku akan menunggu kamu siap untuk menyelesaikan permasalah di rumah tangga kita." Putus Abian, ia sudah lelah membujuk Rachel. Sikap kurang dewasanya ini semakin membuat Abian sulit mengendalikan sang istri.

"Bagus, gue keluar dari rumah ini gue pastikan kita berpisah Abian gue mau kita cerai titik!"

"Dan lo berdua, jangan pernah menapakkan batang hidung lo lagi di hadapan gue, sampai mati gue nggak sudi punya saudara laknat kayal lo!" Tunjuk Rachel tepat di wajah Alvin yang menatapnya dengan sorotan mata terluka.

Tujuan Rachel saat ini adalah kembali ke huniannya dulu sebelum menikah dengan Abian di mana ia bertemu pertama kali dengan si kembar Celine dan Eveline.

"Astaga Rachel, lo kenapa? Berantakan banget!" Pekik Celine saat membuka pintu apartemen untuk Rachel.

Penampilan Rachel sangat berantakan. Rambut kusut, wajah kusut dan mata memerah. "Gue nginap di sini sehari, besok gue akan cari unit kosong di apartemen ini."

Rachel membawa masuk tas besarnya, merebahkan tubuh di atas sofa empuk Celine dan Eveline. "Berantem lagi sama suami lo?" Eveline mendekat, memperhatikan dengan seksama wajah kusut sang sahabat.

"Ya, begitulah. Tapi, kali ini gue beneran udah mantap berpisah dari Abian, Line."

Celine dan Eveline saling tatap sejenak sebelum mereka berdua duduk bersebelahan dengan Rachel yang matanya tertutup rapat. "Yakin lo, menurut gue laki lo baik loh Chel, sayang cowok begitu di tinggalin." Celine berpendapat.

"Gue capek menjalani hidup rumah tangga dengan lelaki yang masih menyimpan rasa pada masa lalunya, dan gue menyerah.

"Lo bayangi aja, Devan dan Abian mencintai wanita yang sama dan gue hanya wanita yang singgah tanpa menetap dan di pertahankan oleh mereka."

Menyediakan sekali menjadi Rachel mencintai sepihak. Dia cantik, tapi mengapa kisah cintanya tak secantik parasnya. Dan sialnya ia mencintai lelaki yang bisa Rachel dapat bahkan lebih dari mereka, hatinya saja buta akan rasa. Bahwa di luar sana masih banyak cowok lebih segalanya menerima perasaan Rachel dan mencintainya juga.

"Wajar juga lo lelah, mana menurut lo terbaik aja. Mungkin dengan berpisah lo bisa meraih kebahagiaan lo sendiri." Balas Eveline, sebagai sahabat ia dan kembarnya akan mendukung apapun keputusan yang di ambil Rachel.

"Iya, setelah ini gue akan menata hidup gue kembali."

"Otw menjanda dong." Ledek Celine.

"Yes, nggak masalah penting gue tetep cantik. Asyik, janda kembang sih istilahnya di desa." Tawa Rachel lepas juga membayangkan di usia semuda ini, bahkan belum genap dua puluh tahun ia sudah berstatus janda.

"Apa yang akan lo lakuin selanjutnya?"

"Gue bakalan ke pengadilan agama mengurus surat perceraian." Rachel mantap bercerai, tidak peduli hidupnya akan lebih sulit jika kembali di biayai atau menjadi anak gadis orang tuanya.

Rachel bertekad setelah menjanda nanti, ia akan bekerja sekeras mungkin agar bisa menghidupi dirinya sendiri. Akan Rachel buktikan, ia mampu bertahan tanpa campur tangan orang tuanya. Jika selama ini ia di pandang sebagai wanita manja dan kekanakan, tidak bisa apa-apa. Lihat saja nanti transformasinya akan membuat mereka sulit percaya.

Hai Brother, I feel fineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang